Tetapi pragmatisme tampaknya lebih mendominasi ideologi terhadap kelompok yang doktrin agamanya di masa lalu membuat Tiongkok muak.
Baca: Kembali ke Afghanistan, Pendiri Taliban Siap Jadi Presiden.
Taliban tampaknya telah memahami bahwa jika mereka menginginkan hubungan baik dengan Tiongkok, mereka harus memastikan Muslim Tiongkok tidak ganggu.
Seorang Juru Bicara Taliban, Mohammad Naeem, telah bersumpah bahwa "tanah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan keamanan negara mana pun."

Warga Afghanistan di Bandara Kabul saat ingin keluar pada 16 Agustus 2021. Foto: AFP
Di Tiongkok, media pemerintah telah meningkatkan potensi untuk mendorong skema ekonomi utama di bawah rezim baru, dari proyek Tambang Tembaga Aynak -,deposit tembaga terbesar Afghanistan, dan terbesar kedua di dunia,— hingga ladang minyak utara Faryab dan Sar-i-pul.
Perusahaan-perusahaan yang didukung Beijing telah menggelontorkan ratusan juta dolar demi hak untuk menambang dan membangun. Tetapi ketidakamanan yang ekstrem telah membekukan sebagian besar rencana.
Sementara itu, deposit lithium Afghanistan yang melimpah -,negara itu dijuluki 'Saudi Arabia of lithium’,- membuat produsen kendaraan listrik yang menggunakan mineral menjilat bibir mereka. Dan Tiongkok adalah pembuat kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.
“Taliban, yang akan mendapat manfaat besar dari membangun hubungan dengan Beijing mengharapkan partisipasi Tiongkok dalam rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan," ucap Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying kepada wartawan, Senin.
"Kami menyambut ini," tegasnya.