Aung San Suu Kyi saat menyapa warga saat menjalani tahanan rumah pada 2010 silam. Foto: AFP
Aung San Suu Kyi saat menyapa warga saat menjalani tahanan rumah pada 2010 silam. Foto: AFP

Kisah Hidup di Tengah Kediktatoran Militer Myanmar

Fajar Nugraha • 03 Februari 2021 10:54

 
Apa yang disebut Revolusi Saffron adalah serangkaian protes jalanan di Myanmar pada 2007 yang menyebabkan ribuan biksu negara itu bangkit melawan rezim militer. Biksu dipuja oleh kebanyakan orang di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Tetapi banyak dari mereka yang dipenjara selama protes, dan ada laporan setidaknya tiga biksu dibunuh oleh pasukan keamanan.
 
"Saya melihat banyak pengunjuk rasa di luar rumah saya, dan ada ketegangan dan ketakutan di udara, ada tentara di mana-mana," kata Phyo.

Phyo menambahkan, tumbuh sebagai remaja, ponsel sebagian besar tidak ada. Hanya digunakan oleh mereka yang mampu di Myanmar.
 
"Mereka membuat ponsel sangat mahal, jadi tidak ada yang mampu membelinya. Dulu orang hanya punya sambungan telepon rumah, dan kadang-kadang akan ada pemadaman listrik sehingga Anda bahkan tidak bisa berbicara dengan siapa pun,” tuturnya.
 
Phyo akhirnya melanjutkan ke universitas di luar negeri, di mana dia menyadari betapa berbedanya beberapa hal di Barat dibandingkan dengan Myanmar.
 
"Saya ingat jika ada polisi yang akan disukai teman-teman saya, itu menakutkan!. Tapi bagi saya, sangat normal jika ada tentara di mana-mana,” ucap Phyo.
 
Pada pagi hari 1 Februari, dia mengatakan dia bangun jam 6.00 pagi karena lusinan notifikasi di teleponnya. “Anda baru saja bangun dan tiba-tiba seluruh pemerintahan Anda ditangkap," katanya.
 
“Ketika saya masih muda, Anda akan terbangun dengan berita seperti ini - orang tiba-tiba masuk penjara, atau orang menghilang. Rasanya seperti déjà vu, seperti kita kembali ke titik awal - bagaimana dulu. Semua pekerjaan yang telah kami lakukan, segala legitimasi yang kami berikan kepada pemerintah. Semuanya hilang,” tegasnya.

Hidup dalam keheningan

Lain cerita dikisahkan, Kyaw Than Win. Pria berusia 67 tahun itu masih ingat di mana dia berada saat kudeta militer terjadi pada 1988.
 
Halaman Selanjutnya
Dia tinggal di kota Min…




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan