FITNESS & HEALTH
Ruminasi: Saat Kamu Terpaku dan Mengulang Kenangan Buruk di Masa Lalu
Mia Vale
Kamis 03 April 2025 / 11:26
Jakarta: Perenungan atau ruminasi melibatkan pemikiran berulang atau berkutat pada perasaan negatif dan tekanan serta penyebab dan konsekuensinya. Aspek negatif perenungan yang berulang dapat berkontribusi pada perkembangan depresi atau kecemasan dan dapat memperburuk kondisi yang ada.
Ketika seseorang sedang dalam suasana hati tertekan, mereka cenderung mengingat lebih banyak hal negatif yang terjadi pada mereka di masa lalu.
Parahnya, mereka menafsirkan situasi dalam kehidupan saat ini secara lebih negatif, dan mereka lebih putus asa tentang masa depan. Keasyikan dengan masalah juga membuat seseorang sulit melangkah lebih jauh untuk memungkinkan fokus pada pemecahan masalah.
Bahkan pada orang tanpa depresi atau kecemasan, ruminasi dapat berkontribusi pada emosi negatif. Ini dapat menjadi siklus di mana semakin banyak seseorang merenungkan, semakin buruk perasaan mereka, yang kemudian berkontribusi pada lebih banyak perenungan.
.jpg)
(Ruminasi, dalam konteks psikologi, adalah kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan dan merenungkan suatu masalah atau peristiwa secara berulang-ulang, tanpa solusi yang memuaskan, yang sering kali memunculkan pikiran negatif dan mengganggu.
Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Perenungan merupakan respons terhadap peristiwa negatif atau yang membuat stres. Menukil laman Psychology Today, saat orang mengalami depresi, tema perenungan biasanya tentang menjadi tidak memadai atau tidak berharga.
Pengulangan dan perasaan tidak mampu meningkatkan kecemasan, dan kecemasan mengganggu pemecahan masalah. Alhasil depresi semakin dalam.
Menurut tinjauan penelitian tahun 2020, hal ini dapat memperkuat dan memperpanjang suasana hati yang negatif. Pemicu potensial dari pikiran perenungan, yang dikutip dari sebuah blog Psychiatry, meliputi:
- Mengalami peristiwa traumatis
- Mengalami perubahan besar, seperti berakhirnya suatu hubungan
- Mengantisipasi peristiwa yang membuat stres, seperti ujian akhir atau pertunjukan
- Menghadapi ketakutan atau fobia, seperti menjalani tes darah jika seseorang takut jarum suntik
- Menunggu berita penting, seperti hasil tes medis atau persetujuan pinjaman
Dalam beberapa kasus, merenungi sesuatu terus-menerus yang sulit dikendalikan seseorang dapat menandakan kondisi kesehatan mental.
Baca juga: Erotomania, Delusi Diri Disukai dan Menjalin Asmara dengan Seseorang
Sebuah penelitian di University of Liverpool di Inggris meneliti hubungan antara keadaan seseorang dan pengalaman masa lalu serta perkembangan depresi dan kecemasan.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Peter Kinderman, Ph.D., menemukan bahwa cara terpenting pengalaman masa lalu seseorang, seperti peristiwa kehidupan traumatis, yang menyebabkan depresi atau kecemasan adalah dengan membuat seseorang merenungkan dan menyalahkan diri sendiri atas masalah tersebut.
"Depresi dan kecemasan bukanlah kondisi yang sederhana dan tidak ada penyebab tunggal," catat Kinderman dalam sebuah pernyataan. Meskipun kita tidak dapat mengubah riwayat keluarga seseorang atau pengalaman hidup mereka, adalah mungkin untuk membantu seseorang mengubah cara berpikir dan mengajari mereka strategi penanganan positif yang dapat meringankan dan mengurangi tingkat stres.
Berikut adalah beberapa cara yang disarankan oleh para profesional kesehatan mental agar dapat mengambil langkah sendiri untuk membantu memutus siklus perenungan.
- Alihkan perhatian kamu dengan kegiatan yang akan menghentikan pikiran negatif dan fokus pada kenangan yang lebih positif
- Cobalah untuk mengingat dengan sengaja saat-saat ketika segala sesuatunya berjalan lancar meskipun ada tantangan
- Mintalah bantuan keluarga atau teman untuk mengingat pengalaman positif di masa lalu, saat-saat ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik
- Aktivitas fisik dan perubahan lingkungan, terutama ke tempat yang memiliki asosiasi positif, juga bisa membantu
- Cobalah memisahkan berbagai masalah atau memecah masalah yang lebih besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
Sekali lagi, ruminasi melibatkan pemikiran berulang-ulang atau berlebihan tentang peristiwa negatif. Ruminasi merupakan respons terhadap stres dan dapat berfokus pada peristiwa masa lalu atau sesuatu yang dikhawatirkan akan terjadi di masa mendatang.
Bagi sebagian orang, ruminasi merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang bersifat sementara, sementara bagi yang lain, ruminasi dapat menjadi bagian dari kondisi kesehatan mental.
Ingat, jika sering mengalami ruminasi, hal itu dapat menjadi tanda bahwa kamu membutuhkan dukungan tambahan. Jika pikiran ruminasi menjadi tidak terkendali, segera datang ke dokter kejiwaan atau profesional kesehatan mental.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Ketika seseorang sedang dalam suasana hati tertekan, mereka cenderung mengingat lebih banyak hal negatif yang terjadi pada mereka di masa lalu.
Parahnya, mereka menafsirkan situasi dalam kehidupan saat ini secara lebih negatif, dan mereka lebih putus asa tentang masa depan. Keasyikan dengan masalah juga membuat seseorang sulit melangkah lebih jauh untuk memungkinkan fokus pada pemecahan masalah.
Bahkan pada orang tanpa depresi atau kecemasan, ruminasi dapat berkontribusi pada emosi negatif. Ini dapat menjadi siklus di mana semakin banyak seseorang merenungkan, semakin buruk perasaan mereka, yang kemudian berkontribusi pada lebih banyak perenungan.
Penyebab ruminasi
.jpg)
(Ruminasi, dalam konteks psikologi, adalah kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan dan merenungkan suatu masalah atau peristiwa secara berulang-ulang, tanpa solusi yang memuaskan, yang sering kali memunculkan pikiran negatif dan mengganggu.
Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Perenungan merupakan respons terhadap peristiwa negatif atau yang membuat stres. Menukil laman Psychology Today, saat orang mengalami depresi, tema perenungan biasanya tentang menjadi tidak memadai atau tidak berharga.
Pengulangan dan perasaan tidak mampu meningkatkan kecemasan, dan kecemasan mengganggu pemecahan masalah. Alhasil depresi semakin dalam.
Menurut tinjauan penelitian tahun 2020, hal ini dapat memperkuat dan memperpanjang suasana hati yang negatif. Pemicu potensial dari pikiran perenungan, yang dikutip dari sebuah blog Psychiatry, meliputi:
- Mengalami peristiwa traumatis
- Mengalami perubahan besar, seperti berakhirnya suatu hubungan
- Mengantisipasi peristiwa yang membuat stres, seperti ujian akhir atau pertunjukan
- Menghadapi ketakutan atau fobia, seperti menjalani tes darah jika seseorang takut jarum suntik
- Menunggu berita penting, seperti hasil tes medis atau persetujuan pinjaman
Dalam beberapa kasus, merenungi sesuatu terus-menerus yang sulit dikendalikan seseorang dapat menandakan kondisi kesehatan mental.
Baca juga: Erotomania, Delusi Diri Disukai dan Menjalin Asmara dengan Seseorang
Kecemasan dan depresi makin kuat
Sebuah penelitian di University of Liverpool di Inggris meneliti hubungan antara keadaan seseorang dan pengalaman masa lalu serta perkembangan depresi dan kecemasan.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Peter Kinderman, Ph.D., menemukan bahwa cara terpenting pengalaman masa lalu seseorang, seperti peristiwa kehidupan traumatis, yang menyebabkan depresi atau kecemasan adalah dengan membuat seseorang merenungkan dan menyalahkan diri sendiri atas masalah tersebut.
"Depresi dan kecemasan bukanlah kondisi yang sederhana dan tidak ada penyebab tunggal," catat Kinderman dalam sebuah pernyataan. Meskipun kita tidak dapat mengubah riwayat keluarga seseorang atau pengalaman hidup mereka, adalah mungkin untuk membantu seseorang mengubah cara berpikir dan mengajari mereka strategi penanganan positif yang dapat meringankan dan mengurangi tingkat stres.
Berikut adalah beberapa cara yang disarankan oleh para profesional kesehatan mental agar dapat mengambil langkah sendiri untuk membantu memutus siklus perenungan.
- Alihkan perhatian kamu dengan kegiatan yang akan menghentikan pikiran negatif dan fokus pada kenangan yang lebih positif
- Cobalah untuk mengingat dengan sengaja saat-saat ketika segala sesuatunya berjalan lancar meskipun ada tantangan
- Mintalah bantuan keluarga atau teman untuk mengingat pengalaman positif di masa lalu, saat-saat ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik
- Aktivitas fisik dan perubahan lingkungan, terutama ke tempat yang memiliki asosiasi positif, juga bisa membantu
- Cobalah memisahkan berbagai masalah atau memecah masalah yang lebih besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
Sekali lagi, ruminasi melibatkan pemikiran berulang-ulang atau berlebihan tentang peristiwa negatif. Ruminasi merupakan respons terhadap stres dan dapat berfokus pada peristiwa masa lalu atau sesuatu yang dikhawatirkan akan terjadi di masa mendatang.
Bagi sebagian orang, ruminasi merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang bersifat sementara, sementara bagi yang lain, ruminasi dapat menjadi bagian dari kondisi kesehatan mental.
Ingat, jika sering mengalami ruminasi, hal itu dapat menjadi tanda bahwa kamu membutuhkan dukungan tambahan. Jika pikiran ruminasi menjadi tidak terkendali, segera datang ke dokter kejiwaan atau profesional kesehatan mental.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)