Kabul: Negara-negara asing menyambut susunan pemerintahan baru di Afghanistan dengan hati-hati dan cemas pada Rabu 8 September, setelah Taliban menunjuk tokoh-tokoh veteran garis keras ke posisi teratas. Tokoh tersebut termasuk mereka yang masuk dalam daftar teroris Amerika Serikat (AS).
Ketika para menteri yang baru diangkat dan wakil-wakil mereka mulai bekerja setelah mereka ditunjuk Selasa malam, penjabat Perdana Menteri Mohammad Hasan Akhund mendesak mantan pejabat yang melarikan diri dari Afghanistan untuk kembali. Akhund mengatakan keselamatan mereka akan dijamin.
"Kami telah menderita kerugian besar untuk momen bersejarah ini dan era pertumpahan darah di Afghanistan telah berakhir," katanya kepada Al Jazeera, seperti dikutip Channel News Asia, Kamis 9 September 2021.
Baca: Buronan Teroris dalam Pemerintahan Baru Afghanistan Bentukan Taliban.
Puluhan ribu orang pergi setelah Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus menyusul operasi militer kilat. Banyak dari kalangan profesional yang takut akan pembalasan karena hubungan mereka dengan pemerintah yang didukung Barat.
Di Kabul, puluhan perempuan turun ke jalan lagi untuk menuntut perwakilan dalam pemerintahan baru dan agar hak-hak mereka dilindungi.
Secara lebih luas, orang-orang mendesak para pemimpin untuk menghidupkan kembali ekonomi Afghanistan. Saat ini ekonomi Afghanistan menghadapi inflasi yang tajam, kekurangan pangan yang diperburuk oleh kekeringan dan kemungkinan pemotongan bantuan internasional karena negara-negara menjauhkan diri dari Taliban.
Amerika Serikat menggarisbawahi kewaspadaannya pada Rabu. "Ini adalah kabinet sementara," kata Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan