Berasal dari keluarga yang lebih kaya, pria 25 tahun yang lahir dan besar di Yangon ini mengatakan bahwa dia sebagian besar terlindung dari apa yang terjadi di luar. Tetapi bahkan sebagai seorang anak, beberapa hal menonjol.
"Ketika Anda berbicara di telepon, Anda dapat mendengar suara di latar belakang - seseorang menonton TV atau hanya orang yang berbicara. Itu adalah militer yang mendengarkan Anda," katanya.
"Itu tidak menakutkan, karena ketika kamu lahir di dalamnya, kamu tidak tahu alternatifnya tetapi orangtua kami akan memberitahu kami untuk tidak berbicara di telepon,” jelasnya.
Phyo lahir pada 1995, hanya tiga tahun setelah diktator militer Than Shwe berkuasa. Dia menggambarkan tahun kelahirannya sebagai "puncak kekuasaan militer terdalam setelah revolusi '88".
Di sekolah, katanya, kurikulum sekolah adalah salah satu yang sangat selektif dalam apa yang mereka ajarkan kepada siswa.
"Mereka tidak mengajarkan hal-hal sensitif. Misalnya jika di AS mereka mungkin membuat Anda mengkritik situasi politik, kami malah akan melakukan pemahaman membaca tentang dongeng Buddha," ujar Phyo.
"Atau Anda akan mengetahui bahwa raja-raja Burma benar-benar hebat sampai semuanya diambil oleh Inggris,” sebutnya.
Inggris menguasai negara itu dari tahun 1824 hingga 1948.
Namun, dia sebagian besar terlindungi dari kejadian politik negara itu sampai usia 12 tahun.
"Saya masih ingat itu adalah ulang tahun saya yang ke-12 ketika Revolusi Saffron terjadi. Saat itulah aku tersadar - bahwa kita hidup dalam kediktatoran,” tegasnya.