Meski begitu, masih ada orang tua yang menelpon Kiswanto untuk meminta pendampingan khusus tentang bagaimana cara menggunakan aplikasi yang dia gunakan dalam PJJ daring. Untuk orang tua, Kiswanto juga menyempatkan melakukan evaluasi penggunaan aplikasi, satu bulan sekali.
Masalah tak tuntas begitu saja. Sebab masih ada orang tua dan siswa yang akses internet dan gawainya terbatas.
"Iya sisanya masih belum bisa. Karena mereka ada juga yang terkendala ekonomi," ujar guru kelas lima itu.
Baca juga:
Kisah Yan, Guru Honorer yang Pernah Digaji Rp200 Ribu
Solusinya, Kiswanto tetap sesekali harus melaksanakan pembelajaran luar jaringan (luring). Dia menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang memiliki tujuan pembelajaran sama dengan pembelajaran daring.
"Bagaimana anak bisa belajar aktif. Saya tidak memberikan tugas dari halaman sekian ke sekian, dan tugas tidak teralu banyak, supaya anak tidak menumpuk kegiatan belajarnya juga.
Kan bisa kasih rekaman suara juga video," sambungnya.
Intinya, segala penugasan itu bukan hanya mencatat ulang buku paket atau mengerjakan soal di buku paket. Namun Kiswanto mengembangkan LKPD agar siswa dapat mengikuti pembelajaran yang kreatif dan tidak membosankan.
Cara memberikan LKPD kepada siswa ditempuhnya dengan menjemput langsung LKPD. Baik ke rumah kepala sekolah maupun siswa yang tidak memiliki gawai untuk datang ke rumah terdekat.
"Saya titipkan ke rumah kepala sekolah karena rumah-rumah siswa kebetulan dekat ke rumah kepala sekolah. Atau siswa bisa mengunjungi rumah temannya yang punya
HP," terangnya.
Setelah selesai, tugas tersebut dikumpulkan kembali ke rumah kepala sekolah. Untuk selanjutnya Kiswanto memeriksa tugas tersebut.
"Tugas juga kita kasih waktu sampai satu minggu untuk mengerjakan. Jadi tidak buru-buru untuk mengumpulkan, yang penting pembelajaran kita tercapai," imbuh Kiswanto.