Kedutaan Tiongkok di Kabul tetap beroperasi, meskipun Beijing mulai mengevakuasi warga Tiongkok dari negara itu beberapa bulan lalu karena keamanan yang memburuk.
Paham sejarah
Afghanistan selama berabad-abad telah menjadi kuali aspirasi kekuatan besar di Asia Tengah, namun banyak di antaranya akhirnya kandas.Sementara Taliban mencoba untuk mengubah citra sebagai kekuatan yang lebih moderat daripada selama inkarnasi garis keras brutal pertama mereka. Hingga kini Taliban tetap menjadi entitas tak terduga yang memimpin negara yang bergejolak.
Baca: Situasi di Kabul Berangsur Normal Setelah Kemenangan Taliban.
“Tiongkok tahu sejarah ini, dan mereka tahu bahwa ini adalah pemerintah yang tidak akan mereka percayai sepenuhnya," kata Raffaello Pantucci, peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura yang mengkhususkan diri di Afghanistan.
“Dan itu membuat dorongan investasi yang tergesa-gesa tidak mungkin terjadi. Mengapa tiba-tiba menjadi prospek yang lebih menarik sekarang, ketika Anda memiliki situasi yang kurang stabil dengan pemerintah yang tidak terlalu dapat diandalkan?" ujarnya.
"Saya tidak melihat perusahaan Tiongkok mengatakan 'ayo pergi dan menambang lithium' terutama di beberapa bagian negara yang masih sangat berbahaya," tambah Pantucci.
Kemenangan propaganda
Tetapi di mana Tiongkok menuai keuntungan sudah ada lewat propaganda. Beijing secara terbuka memeras nilai propaganda maksimum dari kegagalan kebijakan luar negeri Amerika yang spektakuler di Afghanistan.Media pemerintahnya memuat gambar warga Afghanistan yang putus asa membanjiri bandara Kabul dalam upaya melarikan diri pada hari Senin sebagai tanda kekacauan yang dipicu oleh mundurnya AS.