Bandar Lampung: Suara tangisan MR, 10, bocah yang menjadi korban kekerasan fisik selalu terdengar saat larut malam. Anak tersebut kerap mendapatkan penganiayaan dengan disayat menggunakan silet, dipukul, hingga digunting, yang dilakukan ibu kandungnya inisial EW, 47.
Pemilik kontrakan, Meri, 39, mengatakan ia kerap terbangun sekitar pukul 02.00 WIB karena mendengar suara tangisan. Dia kemudian melihat MR duduk merunduk sambil menangis menahan sakitnya luka sayatan di sekujur tubuh.
"Saya penasaran karena tiap malam nangis. Pas buka jendela liat anak itu duduk merunduk, nangis seperti nahan sakit gitu," kata Meri, Selasa, 22 Februari 2022.
Tanda-tanda kecurigaan adanya kekerasan fisik diketahui setelah sepekan tinggal di kontrakannya. Ditambah bocah tersebut selalu menangis saat malam dan terlihat luka-luka di sekujur tubuh.
"Tinggal di sini baru satu bulan. Seminggu enggak curiga, setelah lama-lama heran saya kok nangis terus dan ada tanda luka-luka," katanya.
Baca juga: Tega! Ibu Kandung Sayat Anak Gegara Uang Parkir
Kemudian, di suatu malam ia kembali mendengar ibunya memukul korban menggunakan sapu. Saat itu MR sedang menyapu tanpa busana.
Saat itu Meri mencoba menegur ibunya agar tidak memukul anaknya. Namun, pelaku tidak mengindahkan teguran itu.
"Setelah anak itu buang sampah saya samperin dan saya peluk. Saya tanya kenapa dipukul, jawabnya karena numpahin susu kucing," ujarnya.
Alasan itu membuatnya terkejut hingga seorang ibu tega melakukan kekerasan fisik pada anaknya. Ia pun kembali curiga dan terus mencari tahu penyebab setiap malam menangis.
"Setiap hari nangis, siang, sore, malam. Saya bilang kucing enggak bisa nyari duit, kenapa kamu yang dipukulin," tanya Meri.
Selain itu, anak-anak di lingkungannya sering melihat korban tidak berbusana di malam hari sambil menangis. Ia pun sulit mencari tahu yang terjadi pada MR lantaran ibunya sering mengawasi.
"Ibunya selalu mengawasi anaknya baik berangkat kerja hingga pulang kerja, ibunya selalu membawa tas ransel," terang dia.
Saat ditelusuri, ternyata tas ransel tersebut berisikan satu bilah pisau, gunting, dan silet. Diduga untuk melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya.
Kasus itu terbongkar saat ibunya lengah dan tidak mengawasi korban. Sehingga, ia langsung menghampiri dan melihat luka-luka yang belum kering akibat kekerasan fisik.
Baca juga: Klaster Covid-19 Nakes Muncul di Babel
"Anaknya jujur dia sering mendapat kekerasan fisik. Lalu saya foto, tetapi belum berani ngomong ke orang-orang takut salah," ujarnya.
Sementara itu, pada 18 Februari 2022, secara kebetulan ada dua wanita dan dua pria datang memarahi ibu korban hingga terjadi cekcok.
"Saya dengar, kalau enggak bisa urus anak ya sini biar saya yang urus anaknya," ujarnya.
Hingga akhirnya, kelompok itu data bersama RT dan pamong setempat untuk menindaklanjuti perbuatan pelaku. Sehingga ia memberitahukan perbuatan ibu korban itu Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA).
Bandar Lampung: Suara tangisan MR, 10, bocah yang menjadi
korban kekerasan fisik selalu terdengar saat larut malam. Anak tersebut kerap mendapatkan penganiayaan dengan disayat menggunakan silet, dipukul, hingga digunting, yang dilakukan ibu kandungnya inisial EW, 47.
Pemilik kontrakan, Meri, 39, mengatakan ia kerap terbangun sekitar pukul 02.00 WIB karena mendengar suara tangisan. Dia kemudian melihat MR duduk merunduk sambil menangis menahan sakitnya luka sayatan di sekujur tubuh.
"Saya penasaran karena tiap malam nangis. Pas buka jendela liat anak itu duduk merunduk, nangis seperti nahan sakit gitu," kata Meri, Selasa, 22 Februari 2022.
Tanda-tanda kecurigaan adanya kekerasan fisik diketahui setelah sepekan tinggal di kontrakannya. Ditambah bocah tersebut selalu menangis saat malam dan terlihat luka-luka di sekujur tubuh.
"Tinggal di sini baru satu bulan. Seminggu enggak curiga, setelah lama-lama heran saya kok nangis terus dan ada tanda luka-luka," katanya.
Baca juga:
Tega! Ibu Kandung Sayat Anak Gegara Uang Parkir
Kemudian, di suatu malam ia kembali mendengar ibunya memukul korban menggunakan sapu. Saat itu MR sedang menyapu tanpa busana.
Saat itu Meri mencoba menegur ibunya agar tidak memukul anaknya. Namun, pelaku tidak mengindahkan teguran itu.
"Setelah anak itu buang sampah saya samperin dan saya peluk. Saya tanya kenapa dipukul, jawabnya karena numpahin susu kucing," ujarnya.
Alasan itu membuatnya terkejut hingga seorang ibu tega melakukan kekerasan fisik pada anaknya. Ia pun kembali curiga dan terus mencari tahu penyebab setiap malam menangis.
"Setiap hari nangis, siang, sore, malam. Saya bilang kucing enggak bisa nyari duit, kenapa kamu yang dipukulin," tanya Meri.
Selain itu, anak-anak di lingkungannya sering melihat korban tidak berbusana di malam hari sambil menangis. Ia pun sulit mencari tahu yang terjadi pada MR lantaran ibunya sering mengawasi.
"Ibunya selalu mengawasi anaknya baik berangkat kerja hingga pulang kerja, ibunya selalu membawa tas ransel," terang dia.
Saat ditelusuri, ternyata tas ransel tersebut berisikan satu bilah pisau, gunting, dan silet. Diduga untuk melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya.
Kasus itu terbongkar saat ibunya lengah dan tidak mengawasi korban. Sehingga, ia langsung menghampiri dan melihat luka-luka yang belum kering akibat kekerasan fisik.
Baca juga:
Klaster Covid-19 Nakes Muncul di Babel
"Anaknya jujur dia sering mendapat kekerasan fisik. Lalu saya foto, tetapi belum berani ngomong ke orang-orang takut salah," ujarnya.
Sementara itu, pada 18 Februari 2022, secara kebetulan ada dua wanita dan dua pria datang memarahi ibu korban hingga terjadi cekcok.
"Saya dengar, kalau enggak bisa urus anak ya sini biar saya yang urus anaknya," ujarnya.
Hingga akhirnya, kelompok itu data bersama RT dan pamong setempat untuk menindaklanjuti perbuatan pelaku. Sehingga ia memberitahukan perbuatan ibu korban itu Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)