Tren Sound Horeg Heboh, Apakah Bisa Sebabkan Kerusakan Telinga Permanen?
Jakarta: Sound horeg yang tengah viral di Jawa Timur mendapatkan kecaman dan juga dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Namun, apakah sebenarnya sound horeg menyebabkan telinga rusak permanen?
Sound horeg sendiri merupakan sistem audio berdaya tinggi yang menghasilkan suara amat keras. Sound horeg kerap diarak keliling kampung bak pawai dan menghasilkan polusi suara.
Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL(K). selaku Spesialis THT-KL Subspesialis Neurotologi baru-baru ini viral karena berdebat dengan salah satu pemilik sound horeg. Ia berkata bahwa efek kerusakannya tidak instan, tetapi akan terjadi perlahan.
"Kalau ketulian itu adalah hidden disabilities, yang tahu cuma dia. Bukan sesuatu yang terjadi ketika hari ini nonton sound horeg, besok langsung tinitus, enggak," papar dr. Fikri dalam sebuah cuplikan video di media sosial.
Menurut dr. Fikri, proses ketulian adalah efek akumulatif. Hal pertama yang akan terjadi ketika berada di dalam lingkungan musik yang terlalu kencang, akan kesulitan berkomunikasi, karena suara pembicaraan tertutup dengan sounds tersebut.
Tak hanya dr. Fikri yang mengatakan bahwa sound horeg berbahaya bagi pendengara. Dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan, bedah kepala dan leher RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr. Ashadi Budi, Sp.T.H.T.B.K.L, mengatakan bahwa suara keras dapat membahayakan telinga.
"Apakah itu berisiko untuk merusak pendengaran? Ya, artinya pendengaran kita itu kalahnya itu dengan suara yang keras dan lama," ujarnya, dikutip dalam Liputan6.com, Rabu, 30 Juli 2025.
"Jadi, semakin keras suara kita dengarkan dan semakin lama, akan berisiko merusak pendengaran. Dan jangan salah, kerusakan pendengarannya bisa permanen, jadi bukan kerusakan pendengaran yang beberapa saat aja," jelas dr. Ashadi.
Seberapa tinggi suara yang normal agar tidak menyakiti telinga?
Suara yang baik untuk didengar pada umumnya berada di bawah 70 desibel (dB). Tingkat kebisingan ini dianggap aman dan tidak akan merusak pendengaran jika didengarkan dalam jangka waktu lama, seperti yang dijelaskan oleh Hearing Health Foundation.
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan agar tingkat kebisingan yang aman untuk telinga adalah di bawah 85 dB untuk durasi tertentu. Paparan suara di atas 85 dB dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pendengaran.
Adapun beberapa contoh suara beserta ukuran desibelnya, yakni:
- 0-60 dB: Suara percakapan normal, suara hujan ringan, suara di ruangan yang tenang.
- 60-85 dB: Suara lalu lintas, suara alat pencuci piring, suara kemacetan lalu lintas.
- 85+ dB: Suara konser musik, suara mesin jet, suara tembakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)