Lewat BDF, kita bisa mendengarkan negara-negara mencari keseimbangan dalam mengatasi pandemi. Di sisi lain, tetap memberikan seluas-luasnya ruang bagi ekspresi demokrasi. Dengan demikian, di forum ini, bisa saling berbagi pengalaman mereka dalam mencari keseimbangan tersebut. Itu sebabnya, BDF sangat relevan, karena justru semakin banyak negara yang berkeinginan untuk berpartisipasi dalam forum ini.
2. Apakah yang membedakan BDF tahun ini dengan tahun lalu? Dan mengapa tema Democracy for Humanity diambil untuk BDF tahun ini?
Kalau tahun lalu, kita melihat langsung dampak dari pandemi terhadap demokrasi. Bagaimana kita berbicara dalam skala yang lebih luas, bahwa semua mencatat tantangan yang muncul akibat praktik-praktik demokrasi itu. Semua negara mengakui adanya masalah atau tantangan tersendiri dari pandemi terhadap implementasi atau pelaksanaan demokrasi. Itu yang kita tangkap, dan kita visualisasikan dari penyampaian pandangan negara-negara dan kita sendiri.Dalam BDF kali ini, kita melangkah satu kali lebih maju, melihat apa sih tantangan yang muncul dari pandangan tersebut terhadap hal-hal mendasar yang diinginkan oleh masyarakat di manapun, baik dalam sistem demokrasi atau tertutup. Yang dimunculkan oleh tantangan pandemik, misalnya tantangan kemiskinan, masalah inklusivitas, masalah kesetaraan.
Bagaimana sistem pemerintahan di negara tersebut mampu mengatasi pandemi, seraya mengatasi tantangan tersebut. Kalau tahun lalu masih bicara dalam laporan umum, di pertemuan ini kita masuk ke isu besar yang melibatkan negara-negara dunia, termasuk negara yang berdemokrasi. Itulah kenapa kita mengambil tema tersebut, untuk lebih dalam lagi dari sisi studi kasus pengalaman negara-negara peserta.
3. Apakah akan ada pembahasan terkait bidang kesehatan dalam BDF kali ini?
Kita lebih berbicara mengenai kesetaraan. Misalnya, bagimana masyarakat dalam suatu sistem politik bisa mendapat perlakuan yang sama atau kesetaraan dalam hak-hak mereka terhadap akses kesehatan, kesempatan berekonomi, dan akses-akses lainnya. Semua mendapatkan kesetaraan, tidak ada yang diistimewakan.Jadi, kalau kita berangkat dari pengalaman negara-negara, contohnya bagaimana hal ini bisa terjawab melalui praktik-praktik bernegara kalau tidak dalam aspek yang lebih besar. Untuk isu kesehatan, kalau kita bicara mengenai kesetaraan ada isu ketimpangan ya dari negara-negara berkembang untuk akses terhadap vaksin, misalnya. Dari situ kalau kita bicara mengenai arsitektur kesehatan global.
Ada permasalahan, karena tidak semua negara bangsa mendapatkan akses yang sama bagi fasilitas kesehatan, seperti vaksinasi. Memang tidak akan berbicara terhadap isu tersebut, tapi kita melihat bagaimana masalah keterpurukan sistem akan berdampak bagi meningkatnya kemiskinan di negara tersebut. Jadi ini salah satu yang kita bayangkan akan diangkat dalam pengalaman negara-negara dalam menghadapi pandemi covid-19, karena memang situasinya seperti itu.