Kegiatan belajar mengajar tatap muka di gudang tembakau. Foto: Medcom.id/Rahmatullah
Kegiatan belajar mengajar tatap muka di gudang tembakau. Foto: Medcom.id/Rahmatullah

Guru di Sumenep Sulap Gudang Tembakau Jadi 'Ruang Kelas'

Rahmatullah • 23 Juli 2020 16:24
Sumenep: Widayanti, 35 tahun, merasa tidak puas dengan hasil belajar daring yang berlangsung sepanjang pandemi covid-19.  Sebagai wali kelas II SDN Kapedi I Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, ia merasa model pembelajaran itu tidak maksimal.
 
Banyak sebab yang menjadi kendala, di antaranya minimnya akses siswa terhadap internet, fokus siswa tidak bisa dikontrol ketika belajar, juga wali siswa yang tidak bisa menemani sang anak belajar karena sibuk bekerja.
 
Wanita kelahiran Desa Kaduara Timur, Kecamatan Pragaan, itu akhirnya memutar otak. Ia mencari cara agar bisa bertemu langsung dengan siswa sebagai pemantapan belajar daring, itu pun yang tidak menabrak protokol kesehatan dengan menjaga jarak.

Menggunakan ruang kelas di sekolah tak menjadi pilihan Widayanti.  Sebab menurutnya mustahil bisa menjaga jarak hingga satu meter jika ruang sekolah dijadikan tempat belajar.
 
Hingga akhirnya ia berinisiatif meminjam salah satu gudang tembakau di sekitar sekolah. Konon, di sana banyak gudang tembakau yang masih belum beroperasi.
 
Baca juga:  Kisah Yan, Guru Honorer yang Pernah Digaji Rp200 Ribu
 
Widayanti menyebut, gudang tembakau sangat luas, sehingga sangat memungkinkan untuk menggelar kegiatan tatap muka dengan mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Ia pun berembuk dengan wali siswa untuk menerapkan ide tersebut.
 
Gayung bersambut, wali siswa menyetujuinya. Maka sejak tanggal 13 Juli lalu, Widayanti menggunakan gudang tembakau yang tanpa sewa itu sebagai tempat mengajar.
 
“Ini sebenarnya model lain dari cara siswa belajar dengan mengunjungi guru. Dengan model ini, anak-anak gampang mengunjungi Saya. Kasihan juga kalau disuruh kunjung ke rumah. Semua peralatan belajar, termasuk alas, anak-anak bawa sendiri, sehingga tidak bersentuhan dengan benda apa pun yang berpotensi sebagai perantara penyebaran korona,” tutur Widayanti saat ditemui, Rabu, 22 Juli 2020.
 
Bahkan saat memberikan nilaipun, Widayanti memastikan tidak menyentuh buku siswa. Ia hanya memberikan tanda bintang. Untuk memberikan tanda itu, ia sudah menyiapkan alat yang dibawa dari rumah, yaitu alat serupa stempel berbentuk bintang yang direkatkan di ujung tutup spidol. Ketika ada siswa menangis, ia juga memanggil orang tuanya agar tangis siswa itu berhenti.
 
Pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) Persatuan Guru NU (PERGUNu) Kecamatan Pragaan itu juga memberikan face shield gratis untuk 20 siswanya. Alat Pelindung Diri (APD) itu ia produksi sendiri di rumah ketika tidak sedang menjalankan tugas sebagai abdi negara.
 
Ia tidak ingin para siswanya terpapar virus yang pertamakali ditemukan di Wuhan itu. Di kelas baru itu, Widayanti mengajar selama tiga hari, yaitu sejak Senin, Selasa dan Rabu. Siswa juga tidak diwajibkan mengikuti pembelajaran yang tiap hari hanya digelar maksimal dua jam itu.
 
Wali siswa, Nikmah, mengaku sangat bersyukur dengan ide belajar di gudang tembakau tersebut. Ia mengatakan belajar secara daring tidak maksimal, karena siswa tetap lebih banyak bermain.
 
Siswa juga terkesan enteng dalam mengikuti pelajaran. Bahkan orang tua juga disebut banyak membantu anak saat mengerjakan tugas yang diberikan guru.
 
“Selain itu, saya juga harus cari WiFi dulu ketika ada kelas daring itu.  Lebih senang di sini,” ujar Salwa saat ditanya lebih senang belajar daring atau di gudang tembakau itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan