Wawancara Khusus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto
Menakar Peluang Indonesia Merdeka dari Covid-19
Medcom • 17 Agustus 2022 07:01
Jakarta: Indonesia memasuki usia ke-77 hari ini. Selama dua tahun lebih, Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia berperang melawan pandemi covid-19.
Selain kesehatan, wabah ini melumpuhkan berbagai sektor kehidupan di Tanah Air. Tahun ini, Indonesia masih merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan di tengah kepungan virus korona.
Tingkat penularan kasus covid-19 di Tanah Air memang tak lagi sehebat beberapa waktu lalu. Namun, peningkatan penularannya tak bisa dimungkiri kembali terjadi dua bulan terakhir. Sekitar 4-6 ribu kasus per harinya.
Secara akumulasi, masyarakat Indonesia yang terpapar covid-19 mencapai 6.292.231 orang per 16 Agustus 2022. Sebanyak 6.082.732 pasien sembuh, dan 157.277 nyawa melayang akibat virus tersebut. Jumlah kasus aktif berada di kisaran 52 ribu. Lalu, covid-19 telah tersebar ke 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.
Data ini menunjukkan kalau ancaman covid-19 masih nyata. Lantas, bisakah Indonesia benar-benar merdeka dari virus korona?
Berikut ini wawancara khusus Medcom.id bersama Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto, pada Jumat, 12 Agustus 2022:
Bagaimana situasi terkini covid-19 berdasarkan catatan Satgas Covid-19?
Setelah lebih dari dua tahun kita bersama-sama menangani pandemi covid-19, dewasa ini kasusnya relatif sudah semakin baik, meskipun sekitar satu bulan terakhir ini ada peningkatan. Kami mencatat kasus mingguannya meningkat sedikit, per hari antara 4 ribu-6 ribu kasus.
Tetapi, yang menggembirakan adalah tingkat keparahan yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit ini masih relatif sedikit. Dan untuk yang meninggal juga berkisar antara 10-25 kasus per hari.
Peningkatan ini tentu saja disumbang oleh adanya varian baru covid-19, yaitu ada varian B4, B5 yang sudah masuk ke Indonesia. Tetapi, secara umum tentu saja kita adakan evaluasi setiap hari, dan kalau kita cermati juga keterisian rumah sakit, khususnya Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, di situ pasiennya juga tidak pernah tembus ke angka 200.
Artinya, meskipun setiap hari ada konfirmasi sekitar 4-6 ribu kasus, tetapi rata-rata kasusnya bersifat ringan. Sehingga, tidak perlu dirawat di rumah sakit, mereka isolasi mandiri, minum vitamin, istirahat cukup, dan dalam hari kelima sudah sembuh.
Namun demikian, tentu saja ini pun tidak boleh membuat kita lengah, tetap kita waspada dan kita tetap menegakkan protokol kesehatan. Satgas Penanganan Covid-19, BNPB juga, setiap saat menggelorakan, mengampanyekan kepatuhan terkait protokol kesehatan dan pola hidup bersih. Sehingga, ke depan mudah-mudahan kita bisa selalu aman, sehat, bisa berdampingan hidup dengan pandemi covid-19.
Kementerian Kesehatan sempat memprediksi puncak kasus covid-19 terjadi di Juli, tapi sampai hari ini kasus masih agak tinggi. Prediksi Satgas melihat puncak covid-19 seperti apa?
Kalau Satgas Penanganan Covid-19 memang kita tetap berpegang pada apa yang disampaikan Bapak Menteri Kesehatan, puncak kasusnya sudah pernah di angka 6.400 per hari, tapi kemudian menurun.
Per kemarin (11 Agustus 2022) ada 5.532 kasus, dan beberapa hari ini memang tidak pernah mencapai di atas 6.500 kasus lagi. Artinya mungkin, mudah-mudahan ini sudah melandai, menurun, walaupun tidak langsung tajam. Kenapa? Karena kalau kita lihat mobilitas masyarakat sudah kembali seperti sebelum ada covid-19. Bahkan, pergerakan ekonomi, mobilitas manusia, justru sudah lebih meningkat daripada tahun awal sebelum adanya covid-19.
Ini menjadi catatan penting bagi Satgas untuk terus melaksanakan peningkatan kampanye protokol kesehatan. Meskipun kehidupan masyarakat sudah kembali seperti biasa, masyarakat juga seakan-akan pandai menyikapinya, terkadang juga ceroboh. Tetapi, tetap mengampanyekan untuk paling tidak pemakaian masker tetap diterapkan. Kalau mau menjaga jarak kemudian mengurangi mobilitas semakin sulit, paling tidak ke mana pun, aktivitas apa pun, masker selalu melekat di masing-masing perorangan.
Satgas melihat ada momentum apa saja yang memicu letupan angka covid-19? Salah satunya mungkin pembelajaran tatap muka yang sekarang sudah mulai berjalan?
Memang pembelajaran tatap muka ini satu sisi memang merugikan untuk penularan covid-19, tetapi kalau itu tidak dilaksanakan, ketertinggalan anak-anak sekolah terhadap pembelajaran ini juga sudah sungguh mengkhawatirkan. Tapi, makanya kita harus pandai-pandai, bahwa sekolah ini tetap dilaksanakan secara tatap muka, tapi begitu ada penularan, maka segera diadakan penutupan.
Satgas juga mengeluarkan surat edaran, satu sisi untuk melindungi masyarakat yang sudah kembali aktivitasnya seperti biasa, kita pun melindungi masyarakat melalui pembatasan yang tidak merugikan. Antara lain, dalam surat edaran Satgas itu kewajiban untuk vaksin dosis ketiga atau booster. Saat ini ketika ingin bergerak atau menuju tempat lain, baik dalam negeri atau luar negeri, kita wajib melaksanakan booster. Kemudian, kalau masuk fasilitas publik harus booster.
Kemudian potensi penularan seperti konser musik, event olah raga, atau acara-acara seni budaya, keagamaan, dan sebagainya, yang menimbulkan kerumunan orang banyak. Ini pun kita persyaratkan para pesertanya wajib booster. Ini yang dilakukan oleh Satgas.
Apabila ada peluang yang menimbulkan penularan covid-19, kita tidak bisa lagi seperti dulu, diperketat dan sebagainya. Kita barengi dengan aturan-aturan, supaya kegiatan yang menimbulkan orang banyak ini tidak menimbulkan penularan yang signifikan.
Satu lagi, beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan sudah melaksanakan zero survei terkait imunitas masyarakat. Hasilnya, memang dengan tiga kombinasi, karena vaksin dosis satu, dua, cukup tinggi, sudah ada booster, meskipun harus digenjot karena angkanya masih sedikit, kemudian sudah banyak yang terkena, kombinasi ini mengakibatkan herd immunity atau angka zero survei imunitas ini tinggi. Jadi mudah-mudahan masyarakat terlindungi, apalagi varian-varian baru yang hadir, kadar fatality rate-nya lebih rendah dari Delta, Alpa, atau Beta.
Sejauh mana Satgas optimistis target sasaran vaksinasi bisa tercapai tahun ini? Data vaksinasi booster terbaru seperti apa?
Sebetulnya, data vaksinasi kalau di Jawa, yang penduduknya padat, ini sudah tercapai. Memang yang belum tercapai ini di daerah terpencil, khususnya Papua. Papua ini ada beberapa faktor kesulitan, pertama, jarak antara orang di sana juga cukup jauh, sehingga dari satu titik ke titik lain memerlukan waktu dan tenaga, tidak seperti di Jawa. Kemudian, juga masih ada keengganan sebagian kecil masyarakat di sana yang menganggap bahwa tidak perlu ada vaksin.
Kemudian, daerah seperti Sumatra Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), kadang isu terkait vaksinasi ini, apakah boleh dari sudut agama tertentu dan tidaknya ini juga masih menghambat.
Tapi masyarakat di perkotaan yang padat penduduk yang dikhawatirkan ini kalau tidak divaksin menimbulkan penularan yang tinggi, yang signifikan, ini sudah tercapai. Tapi, tetap pemerintah yang melaksanakan vaksinasi adalah pemda, dibantu TNI-Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) ini terus mencari sasaran vaksinasi.
Dosis ketiga memang agak susah, karena sebagian masyarakat menganggap bahwa covid-19 sudah berlalu. Sehingga, agak susah mencari sasaran, makanya Satgas menyikapi hal itu dengan mengeluarkan aturan-aturan tadi itu. Masuk mal, fasilitas publik harus booster. Perizinan seperti pembuatan SIM, KTP, salah satu persyaratannya booster. Perjalanan dalam negeri dan luar negeri harus booster.
Aturan-aturan itu di satu sisi untuk melindungi masyarakat, juga untuk supaya capaian vaksinasi booster, khususnya dosis ketiga ini semakin meningkat. Kita negara demokrasi, tidak bisa secara keras memaksa. Ya, kita dengan aturan-aturan yang mau tidak mau, masyarakat juga daripada misalnya di perjalanan terhambat, lebih baik mereka booster. Karena booster gratis, sementara antigen, PCR berbayar.
Sejauh mana aturan-aturan tersebut berhasil menggenjot capaian vaksinasi?
Lumayan berhasil, kira-kira setelah hampir dua minggu ini, aturan itu (wajib booster) kan per 17 Juli, sudah hampir satu bulan. Angka booster di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan sebagainya, meningkat. Karena kita mau naik kereta saja harus booster, kalau engga, enggak bisa.
Ini juga mengakibatkan yang tadinya mau antigen, sekarang booster. Yang terbaru, dua hari lalu, kami mengeluarkan aturan bahwa kalau tidak booster, yang semula antigen, nah antigennya dihapus. Jadi, tidak booster harus PCR, nah PCR kan agak mahal. Mudah-mudahan tidak menimbulkan gejolak, sampai saat ini berjalan lancar.
Berdasarkan analisis evaluasi pelaku perjalanan dinas yang menggunakan pesawat, angka yang memilih antigen ini masih cukup banyak. Makanya kami atas diskusi dengan pakar, kementerian/lembaga terkait, dan atas arahan pemimpin negara, akhirnya kita putuskan untuk antigen kita hapuskan dari aturan itu. Yang bisa hanya booster dan PCR.
Sekali lagi ini bukan untuk memberatkan masyarakat, ini semua untuk melindungi dan membantu masyarakat dalam masa pandemi covid-19 ini.
Di tengah kesulitan menggenjot booster, sudah keluar booster kedua atau vaksin dosis keempat, apa pertimbangannya?
Dasar pemikiran pemerintah, Satgas, sama seperti awal covid-19, prioritas kita berikan kepada tenaga kesehatan, karena tenaga kesehatan menjadi garda terdepan. Walaupun kasusnya sudah melandai, tapi tetap masih ada yang tertular, meninggal, walaupun tidak seperti dulu.
Tentu saja para tenaga kesehatan ini dilindungi dulu sejak awal, jangan sampai, seperti awal pandemi covid-19, banyak dokter, tenaga kesehatan, yang menjadi korban. Kita tidak ingin seperti itu.
Kemudian kedua, kita juga akan berikan dosis keempat ini kepada warga masyarakat yang rentan, yang lanjut usia, yang komorbid. Tapi untuk masyarakat umum, sementara ini belum ada program dosis keempat, karena kami khawatir, dosis ketiga ini kita genjot dulu.
Vaksin itu ada masa kedaluwarsanya, jangan sampai yang kedaluwarsa lebih tinggi daripada yang disuntikkan. Makanya, aturan tadi kita desain bukan menyulitkan masyarakat, tapi tingkat capaian booster ini semakin meningkat. Mudah-mudahan kalau booster sudah di atas 80-90 persen, mungkin kita bisa berpikir untuk booster dosis kedua untuk masyarakat umum.
Kita ketahui bersama, vaksinasi ini tidak seumur hidup, ada masa efektivitasnya menurun terus. Sehingga, kalau penyakitnya tidak hilang-hilang dari bumi Indonesia ini, perlu juga ke depan, seluruh masyarakat Indonesia divaksin ulang.
Booster untuk tenaga kesehatan (nakes) apakah ada kesulitan?
Kalau tenaga kesehatan lancar-lancar saja, tidak ada masalah melaksanakan booster kepada tenaga kesehatan. Nah yang memang agak susah itu masyarakat banyak, karena mereka menilai sudah tidak ada covid-19, buat apa kita disuntik lagi.
Tapi dengan pendekatan secara persuasif, ada program-progam juga kan vaksinasi, misalnya booster mendapat sembako, minyak goreng. Segala macam cara dilakukan agar meningkat.
Memasuki musim pemilu, biasanya ada kegiatan vaksin dalam acara kampanye? Boleh saja atau ada aturan tertentu?
Kalau sejauh tidak melanggar aturan KPU, dari sudut booster-nya tidak melarang. Kami capaian vaksinasinya yang penting. Kami sangat senang kalau setiap hari capaian vaksinasinya terus meningkat. Kami khawatir vaksin yang ada, kan ada masa berlakunya, kalau tidak disuntikan nanti kedaluwarsa.
Catatan Satgas Covid-19 soal vaksin kedaluwarsa?
Kami belum ada data yang akurat, catatannya di Kemenkes. Tapi tentu saja setiap bulan itu ada terus, makanya kami berlomba dengan waktu juga. Jangan sampai yang kedaluwarsa dengan yang disuntikkan itu lebih banyak yang kedaluwarsa.
Meskipun yang disuntikkan itu, dari Kemenkes menyatakan kebanyakan vaksin yang kedaluwarsa ini merupakan donasi dari luar. Tapi, apa pun, walapun kita tidak beli bukan berarti enggak apa-apa kalau misalnya habis masa pakainya, tetap kita berupaya menyuntikannya kepada masyarakat.
Ada tipe masyarakat yang kompetitif soal vaksin, bahkan rela berbayar? Bagaimana Satgas Covid-19 melihat fenomena ini?
Sementara belum ada, dulu kan ada vaksin gotong royong. Sekarang sudah tidak ada. Program vaksin keempat ini belum ada untuk masyarakat. Aturannya belum boleh untuk masyarakat. Yang boleh untuk booster kedua itu Nakes, lansia yang terpilih, dan kaum komorbid. Tapi yang digelar sementara ini khusus untuk tenaga kesehatan dulu.
Sejauh mana melihat peluang Indonesia merdeka dari covid-19?
Sebagai bangsa kita tentu semua berharap bisa terlepas dari pandemi covid-19. Karena sudah dua tahun kita bersama-sama dengan covid-19. Kalau kita lihat global, Indonesia tidak bisa berdiri sendiri, global naik semua, Amerika naik, Jepang naik, Korea naik, negara tetangga seperti Singapura angkanya juga naik. Sehingga, kita tetap harus mempertahankan kondisi minimal seperti ini.
Indonesia menjadi salah satu negara yang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang 270 juta lebih ini, kita malah kasus hariannya yang paling sedikit dibanding negara lain. Sehingga, bagi kami Satgas tidak buru-buru kapan kita bisa bebas dari covid-19. Yang penting kita bisa hidup bersama-sama covid-19. Artinya kegiatan ekonomi bisa berjalan seperti biasa, kegiatan sosial budaya bisa berjalan seperti biasa, kita patuh protokol kesehatan, gunakan masker, dan tetap terkendali.
Kasus penularannya mungkin masih ada, tapi itu tidak signifikan. Satu atau dua hari bisa sembuh, angka kematian juga ditekan, itu yang kita akan capai. Mudah-mudahan di akhir tahun 2022 ini kondisinya semakin membaik, sehingga nanti di awal 2023 itu kita sudah bisa lebih baik lagi terkait penanganan covid-19. Dari Satgas Penanganan Covid-19 belum bisa menjamin atau memastikan di tahun depan pun ini (covid-19) sudah tidak ada.
Saran dan imbauan Satgas Penanganan Covid-19 mengantisipasi kegiatan HUT ke-77 RI di tengah pandemi?
Tentu saja tahun 2020, 2021, kita rayakan 17 Agustus dengan penuh kesederhanaan. Tentu saya kira di tahun ini kita ingin bahwa di hari kemerdekaan ini lebih meriah. Kami dari Satgas tidak mengeluarkan aturan-aturan untuk melarang, tetap diperbolehkan. Upacara peringatan 17 Agustus pun boleh dilaksanakan di tempat terbuka, mendatangkan orang banyak. Tapi, protokol kesehatan tetap ditegakkan.
Lomba-lomba boleh melepaskan masker. Tapi Satgas Covid-19 di daerah harus memantau terus, Satgas Covid-19 nasional juga akan patroli, ambil sampel begitu. Manakala ada penularan ya langsung dihentikan kegiatan. Kita akan laksanakan testing.
Kenapa kami berani? Berdasarkan hasil survei imunitas oleh Kemenkes memang di kota besar seperti Jakarta sudah semakin meningkat (herd immunity), di atas 90 persen. Sehingga, kita bisa perkirakan apabila terjadi kerumunan, tapi masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan, sudah vaksin.
Kami mengeluarkan aturan kalau (kerumunan) di atas 1.000 harus sudah booster. Kalau di bawah seribu dilaksanakan antigen. Boleh mengumpulkan orang tidak seperti 2020-2021, tapi protokol kesehatannya ditegakkan.
Prediksi Satgas Covid-19, kapan Indonesia masuk fase endemi?
Jadi endemi itu keinginan kita bersama, seluruh bangsa ingin Indonesia masuk ke fase endemi. Kalau kita lihat penularan di daerah Jakarta, Bandung, Surabaya, Jawa-Bali, di kota-kota besarnya, positivity rate berbeda-beda.
Para ahli mengatakan itu salah satu indikasi bahwa penanganan covid-19 sudah ada hasilnya dan penularannya sudah terkendali, bisa menuju ke endemi. Beda dengan beberapa waktu lalu yang (positivity rate) sama, jadi penularannya masih serentak.
Tetapi endemi ini bukan wewenang Indonesia yang menentukan. Suatu negara yang bisa dikatakan endemi itu WHO yang menentukan. Indikatornya adalah kalau tingkat penularannya sudah di bawah 1 persen. Kemudian, yang dirawat di rumah sakit itu di bawah 5 persen. Kemudian tingkat kematiannya di bawah 3 persen.
Indonesia sebetulnya sudah akan mengarah (ke endemi) dibanding jumlah penduduk, tapi saya tegaskan kita tidak usah menunggu kapan endemi atau pandemi. Toh, dengan status pandemi pun kehidupan masyarakat, sosial, ekonomi, budaya, sudah normal.
Masyarakat tidak perlu kapan menunggu (status endemi). Kita berkegiatan saja, justru dengan adanya status pandemi ini kita lebih berhati-hati melindungi diri kita dan keluarga kita. Pakai masker, jaga kebersihan, tidak ada covid-19 pun suatu kebutuhan. Sudah kita ikuti saja apa yang menjadi garisan WHO, tetap kita jaga diri, keluarga, dan kita yakin bersama status endemi tinggal menunggu waktu.
Kenaikan kasus covid-19 ini akibat varian-varian baru yang muncul. Kalau sudah tidak ada lagi varian baru insyaallah ini angka penularannya terus menurun.
Jakarta: Indonesia memasuki usia ke-77 hari ini. Selama dua tahun lebih, Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia berperang melawan pandemi covid-19.
Selain kesehatan, wabah ini melumpuhkan berbagai sektor kehidupan di Tanah Air. Tahun ini, Indonesia masih merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan di tengah kepungan virus korona.
Tingkat penularan
kasus covid-19 di Tanah Air memang tak lagi sehebat beberapa waktu lalu. Namun, peningkatan penularannya tak bisa dimungkiri kembali terjadi dua bulan terakhir. Sekitar 4-6 ribu kasus per harinya.
Secara akumulasi, masyarakat Indonesia yang terpapar covid-19 mencapai 6.292.231 orang per 16 Agustus 2022. Sebanyak 6.082.732 pasien sembuh, dan 157.277 nyawa melayang akibat virus tersebut. Jumlah kasus aktif berada di kisaran 52 ribu. Lalu, covid-19 telah tersebar ke 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.
Data ini menunjukkan kalau ancaman covid-19 masih nyata. Lantas, bisakah Indonesia benar-benar merdeka dari virus korona?
Berikut ini wawancara khusus
Medcom.id bersama Ketua
Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto, pada Jumat, 12 Agustus 2022:
Bagaimana situasi terkini covid-19 berdasarkan catatan Satgas Covid-19?
Setelah lebih dari dua tahun kita bersama-sama menangani pandemi covid-19, dewasa ini kasusnya relatif sudah semakin baik, meskipun sekitar satu bulan terakhir ini ada peningkatan. Kami mencatat kasus mingguannya meningkat sedikit, per hari antara 4 ribu-6 ribu kasus.
Tetapi, yang menggembirakan adalah tingkat keparahan yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit ini masih relatif sedikit. Dan untuk yang meninggal juga berkisar antara 10-25 kasus per hari.
Peningkatan ini tentu saja disumbang oleh adanya varian baru covid-19, yaitu ada varian B4, B5 yang sudah masuk ke Indonesia. Tetapi, secara umum tentu saja kita adakan evaluasi setiap hari, dan kalau kita cermati juga keterisian rumah sakit, khususnya Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, di situ pasiennya juga tidak pernah tembus ke angka 200.
Artinya, meskipun setiap hari ada konfirmasi sekitar 4-6 ribu kasus, tetapi rata-rata kasusnya bersifat ringan. Sehingga, tidak perlu dirawat di rumah sakit, mereka isolasi mandiri, minum vitamin, istirahat cukup, dan dalam hari kelima sudah sembuh.
Namun demikian, tentu saja ini pun tidak boleh membuat kita lengah, tetap kita waspada dan kita tetap menegakkan protokol kesehatan. Satgas Penanganan Covid-19, BNPB juga, setiap saat menggelorakan, mengampanyekan kepatuhan terkait protokol kesehatan dan pola hidup bersih. Sehingga, ke depan mudah-mudahan kita bisa selalu aman, sehat, bisa berdampingan hidup dengan pandemi covid-19.
Kementerian Kesehatan sempat memprediksi puncak kasus covid-19 terjadi di Juli, tapi sampai hari ini kasus masih agak tinggi. Prediksi Satgas melihat puncak covid-19 seperti apa?
Kalau Satgas Penanganan Covid-19 memang kita tetap berpegang pada apa yang disampaikan Bapak Menteri Kesehatan, puncak kasusnya sudah pernah di angka 6.400 per hari, tapi kemudian menurun.
Per kemarin (11 Agustus 2022) ada 5.532 kasus, dan beberapa hari ini memang tidak pernah mencapai di atas 6.500 kasus lagi. Artinya mungkin, mudah-mudahan ini sudah melandai, menurun, walaupun tidak langsung tajam. Kenapa? Karena kalau kita lihat mobilitas masyarakat sudah kembali seperti sebelum ada covid-19. Bahkan, pergerakan ekonomi, mobilitas manusia, justru sudah lebih meningkat daripada tahun awal sebelum adanya covid-19.
Ini menjadi catatan penting bagi Satgas untuk terus melaksanakan peningkatan kampanye protokol kesehatan. Meskipun kehidupan masyarakat sudah kembali seperti biasa, masyarakat juga seakan-akan pandai menyikapinya, terkadang juga ceroboh. Tetapi, tetap mengampanyekan untuk paling tidak pemakaian masker tetap diterapkan. Kalau mau menjaga jarak kemudian mengurangi mobilitas semakin sulit, paling tidak ke mana pun, aktivitas apa pun, masker selalu melekat di masing-masing perorangan.
Satgas melihat ada momentum apa saja yang memicu letupan angka covid-19? Salah satunya mungkin pembelajaran tatap muka yang sekarang sudah mulai berjalan?
Memang pembelajaran tatap muka ini satu sisi memang merugikan untuk penularan covid-19, tetapi kalau itu tidak dilaksanakan, ketertinggalan anak-anak sekolah terhadap pembelajaran ini juga sudah sungguh mengkhawatirkan. Tapi, makanya kita harus pandai-pandai, bahwa sekolah ini tetap dilaksanakan secara tatap muka, tapi begitu ada penularan, maka segera diadakan penutupan.
Satgas juga mengeluarkan surat edaran, satu sisi untuk melindungi masyarakat yang sudah kembali aktivitasnya seperti biasa, kita pun melindungi masyarakat melalui pembatasan yang tidak merugikan. Antara lain, dalam surat edaran Satgas itu kewajiban untuk vaksin dosis ketiga atau booster. Saat ini ketika ingin bergerak atau menuju tempat lain, baik dalam negeri atau luar negeri, kita wajib melaksanakan booster. Kemudian, kalau masuk fasilitas publik harus booster.
Kemudian potensi penularan seperti konser musik, event olah raga, atau acara-acara seni budaya, keagamaan, dan sebagainya, yang menimbulkan kerumunan orang banyak. Ini pun kita persyaratkan para pesertanya wajib booster. Ini yang dilakukan oleh Satgas.
Apabila ada peluang yang menimbulkan penularan covid-19, kita tidak bisa lagi seperti dulu, diperketat dan sebagainya. Kita barengi dengan aturan-aturan, supaya kegiatan yang menimbulkan orang banyak ini tidak menimbulkan penularan yang signifikan.
Satu lagi, beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan sudah melaksanakan zero survei terkait imunitas masyarakat. Hasilnya, memang dengan tiga kombinasi, karena vaksin dosis satu, dua, cukup tinggi, sudah ada booster, meskipun harus digenjot karena angkanya masih sedikit, kemudian sudah banyak yang terkena, kombinasi ini mengakibatkan herd immunity atau angka zero survei imunitas ini tinggi. Jadi mudah-mudahan masyarakat terlindungi, apalagi varian-varian baru yang hadir, kadar fatality rate-nya lebih rendah dari Delta, Alpa, atau Beta.
Sejauh mana Satgas optimistis target sasaran vaksinasi bisa tercapai tahun ini? Data vaksinasi booster terbaru seperti apa?
Sebetulnya, data vaksinasi kalau di Jawa, yang penduduknya padat, ini sudah tercapai. Memang yang belum tercapai ini di daerah terpencil, khususnya Papua. Papua ini ada beberapa faktor kesulitan, pertama, jarak antara orang di sana juga cukup jauh, sehingga dari satu titik ke titik lain memerlukan waktu dan tenaga, tidak seperti di Jawa. Kemudian, juga masih ada keengganan sebagian kecil masyarakat di sana yang menganggap bahwa tidak perlu ada vaksin.
Kemudian, daerah seperti Sumatra Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), kadang isu terkait vaksinasi ini, apakah boleh dari sudut agama tertentu dan tidaknya ini juga masih menghambat.
Tapi masyarakat di perkotaan yang padat penduduk yang dikhawatirkan ini kalau tidak divaksin menimbulkan penularan yang tinggi, yang signifikan, ini sudah tercapai. Tapi, tetap pemerintah yang melaksanakan vaksinasi adalah pemda, dibantu TNI-Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) ini terus mencari sasaran vaksinasi.
Dosis ketiga memang agak susah, karena sebagian masyarakat menganggap bahwa covid-19 sudah berlalu. Sehingga, agak susah mencari sasaran, makanya Satgas menyikapi hal itu dengan mengeluarkan aturan-aturan tadi itu. Masuk mal, fasilitas publik harus booster. Perizinan seperti pembuatan SIM, KTP, salah satu persyaratannya booster. Perjalanan dalam negeri dan luar negeri harus booster.
Aturan-aturan itu di satu sisi untuk melindungi masyarakat, juga untuk supaya capaian vaksinasi booster, khususnya dosis ketiga ini semakin meningkat. Kita negara demokrasi, tidak bisa secara keras memaksa. Ya, kita dengan aturan-aturan yang mau tidak mau, masyarakat juga daripada misalnya di perjalanan terhambat, lebih baik mereka booster. Karena booster gratis, sementara antigen, PCR berbayar.
Sejauh mana aturan-aturan tersebut berhasil menggenjot capaian vaksinasi?
Lumayan berhasil, kira-kira setelah hampir dua minggu ini, aturan itu (wajib booster) kan per 17 Juli, sudah hampir satu bulan. Angka booster di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan sebagainya, meningkat. Karena kita mau naik kereta saja harus booster, kalau engga, enggak bisa.
Ini juga mengakibatkan yang tadinya mau antigen, sekarang booster. Yang terbaru, dua hari lalu, kami mengeluarkan aturan bahwa kalau tidak booster, yang semula antigen, nah antigennya dihapus. Jadi, tidak booster harus PCR, nah PCR kan agak mahal. Mudah-mudahan tidak menimbulkan gejolak, sampai saat ini berjalan lancar.
Berdasarkan analisis evaluasi pelaku perjalanan dinas yang menggunakan pesawat, angka yang memilih antigen ini masih cukup banyak. Makanya kami atas diskusi dengan pakar, kementerian/lembaga terkait, dan atas arahan pemimpin negara, akhirnya kita putuskan untuk antigen kita hapuskan dari aturan itu. Yang bisa hanya booster dan PCR.
Sekali lagi ini bukan untuk memberatkan masyarakat, ini semua untuk melindungi dan membantu masyarakat dalam masa pandemi covid-19 ini.
Di tengah kesulitan menggenjot booster, sudah keluar booster kedua atau vaksin dosis keempat, apa pertimbangannya?
Dasar pemikiran pemerintah, Satgas, sama seperti awal covid-19, prioritas kita berikan kepada tenaga kesehatan, karena tenaga kesehatan menjadi garda terdepan. Walaupun kasusnya sudah melandai, tapi tetap masih ada yang tertular, meninggal, walaupun tidak seperti dulu.
Tentu saja para tenaga kesehatan ini dilindungi dulu sejak awal, jangan sampai, seperti awal pandemi covid-19, banyak dokter, tenaga kesehatan, yang menjadi korban. Kita tidak ingin seperti itu.
Kemudian kedua, kita juga akan berikan dosis keempat ini kepada warga masyarakat yang rentan, yang lanjut usia, yang komorbid. Tapi untuk masyarakat umum, sementara ini belum ada program dosis keempat, karena kami khawatir, dosis ketiga ini kita genjot dulu.
Vaksin itu ada masa kedaluwarsanya, jangan sampai yang kedaluwarsa lebih tinggi daripada yang disuntikkan. Makanya, aturan tadi kita desain bukan menyulitkan masyarakat, tapi tingkat capaian booster ini semakin meningkat. Mudah-mudahan kalau booster sudah di atas 80-90 persen, mungkin kita bisa berpikir untuk booster dosis kedua untuk masyarakat umum.
Kita ketahui bersama, vaksinasi ini tidak seumur hidup, ada masa efektivitasnya menurun terus. Sehingga, kalau penyakitnya tidak hilang-hilang dari bumi Indonesia ini, perlu juga ke depan, seluruh masyarakat Indonesia divaksin ulang.
Booster untuk tenaga kesehatan (nakes) apakah ada kesulitan?
Kalau tenaga kesehatan lancar-lancar saja, tidak ada masalah melaksanakan booster kepada tenaga kesehatan. Nah yang memang agak susah itu masyarakat banyak, karena mereka menilai sudah tidak ada covid-19, buat apa kita disuntik lagi.
Tapi dengan pendekatan secara persuasif, ada program-progam juga kan vaksinasi, misalnya booster mendapat sembako, minyak goreng. Segala macam cara dilakukan agar meningkat.
Memasuki musim pemilu, biasanya ada kegiatan vaksin dalam acara kampanye? Boleh saja atau ada aturan tertentu?
Kalau sejauh tidak melanggar aturan KPU, dari sudut booster-nya tidak melarang. Kami capaian vaksinasinya yang penting. Kami sangat senang kalau setiap hari capaian vaksinasinya terus meningkat. Kami khawatir vaksin yang ada, kan ada masa berlakunya, kalau tidak disuntikan nanti kedaluwarsa.
Catatan Satgas Covid-19 soal vaksin kedaluwarsa?
Kami belum ada data yang akurat, catatannya di Kemenkes. Tapi tentu saja setiap bulan itu ada terus, makanya kami berlomba dengan waktu juga. Jangan sampai yang kedaluwarsa dengan yang disuntikkan itu lebih banyak yang kedaluwarsa.
Meskipun yang disuntikkan itu, dari Kemenkes menyatakan kebanyakan vaksin yang kedaluwarsa ini merupakan donasi dari luar. Tapi, apa pun, walapun kita tidak beli bukan berarti enggak apa-apa kalau misalnya habis masa pakainya, tetap kita berupaya menyuntikannya kepada masyarakat.
Ada tipe masyarakat yang kompetitif soal vaksin, bahkan rela berbayar? Bagaimana Satgas Covid-19 melihat fenomena ini?
Sementara belum ada, dulu kan ada vaksin gotong royong. Sekarang sudah tidak ada. Program vaksin keempat ini belum ada untuk masyarakat. Aturannya belum boleh untuk masyarakat. Yang boleh untuk booster kedua itu Nakes, lansia yang terpilih, dan kaum komorbid. Tapi yang digelar sementara ini khusus untuk tenaga kesehatan dulu.
Sejauh mana melihat peluang Indonesia merdeka dari covid-19?
Sebagai bangsa kita tentu semua berharap bisa terlepas dari pandemi covid-19. Karena sudah dua tahun kita bersama-sama dengan covid-19. Kalau kita lihat global, Indonesia tidak bisa berdiri sendiri, global naik semua, Amerika naik, Jepang naik, Korea naik, negara tetangga seperti Singapura angkanya juga naik. Sehingga, kita tetap harus mempertahankan kondisi minimal seperti ini.
Indonesia menjadi salah satu negara yang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang 270 juta lebih ini, kita malah kasus hariannya yang paling sedikit dibanding negara lain. Sehingga, bagi kami Satgas tidak buru-buru kapan kita bisa bebas dari covid-19. Yang penting kita bisa hidup bersama-sama covid-19. Artinya kegiatan ekonomi bisa berjalan seperti biasa, kegiatan sosial budaya bisa berjalan seperti biasa, kita patuh protokol kesehatan, gunakan masker, dan tetap terkendali.
Kasus penularannya mungkin masih ada, tapi itu tidak signifikan. Satu atau dua hari bisa sembuh, angka kematian juga ditekan, itu yang kita akan capai. Mudah-mudahan di akhir tahun 2022 ini kondisinya semakin membaik, sehingga nanti di awal 2023 itu kita sudah bisa lebih baik lagi terkait penanganan covid-19. Dari Satgas Penanganan Covid-19 belum bisa menjamin atau memastikan di tahun depan pun ini (covid-19) sudah tidak ada.
Saran dan imbauan Satgas Penanganan Covid-19 mengantisipasi kegiatan HUT ke-77 RI di tengah pandemi?
Tentu saja tahun 2020, 2021, kita rayakan 17 Agustus dengan penuh kesederhanaan. Tentu saya kira di tahun ini kita ingin bahwa di hari kemerdekaan ini lebih meriah. Kami dari Satgas tidak mengeluarkan aturan-aturan untuk melarang, tetap diperbolehkan. Upacara peringatan 17 Agustus pun boleh dilaksanakan di tempat terbuka, mendatangkan orang banyak. Tapi, protokol kesehatan tetap ditegakkan.
Lomba-lomba boleh melepaskan masker. Tapi Satgas Covid-19 di daerah harus memantau terus, Satgas Covid-19 nasional juga akan patroli, ambil sampel begitu. Manakala ada penularan ya langsung dihentikan kegiatan. Kita akan laksanakan testing.
Kenapa kami berani? Berdasarkan hasil survei imunitas oleh Kemenkes memang di kota besar seperti Jakarta sudah semakin meningkat (herd immunity), di atas 90 persen. Sehingga, kita bisa perkirakan apabila terjadi kerumunan, tapi masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan, sudah vaksin.
Kami mengeluarkan aturan kalau (kerumunan) di atas 1.000 harus sudah booster. Kalau di bawah seribu dilaksanakan antigen. Boleh mengumpulkan orang tidak seperti 2020-2021, tapi protokol kesehatannya ditegakkan.
Prediksi Satgas Covid-19, kapan Indonesia masuk fase endemi?
Jadi endemi itu keinginan kita bersama, seluruh bangsa ingin Indonesia masuk ke fase endemi. Kalau kita lihat penularan di daerah Jakarta, Bandung, Surabaya, Jawa-Bali, di kota-kota besarnya, positivity rate berbeda-beda.
Para ahli mengatakan itu salah satu indikasi bahwa penanganan covid-19 sudah ada hasilnya dan penularannya sudah terkendali, bisa menuju ke endemi. Beda dengan beberapa waktu lalu yang (positivity rate) sama, jadi penularannya masih serentak.
Tetapi endemi ini bukan wewenang Indonesia yang menentukan. Suatu negara yang bisa dikatakan endemi itu WHO yang menentukan. Indikatornya adalah kalau tingkat penularannya sudah di bawah 1 persen. Kemudian, yang dirawat di rumah sakit itu di bawah 5 persen. Kemudian tingkat kematiannya di bawah 3 persen.
Indonesia sebetulnya sudah akan mengarah (ke endemi) dibanding jumlah penduduk, tapi saya tegaskan kita tidak usah menunggu kapan endemi atau pandemi. Toh, dengan status pandemi pun kehidupan masyarakat, sosial, ekonomi, budaya, sudah normal.
Masyarakat tidak perlu kapan menunggu (status endemi). Kita berkegiatan saja, justru dengan adanya status pandemi ini kita lebih berhati-hati melindungi diri kita dan keluarga kita. Pakai masker, jaga kebersihan, tidak ada covid-19 pun suatu kebutuhan. Sudah kita ikuti saja apa yang menjadi garisan WHO, tetap kita jaga diri, keluarga, dan kita yakin bersama status endemi tinggal menunggu waktu.
Kenaikan kasus covid-19 ini akibat varian-varian baru yang muncul. Kalau sudah tidak ada lagi varian baru insyaallah ini angka penularannya terus menurun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)