FITNESS & HEALTH
Pengobatan Gondok atau Tiroid Jinak dengan Radio Frekuensi Ablasi
Raka Lestari
Kamis 27 Januari 2022 / 17:10
Jakarta: Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Pada pasien yang mengalami pembesaran tiroid biasanya muncul tanpa gejala, sehingga sulit dirasakan oleh pasien.
Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus. Namun jika sudah terjadi gejala penekanan atau masalah kosmetik, maka pasien perlu segera mendapat penanganan dokter.
Seiring dengan hadirnya inovasi di bidang teknologi medis, penanganan masalah kesehatan, seperti tiroid kini dapat ditangani dengan teknik minimal invasif. Tindakan modern ini dilakukan tanpa sayatan. Dengan tindakan ini, pasien dapat pulih lebih cepat sehingga menjadi pilihan alternatif tindakan yang lebih nyaman untuk pasien.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Spesialis Endokrin dan Penyakit Metabolik Bethsaida Hospital, dr. Rochsismandoko, Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE mengatakan, saat ini sudah dikembangkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak.
"Di antaranya Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA), Percutaneous Laser Ablation (PLA), dan Radio Frequency Ablation (RFA),” ujar dr. Rochsismandoko dalam Media Gathering Bethsaida Hospital, pada Kamis, 27 Januari 2022.
“PEA digunakan untuk menghilangkan kista tiroid yang berisi cairan, sedangkan PLA dan RFA untuk pembesaran yang bersifat solid/padat. RFA pertama kali dilakukan di Korea sejak tahun 2006 dan diterima di seluruh dunia sejak tahun 2012. Dengan metode RFA pembesaran tiroid dapat berkurang antara 47,7 persen sampai 96,9 persen,” ujar dr. Rochsismandoko.
Beberapa keuntungan Radio Frekuensi Ablasi antara lain :
- Biaya lebih rendah dibandingkan operasi
- Aman dan nyaman
- Tanpa sayatan
- Hanya anastesi lokal
- Masa pemulihan lebih cepat
- Komplikasi paska tindakan minimal
Persiapan untuk tindakan RFA pasien sebelumnya dilakukan pemeriksaan fisik, skrining US leher, pengambilan contoh darah untuk menilai faktor pembekuan darah, gula darah, fungi tiroid dan lainnya jika dibutuhkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus. Namun jika sudah terjadi gejala penekanan atau masalah kosmetik, maka pasien perlu segera mendapat penanganan dokter.
Seiring dengan hadirnya inovasi di bidang teknologi medis, penanganan masalah kesehatan, seperti tiroid kini dapat ditangani dengan teknik minimal invasif. Tindakan modern ini dilakukan tanpa sayatan. Dengan tindakan ini, pasien dapat pulih lebih cepat sehingga menjadi pilihan alternatif tindakan yang lebih nyaman untuk pasien.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Spesialis Endokrin dan Penyakit Metabolik Bethsaida Hospital, dr. Rochsismandoko, Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE mengatakan, saat ini sudah dikembangkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak.
"Di antaranya Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA), Percutaneous Laser Ablation (PLA), dan Radio Frequency Ablation (RFA),” ujar dr. Rochsismandoko dalam Media Gathering Bethsaida Hospital, pada Kamis, 27 Januari 2022.
“PEA digunakan untuk menghilangkan kista tiroid yang berisi cairan, sedangkan PLA dan RFA untuk pembesaran yang bersifat solid/padat. RFA pertama kali dilakukan di Korea sejak tahun 2006 dan diterima di seluruh dunia sejak tahun 2012. Dengan metode RFA pembesaran tiroid dapat berkurang antara 47,7 persen sampai 96,9 persen,” ujar dr. Rochsismandoko.
Beberapa keuntungan Radio Frekuensi Ablasi antara lain :
- Biaya lebih rendah dibandingkan operasi
- Aman dan nyaman
- Tanpa sayatan
- Hanya anastesi lokal
- Masa pemulihan lebih cepat
- Komplikasi paska tindakan minimal
Persiapan untuk tindakan RFA pasien sebelumnya dilakukan pemeriksaan fisik, skrining US leher, pengambilan contoh darah untuk menilai faktor pembekuan darah, gula darah, fungi tiroid dan lainnya jika dibutuhkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)