FITNESS & HEALTH
Summit Retina 2025 Ungkap Data Baru Pengobatan Penyebab Kebutaan Utama
A. Firdaus
Rabu 05 November 2025 / 11:11
Jakarta: Roche Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam mengembangkan terapi inovatif untuk penyakit retina melalui penyelenggaraan Roche Retina Summit 2025. Acara ilmiah ini mempertemukan para ahli retina dari dalam dan luar negeri untuk membahas pendekatan terbaru dalam penanganan berbagai penyakit retina yang menjadi penyebab utama gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, menjelaskan bahwa forum ini menjadi upaya untuk memperkuat kolaborasi antarpemangku kepentingan sekaligus menghadirkan pembaruan ilmiah yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Dengan memfasilitasi diskusi seputar data klinis terbaru, kami berupaya mentransformasi standar perawatan retina, menghadirkan solusi yang efektif, dan meringankan beban pasien serta sistem layanan kesehatan,” ujar Sanaa dalam keterangan pers.
Tahun ini, Roche Retina Summit menyoroti sejumlah capaian klinis penting, terutama terkait terapi Faricimab yang kini mendapat persetujuan untuk menangani Retinal Vein Occlusion (RVO) atau yang dikenal sebagai “stroke mata”. RVO merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum di Asia.
Selain itu, terdapat pemutakhiran data klinis terkait tiga penyakit retina utama:
- Polypoidal Choroidal Vasculopathy (PCV)
- Neovascular Age-related Macular Degeneration (nAMD)
- Diabetic Macular Edema (DME)
Data terbaru menunjukkan bahwa Faricimab mampu memberikan peningkatan penglihatan yang lebih tahan lama sekaligus mengurangi frekuensi kunjungan pasien untuk perawatan.
Salah satu pembicara, Dr. dr. Elvioza, SpM(K) dari JEC Eye Hospitals & Clinics, memaparkan hasil riset SALWEEN yang dipresentasikan di Kongres Retina EURETINA 2025 di Paris. Ia menjelaskan bahwa Faricimab menunjukkan hasil signifikan terhadap pasien PCV.
“Faricimab mampu menghilangkan polip hingga 61% dan memperpanjang interval injeksi hingga tiga bulan atau lebih pada sekitar 83% pasien,” ujar Dr. Elvioza.
Penyakit retina seperti AMD dan DME menjadi perhatian serius secara global. Di Indonesia, gangguan penglihatan diperkirakan dialami oleh 5–6 juta orang. Kementerian Kesehatan menargetkan penurunan gangguan penglihatan akibat retinopati diabetik sebesar 25% pada 2030.
Menambahkan perspektif internasional, Dr. Yuen Yew Sen, Spesialis Bedah Retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura, menekankan pentingnya penanganan cepat untuk kasus RVO.
“Penanganan dini sangat penting untuk mencegah kerusakan penglihatan permanen. Terapi Faricimab mampu mengurangi pembengkakan retina sekaligus berpotensi menurunkan frekuensi injeksi jangka panjang,” jelasnya.
Roche Retina Summit diakhiri dengan komitmen bersama untuk memperkuat kolaborasi antarlembaga guna memperbaiki ekosistem perawatan retina di Indonesia. Ketua Umum INAVRS, dr. Referano Agustiawan, SpM(K), menegaskan pentingnya sinergi multisektor.
“Kemajuan perawatan retina hanya dapat dicapai melalui kolaborasi. Dengan ekosistem yang kuat, kita dapat menurunkan risiko hilangnya penglihatan akibat penyakit retina,” ujar dr. Referano.
Melalui forum ini, para pemangku kepentingan berharap masyarakat Indonesia dapat semakin mudah mengakses diagnosis dini dan terapi inovatif, sehingga risiko gangguan penglihatan dapat ditekan dan kualitas hidup pasien meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, menjelaskan bahwa forum ini menjadi upaya untuk memperkuat kolaborasi antarpemangku kepentingan sekaligus menghadirkan pembaruan ilmiah yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Dengan memfasilitasi diskusi seputar data klinis terbaru, kami berupaya mentransformasi standar perawatan retina, menghadirkan solusi yang efektif, dan meringankan beban pasien serta sistem layanan kesehatan,” ujar Sanaa dalam keterangan pers.
Baca Juga :
3,6 Juta Anak Alami Gangguan Penglihatan, Dibutuhkan Skrining Digital Mata dan Jiwa Anak
Pembahasan data klinis dan indikasi baru
Tahun ini, Roche Retina Summit menyoroti sejumlah capaian klinis penting, terutama terkait terapi Faricimab yang kini mendapat persetujuan untuk menangani Retinal Vein Occlusion (RVO) atau yang dikenal sebagai “stroke mata”. RVO merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum di Asia.
Selain itu, terdapat pemutakhiran data klinis terkait tiga penyakit retina utama:
- Polypoidal Choroidal Vasculopathy (PCV)
- Neovascular Age-related Macular Degeneration (nAMD)
- Diabetic Macular Edema (DME)
Data terbaru menunjukkan bahwa Faricimab mampu memberikan peningkatan penglihatan yang lebih tahan lama sekaligus mengurangi frekuensi kunjungan pasien untuk perawatan.
Salah satu pembicara, Dr. dr. Elvioza, SpM(K) dari JEC Eye Hospitals & Clinics, memaparkan hasil riset SALWEEN yang dipresentasikan di Kongres Retina EURETINA 2025 di Paris. Ia menjelaskan bahwa Faricimab menunjukkan hasil signifikan terhadap pasien PCV.
“Faricimab mampu menghilangkan polip hingga 61% dan memperpanjang interval injeksi hingga tiga bulan atau lebih pada sekitar 83% pasien,” ujar Dr. Elvioza.
Penguatan ekosistem perawatan retina
Penyakit retina seperti AMD dan DME menjadi perhatian serius secara global. Di Indonesia, gangguan penglihatan diperkirakan dialami oleh 5–6 juta orang. Kementerian Kesehatan menargetkan penurunan gangguan penglihatan akibat retinopati diabetik sebesar 25% pada 2030.
Menambahkan perspektif internasional, Dr. Yuen Yew Sen, Spesialis Bedah Retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura, menekankan pentingnya penanganan cepat untuk kasus RVO.
“Penanganan dini sangat penting untuk mencegah kerusakan penglihatan permanen. Terapi Faricimab mampu mengurangi pembengkakan retina sekaligus berpotensi menurunkan frekuensi injeksi jangka panjang,” jelasnya.
Kolaborasi demi akses perawatan lebih baik
Roche Retina Summit diakhiri dengan komitmen bersama untuk memperkuat kolaborasi antarlembaga guna memperbaiki ekosistem perawatan retina di Indonesia. Ketua Umum INAVRS, dr. Referano Agustiawan, SpM(K), menegaskan pentingnya sinergi multisektor.
“Kemajuan perawatan retina hanya dapat dicapai melalui kolaborasi. Dengan ekosistem yang kuat, kita dapat menurunkan risiko hilangnya penglihatan akibat penyakit retina,” ujar dr. Referano.
Melalui forum ini, para pemangku kepentingan berharap masyarakat Indonesia dapat semakin mudah mengakses diagnosis dini dan terapi inovatif, sehingga risiko gangguan penglihatan dapat ditekan dan kualitas hidup pasien meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)