FITNESS & HEALTH

Produk Alternatif Berpotensi Menekan Prevalensi Merokok

Antara
Selasa 09 Agustus 2022 / 16:00
Jakarta: Ketua MAWAS Center Kurniawan Saefullah menyebut produk tembakau alternatif dinilai menyimpan potensi signifikan untuk membantu pemerintah dalam menekan prevalensi merokok. Saat ini jumlah prevalensi merokok di Indonesia sudah menembus angka 69,1 juta jiwa.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah disebut Kurniawan perlu mengedepankan strategi yang berbeda. Implementasi dari solusi tersebut dapat dimulai dengan mengkaji potensi dari pemanfaatan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, maupun kantong nikotin.

"Produk tembakau alternatif adalah salah satu opsi yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mengatasi masalah merokok dengan menyediakan akses kepada perokok dewasa untuk beralih," kata Kurniawan.

Kurniawan menambahkan, produk tembakau alternatif menerapkan konsep pengurangan risiko. Dibuktikan dengan sejumlah hasil riset, salah satunya dari studi Public Health England yang menunjukkan bahwa produk itu dapat mengurangi risiko kesehatan hingga 90-95 perse.

Dengan demikian, perokok dewasa yang sulit berhenti tetap bisa mendapatkan asupan nikotin melalui cara yang lebih rendah risiko dibandingkan dengan terus merokok.

“Pemerintah tidak perlu ragu lagi untuk mengkaji dan memanfaatkan potensi produk tembakau alternatif. Untuk saat ini, yang perlu dilakukan pemerintah adalah melakukan kajian lokal, menyebarkan informasi yang akurat dan komprehensif mengenai produk tembakau alternatif dan memperkuatnya dengan regulasi berbasis rist demi terciptanya perbaikan kualitas kesehatan masyarakat dan mampu mengatasi masalah merokok," paparnya.

?????Hal sama juga disampaikan para pembicara dalam Global Forum on Nicotine (GFN) dengan tema "Safer Nicotine Product" yang diselenggarakan belum lama ini. Karl Fagerstrom, anggota Society for Research on Nicotine and Tobacco, menjelaskan prevalensi merokok di Swedia merupakan yang paling rendah dibandingkan seluruh negara Uni Eropa.

"Saat ini prevalensi merokok di Swedia kurang dari 5 persen. Bahkan telah melampaui batas prevalensi sebesar 5 persen," kata Karl.

Dengan berkurangnya angka perokok tersebut, ternyata turut berkorelasi terhadap penurunan jumlah kasus kanker paru dan penyakit lainnya. Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2012 lalu, Karl mengatakan angka kasus kanker paru di Swedia merupakan yang terendah dibandingkan seluruh anggota Uni Eropa dengan jumlah sebesar 87 per 100 ribu kematian. Angka tersebut pun masih lebih rendah dari rata-rata jumlah minimum yang mencapai 91 per 100 ribu kematian.




 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(ELG)

MOST SEARCH