Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto. Foto: Dok Medcom.id
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto. Foto: Dok Medcom.id

Wawancara Khusus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto

Menakar Peluang Indonesia Merdeka dari Covid-19

Medcom • 17 Agustus 2022 07:01

Ada tipe masyarakat yang kompetitif soal vaksin, bahkan rela berbayar? Bagaimana Satgas Covid-19 melihat fenomena ini?

Sementara belum ada, dulu kan ada vaksin gotong royong. Sekarang sudah tidak ada. Program vaksin keempat ini belum ada untuk masyarakat. Aturannya belum boleh untuk masyarakat. Yang boleh untuk booster kedua itu Nakes, lansia yang terpilih, dan kaum komorbid. Tapi yang digelar sementara ini khusus untuk tenaga kesehatan dulu.

Sejauh mana melihat peluang Indonesia merdeka dari covid-19?

Sebagai bangsa kita tentu semua berharap bisa terlepas dari pandemi covid-19. Karena sudah dua tahun kita bersama-sama dengan covid-19. Kalau kita lihat global, Indonesia tidak bisa berdiri sendiri, global naik semua, Amerika naik, Jepang naik, Korea naik, negara tetangga seperti Singapura angkanya juga naik. Sehingga, kita tetap harus mempertahankan kondisi minimal seperti ini.
 
Indonesia menjadi salah satu negara yang dibandingkan dengan jumlah penduduk yang 270 juta lebih ini, kita malah kasus hariannya yang paling sedikit dibanding negara lain. Sehingga, bagi kami Satgas tidak buru-buru kapan kita bisa bebas dari covid-19. Yang penting kita bisa hidup bersama-sama covid-19. Artinya kegiatan ekonomi bisa berjalan seperti biasa, kegiatan sosial budaya bisa berjalan seperti biasa, kita patuh protokol kesehatan, gunakan masker, dan tetap terkendali.
 
Kasus penularannya mungkin masih ada, tapi itu tidak signifikan. Satu atau dua hari bisa sembuh, angka kematian juga ditekan, itu yang kita akan capai. Mudah-mudahan di akhir tahun 2022 ini kondisinya semakin membaik, sehingga nanti di awal 2023 itu kita sudah bisa lebih baik lagi terkait penanganan covid-19. Dari Satgas Penanganan Covid-19 belum bisa menjamin atau memastikan di tahun depan pun ini (covid-19) sudah tidak ada.

Saran dan imbauan Satgas Penanganan Covid-19 mengantisipasi kegiatan HUT ke-77 RI di tengah pandemi?

Tentu saja tahun 2020, 2021, kita rayakan 17 Agustus dengan penuh kesederhanaan. Tentu saya kira di tahun ini kita ingin bahwa di hari kemerdekaan ini lebih meriah. Kami dari Satgas tidak mengeluarkan aturan-aturan untuk melarang, tetap diperbolehkan. Upacara peringatan 17 Agustus pun boleh dilaksanakan di tempat terbuka, mendatangkan orang banyak. Tapi, protokol kesehatan tetap ditegakkan.

Lomba-lomba boleh melepaskan masker. Tapi Satgas Covid-19 di daerah harus memantau terus, Satgas Covid-19 nasional juga akan patroli, ambil sampel begitu. Manakala ada penularan ya langsung dihentikan kegiatan. Kita akan laksanakan testing.
 
Kenapa kami berani? Berdasarkan hasil survei imunitas oleh Kemenkes memang di kota besar seperti Jakarta sudah semakin meningkat (herd immunity), di atas 90 persen. Sehingga, kita bisa perkirakan apabila terjadi kerumunan, tapi masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan, sudah vaksin. 
 
Kami mengeluarkan aturan kalau (kerumunan) di atas 1.000 harus sudah booster. Kalau di bawah seribu dilaksanakan antigen. Boleh mengumpulkan orang tidak seperti 2020-2021, tapi protokol kesehatannya ditegakkan.

Prediksi Satgas Covid-19, kapan Indonesia masuk fase endemi?

Jadi endemi itu keinginan kita bersama, seluruh bangsa ingin Indonesia masuk ke fase endemi. Kalau kita lihat penularan di daerah Jakarta, Bandung, Surabaya, Jawa-Bali, di kota-kota besarnya, positivity rate berbeda-beda.
 
Para ahli mengatakan itu salah satu indikasi bahwa penanganan covid-19 sudah ada hasilnya dan penularannya sudah terkendali, bisa menuju ke endemi. Beda dengan beberapa waktu lalu yang (positivity rate) sama, jadi penularannya masih serentak. 
 
Tetapi endemi ini bukan wewenang Indonesia yang menentukan. Suatu negara yang bisa dikatakan endemi itu WHO yang menentukan. Indikatornya adalah kalau tingkat penularannya sudah di bawah 1 persen. Kemudian, yang dirawat di rumah sakit itu di bawah 5 persen. Kemudian tingkat kematiannya di bawah 3 persen. 
 
Indonesia sebetulnya sudah akan mengarah (ke endemi) dibanding jumlah penduduk, tapi saya tegaskan kita tidak usah menunggu kapan endemi atau pandemi. Toh, dengan status pandemi pun kehidupan masyarakat, sosial, ekonomi, budaya, sudah normal. 
 
Masyarakat tidak perlu kapan menunggu (status endemi). Kita berkegiatan saja, justru dengan adanya status pandemi ini kita lebih berhati-hati melindungi diri kita dan keluarga kita. Pakai masker, jaga kebersihan, tidak ada covid-19 pun suatu kebutuhan. Sudah kita ikuti saja apa yang menjadi garisan WHO, tetap kita jaga diri, keluarga, dan kita yakin bersama status endemi tinggal menunggu waktu.
 
Kenaikan kasus covid-19 ini akibat varian-varian baru yang muncul. Kalau sudah tidak ada lagi varian baru insyaallah ini angka penularannya terus menurun.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan