FAMILY
Masalah Media Sosial dan Gim pada Remaja hingga Tips Mengelolanya
Yatin Suleha
Minggu 07 Desember 2025 / 16:00
Jakarta: Suka atau tidak aplikasi, seperti Snapchat, Instagram, dan TikTok membentuk sebagian besar komunikasi remaja dengan orang lain.
Baik mereka ‘DMing’ teman-teman mereka atau obrolan grup dengan teman sekelas di sekolah, aplikasi-aplikasi ini menjadi pusat dunia remaja.
Ini merupakan bagian besar dari persepsi remaja tentang diri mereka sendiri dan menyadari bahwa mereka mungkin tidak seindah, sekurus, atau seaktif remaja lain yang mereka lihat di Instagram. Remaja mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di media dalam segala bentuknya.
Risikonya sangat bervariasi. Beberapa orang bisa melihat orang lain apa adanya tanpa membandingkan diri mereka. Yang lain merasa tidak cukup baik dan tidak berharga hanya dengan menggulir dan melihat postingan orang lain secara online.
Ada juga yang tidak terlalu peduli dengan tren saat ini tetapi tidak bisa menahan diri untuk mencoba menjadi bagian dari tren tersebut.
Mereka yang paling rentan terhadap media sosial tidak bisa menyaring semua kebisingan itu dan bisa menjadi terobsesi sepenuhnya.
Mereka mungkin melewatkan makan di sekolah dengan membuangnya ke tempat sampah saat mulai menimbang diri sendiri dan tidak mencapai berat badan yang diinginkan.
Apakah kita suka atau tidak, media sosial, ponsel, dan komunikasi online akan tetap ada. Dukungan kita bagi remaja dalam menavigasi hal ini dengan sehat adalah dengan mengajarkan mereka batas-batas yang tepat yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam aktivitas tanpa layar.
Segala hal yang melibatkan gerakan, interaksi sosial langsung dengan keluarga atau teman, tidur yang cukup dan istirahat, serta waktu untuk membaca atau menggunakan keterampilan kreatif mereka akan menjadi esensial dalam penggunaan layar.
Kecanduan gim dapat sama problematisnya. Gim online menjadi pelarian bagi semakin banyak remaja dan merupakan bagian penting dari waktu relaksasi mereka.
Namun, mereka yang tidak dapat mematikan perangkat setelah waktu tertentu seringkali berakhir dengan masalah kesehatan mental.
Dampaknya adalah waktu di luar ruangan berkurang, tidur berkurang, kontak sosial berkurang, minat atau motivasi untuk pergi ke sekolah berkurang.
.jpg)
(Kecanduan gim pada remaja adalah kondisi serius yang ditandai dengan hilangnya kontrol diri untuk bermain, mengabaikan tanggung jawab, dan dampak negatif lainnya. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Dikutip dari Maggie Dent, berikut adalah tiga tips bagi remaja untuk mengelola media sosial dan game mereka.
Kerja sama ini membantu remaja merasa didukung, sehingga mereka lebih terbuka untuk berbagi masalah seperti perundungan online atau kecanduan gim.
“Saya sering menyarankan kepada pasien remaja saya untuk mengaktifkan mode ‘jangan ganggu’ di ponsel mereka,” ujar dr. Andrew Leech, FRACGP, MBBS, B.Sci, DipChildHealth kepada Maggie Dent.
Hal ini membantu remaja fokus pada hal lain, seperti tugas sekolah atau olahraga, dan mencegah kecanduan karena otak tidak terus-menerus tergoda oleh layar.
Terapi ini bisa berupa sesi dengan psikolog atau konselor yang membantu remaja memahami mengapa mereka kecanduan dan belajar cara menggantinya dengan aktivitas positif, seperti olahraga atau hobi offline.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Baik mereka ‘DMing’ teman-teman mereka atau obrolan grup dengan teman sekelas di sekolah, aplikasi-aplikasi ini menjadi pusat dunia remaja.
Ini merupakan bagian besar dari persepsi remaja tentang diri mereka sendiri dan menyadari bahwa mereka mungkin tidak seindah, sekurus, atau seaktif remaja lain yang mereka lihat di Instagram. Remaja mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di media dalam segala bentuknya.
Risikonya sangat bervariasi. Beberapa orang bisa melihat orang lain apa adanya tanpa membandingkan diri mereka. Yang lain merasa tidak cukup baik dan tidak berharga hanya dengan menggulir dan melihat postingan orang lain secara online.
Ada juga yang tidak terlalu peduli dengan tren saat ini tetapi tidak bisa menahan diri untuk mencoba menjadi bagian dari tren tersebut.
Mereka yang paling rentan terhadap media sosial tidak bisa menyaring semua kebisingan itu dan bisa menjadi terobsesi sepenuhnya.
Mereka mungkin melewatkan makan di sekolah dengan membuangnya ke tempat sampah saat mulai menimbang diri sendiri dan tidak mencapai berat badan yang diinginkan.
Apakah kita suka atau tidak, media sosial, ponsel, dan komunikasi online akan tetap ada. Dukungan kita bagi remaja dalam menavigasi hal ini dengan sehat adalah dengan mengajarkan mereka batas-batas yang tepat yang memungkinkan mereka berpartisipasi dalam aktivitas tanpa layar.
Segala hal yang melibatkan gerakan, interaksi sosial langsung dengan keluarga atau teman, tidur yang cukup dan istirahat, serta waktu untuk membaca atau menggunakan keterampilan kreatif mereka akan menjadi esensial dalam penggunaan layar.
Kecanduan gim dapat sama problematisnya. Gim online menjadi pelarian bagi semakin banyak remaja dan merupakan bagian penting dari waktu relaksasi mereka.
Namun, mereka yang tidak dapat mematikan perangkat setelah waktu tertentu seringkali berakhir dengan masalah kesehatan mental.
Dampaknya adalah waktu di luar ruangan berkurang, tidur berkurang, kontak sosial berkurang, minat atau motivasi untuk pergi ke sekolah berkurang.
.jpg)
(Kecanduan gim pada remaja adalah kondisi serius yang ditandai dengan hilangnya kontrol diri untuk bermain, mengabaikan tanggung jawab, dan dampak negatif lainnya. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
Dikutip dari Maggie Dent, berikut adalah tiga tips bagi remaja untuk mengelola media sosial dan game mereka.
1. Remaja dan orang tua mereka perlu bekerja sama
Kerja sama ini membantu remaja merasa didukung, sehingga mereka lebih terbuka untuk berbagi masalah seperti perundungan online atau kecanduan gim.
2. Setujui beberapa batasan
“Saya sering menyarankan kepada pasien remaja saya untuk mengaktifkan mode ‘jangan ganggu’ di ponsel mereka,” ujar dr. Andrew Leech, FRACGP, MBBS, B.Sci, DipChildHealth kepada Maggie Dent.
Hal ini membantu remaja fokus pada hal lain, seperti tugas sekolah atau olahraga, dan mencegah kecanduan karena otak tidak terus-menerus tergoda oleh layar.
3. Terapi kecanduan gim
Terapi ini bisa berupa sesi dengan psikolog atau konselor yang membantu remaja memahami mengapa mereka kecanduan dan belajar cara menggantinya dengan aktivitas positif, seperti olahraga atau hobi offline.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)