FITNESS & HEALTH
Hati-hati, Nyeker di Pasar Bisa Kena Leptospirosis!
Mia Vale
Minggu 29 Juni 2025 / 21:22
Jakarta: Pasar tradisional identik dengan tempat yang kurang bersih dan becek. Dan bukan tidak mungkin kamu bisa terpapar penyakit berbahaya, seperi leptospirosis, misalnya.
Kok bisa? Aktivitas di pasar mungkin terlihat sepele, namun dengan tidak terjaganya kebersihan area pasar, bukan tidak mungkin mengundang hewan perekat, seperti tikus berkeliaran di pasar.
Baca juga: 10 Warga Kabupaten Tangerang Meninggal Akibat Leptospirosis
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus berupa bakteri leptospira. Bakteri ini menurut akun Instagram @kemenkes_ri, masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
Nah, seperti kita tahu, banyak pula masyarakat yang mengabaikan kebersihan pasar. Padahal, dari sekian banyak penjual di pasar, banyak pula yang masih lalu lalang dengan tanpa alas kaki, alias nyeker.
Mungkin terlihat lumrah melihat beberapa penjual nyeker di pasar. Namun, mereka tidak sadar, begitu musim hujan, tikus sering keluar dari sarangnya dan meninggalkan kotoran yang bisa bercampur dengan air genangan di lantar pasar.
Nah, saat kamu nyeker atau punya luka terbuka, bakteri itu bisa masuk ke tubuh tanpa disadari.
.jpg)
(Gejala awal leptospirosis sering kali menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Namun, jika tidak diobati, penyakit ini bisa berkembang menjadi lebih serius. Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Leptospirosis dapat menyebar melalui air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira. Seseorang dapat terserang Leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut atau kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
Dan yang harus kamu waspadai, gejala penyakit leptospirosis sering mirip flu atau DBD.
Gejala ini meliputi, demam tinggi, nyeri otot (terutama betis), sakit kepala, mata kuning, kekuningan pada kulit, hingga badan lemas. Selain itu, bila tidak segera ditangani, gejala ini bisa menyebabkan kerusakan organ, bahkan mengancam nyawa.
Baca juga: Dinkes Belum Temukan Kasus Leptospirosis di Kota Bogor
Sebelum kamu terpapar, ada baiknya bila kamu lalukan pencegahan. Leptospirosis bisa dicegah dengan mengenakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat kamu bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri leptospira.
Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas. Jangan lupa cuci tangan dan kaki setelahnya, dan jaga kebersihan lingkungan sekitar.
Kalau kamu atau orang terdekat menunjukkan gejala usai berkegiatan di tempat becek atau pascabanjir, segera periksa ke dokter.
Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam, hingga melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak. Ingat, jangan tunggu sampai parah!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Kok bisa? Aktivitas di pasar mungkin terlihat sepele, namun dengan tidak terjaganya kebersihan area pasar, bukan tidak mungkin mengundang hewan perekat, seperti tikus berkeliaran di pasar.
Baca juga: 10 Warga Kabupaten Tangerang Meninggal Akibat Leptospirosis
Cara terpapar leptospirosis
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus berupa bakteri leptospira. Bakteri ini menurut akun Instagram @kemenkes_ri, masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
Nah, seperti kita tahu, banyak pula masyarakat yang mengabaikan kebersihan pasar. Padahal, dari sekian banyak penjual di pasar, banyak pula yang masih lalu lalang dengan tanpa alas kaki, alias nyeker.
Mungkin terlihat lumrah melihat beberapa penjual nyeker di pasar. Namun, mereka tidak sadar, begitu musim hujan, tikus sering keluar dari sarangnya dan meninggalkan kotoran yang bisa bercampur dengan air genangan di lantar pasar.
Nah, saat kamu nyeker atau punya luka terbuka, bakteri itu bisa masuk ke tubuh tanpa disadari.
Gejala leptospirosis
.jpg)
(Gejala awal leptospirosis sering kali menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Namun, jika tidak diobati, penyakit ini bisa berkembang menjadi lebih serius. Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Leptospirosis dapat menyebar melalui air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira. Seseorang dapat terserang Leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut atau kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
Dan yang harus kamu waspadai, gejala penyakit leptospirosis sering mirip flu atau DBD.
Gejala ini meliputi, demam tinggi, nyeri otot (terutama betis), sakit kepala, mata kuning, kekuningan pada kulit, hingga badan lemas. Selain itu, bila tidak segera ditangani, gejala ini bisa menyebabkan kerusakan organ, bahkan mengancam nyawa.
Baca juga: Dinkes Belum Temukan Kasus Leptospirosis di Kota Bogor
Lakukan pencegahan, jangan anggap enteng!
Sebelum kamu terpapar, ada baiknya bila kamu lalukan pencegahan. Leptospirosis bisa dicegah dengan mengenakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat kamu bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri leptospira.
Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas. Jangan lupa cuci tangan dan kaki setelahnya, dan jaga kebersihan lingkungan sekitar.
Kalau kamu atau orang terdekat menunjukkan gejala usai berkegiatan di tempat becek atau pascabanjir, segera periksa ke dokter.
Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam, hingga melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak. Ingat, jangan tunggu sampai parah!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)