Abdul Ghani Baradar kembali ke Afghanistan dan siap menjadi presiden. Foto: AFP
Abdul Ghani Baradar kembali ke Afghanistan dan siap menjadi presiden. Foto: AFP

Kembali ke Afghanistan, Pendiri Taliban Siap Jadi Presiden

Fajar Nugraha • 18 Agustus 2021 17:42
Kandahar: Salah seorang pendiri Taliban diperkirakan akan menjadi presiden Afghanistan berikutnya setelah ia kembali ke negara itu setelah 10 tahun jalani pengasingan. Abdul Ghani Baradar tiba di Kandahar pada Selasa, 17 Agustus 2021.
 
Dia kembali menyusul pengambilalihan Taliban yang mendorong ribuan penduduk meninggalkan rumah mereka dan bergegas ke bandara untuk mencoba melarikan diri dari Afghanistan yang dipimpin kelompok militan itu.
 
Baca: Bangun Pemerintahan Baru Afghanistan, Ini Janji Taliban.

Baradar, teman dekat pendiri Taliban Mohammad Omar, dikawal oleh armada SUV putih dan disambut dengan tanggapan beragam dari warga. Beberapa di antaranya bersorak sementara yang lain hanya berdiri dan menyaksikan adegan itu terungkap.
 
Tidak jelas persis berapa usia pendiri Taliban, tetapi ia diketahui pernah menjabat sebagai Gubernur Taliban di beberapa provinsi pada akhir 1990-an. Saat Taliban jatuh, dia terakhir tinggal di penjara Pakistan dan hotel mewah di Doha, Qatar.
 
Ketika Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu dan Taliban mengambil alih, Baradar mengeluarkan pernyataan video di mana dia berkomentar: “Sekarang ujiannya datang. Sekarang ini tentang bagaimana kami melayani dan mengamankan orang-orang kami dan memastikan masa depan mereka”.
 
Seorang pejabat PBB di Afghanistan yang berbicara kepada The Washington Post mengatakan Baradar melarikan diri ke Pakistan dan mulai tinggal di Karachi pada tahun-tahun awal perang. Dia sangat marah oleh serangan udara Amerika Serikat (AS) yang menewaskan puluhan orang pada pernikahan kerabatnya pada 2002.
 
Baradar muncul sebagai pemimpin harian dari upaya perang Taliban pada saat pemerintahan Barack Obama mengirim lebih banyak pasukan ke Afghanistan pada 2010. Tetapi dia ditangkap pada awal tahun yang sama dalam operasi gabungan oleh CIA dan pasukan Pakistan di Karachi.
 
Dia tetap di penjara hingga 2018, ketika dia dibebaskan atas permintaan para pemimpin AS dan Afghanistan untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai. Tahun lalu, dia membahas negosiasi pembagian kekuasaan di Afghanistan dan mengklaim bahwa Taliban sedang mencari “sistem Islam di mana semua orang di negara ini dapat berpartisipasi tanpa diskriminasi dan hidup harmonis satu sama lain dalam suasana persaudaraan”.
 
Thomas Ruttig, mantan diplomat Jerman dan analis lama Afghanistan, mengatakan kepada The Washington Post Baradar telah “mengembangkan dan menunjukkan pemahaman politik” selama bertahun-tahun.
 
“Hal ini menggambarkannya sebagai sesuatu seperti penyeimbang bagi orang-orang yang lebih keras dalam gerakan Taliban,” ujar Ruttig, seperti dikutip dari The Washington Post, Rabu 18 Agustus 2021.
 
“Bagus untuk memiliki seseorang seperti itu. Tampaknya Baradar akan memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan baru Taliban dan telah diremehkan dalam perannya di sana,” tegasnya.
 
Taliban telah berjanji untuk menciptakan negara yang lebih inklusif dengan perempuan yang terlibat dalam pemerintahannya. Tetapi belum ada pemimpin yang jelas yang ditetapkan, masih harus dilihat apakah mereka akan menepati janjinya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan