FAMILY

Psikolog Ungkap 5 Faktor Pasangan Bisa Selingkuh meski Sudah Punya Anak

Aulia Putriningtias
Selasa 04 November 2025 / 10:10
Jakarta: Kasus perceraian berbagai artis karena isu perselingkuhan tak berhenti bertambah akhir-akhir ini. Psikolog pun mengungkapkan bahwa perselingkuhan bisa terjadi pada pasangan, meski sudah punya anak.

Mulai dari kasus Daehoon dan Jule, hingga isu retaknya rumah tangga Raisa dan Hamish Daud karena perselingkuhan, anak bukan semata-mata menjadi penjaga dari hadirnya selingkuh. Apa alasannya?

Menurut Psikolog Jovita Maria Ferliana, M. Psi., Psi, perselingkuhan tidak datang secara tiba-tiba. Ini dimulai dengan yang kecil, lalu tumbuh menjadi besar dengan pasangan baru mereka.

"Perselingkuhan jarang terjadi tiba-tiba. Biasanya diawali oleh jarak emosional kecil yang tidak disadari. Lalu berkembang karena kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kesempatan yang tidak dijaga," jelas Jovita kepada Medcom.id baru-baru ini.
Jovita mengatakan bahwa ada berbagai faktor yang memengaruhi seseorang bisa melakukan perselingkuhan. Ini termasuk kepada pasangan yang sudah menikah dan juga memiliki anak. Berikut di antaranya:
 

1. Faktor psikologis dan emosional


Jovita mengatakan pada faktor ini, bisa terjadi karena kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Jadi, pasangan merasa tidak dihargai, tidak didengarkan, atau tidak diperhatikan.

"Sehingga dia mencari validasi dan kehangatan di luar hubungan. Atau bisa juga karena kehilangan koneksi emosional dengan pasangan. Hubungan menjadi datar, rutinitas, dan kehilangan kedekatan emosional yang dulu pernah ada," paparnya.


Komunikasi yang dingin menjadikan hubungan menjadi datar. Ilustrasi Freepik

Kehilangan jati diri pun juga bisa terjadi setelah menikah. Misalnya menganggap diri sendiri bukan siapa-siapa selain suami atau selain istri dan orang tua. Jadi, mereka mencari tempat pelarian untuk merasa agar hidupnya itu bisa kembali hidup.
 

2. Faktor relasional


Jovita membeberkan ada empat faktor relasional yang memengaruhi mengapa seseorang bisa terlibat dalam perselingkuhan. Pertama, hadirnya komunikasi yang buruk dan sering menyalahkan.

Kedua, pemuasan kehidupan seksual yang tidak tercukupi, baik itu frekuensi yang menurun, kebutuhan yang tidak diungkapkan, atau ketidak harmonisan fisik dan emosional. Ketiga, kehilangan intimasi dalam arti kedekatan. 

"Jadi, keintiman di sini bukan hanya tentang seks ya, tapi juga sentuhan, kedekatan, dan rasa bahwa kita ini satu tim sama pasangan," ungkapnya.

Keempat, peran orang tua dan menyita waktu antara pasangan suami dan istri. Jadi, fokus sepenuhnya ke anak, sehingga pasangan rasa terabaikan atau tidak lagi menjadi prioritas.
 

3. Faktor kepribadian


Faktor kepribadian menyangkut beberapa hal. Pertama, impulsifitas atau kurangnya kontrol diri. Orang yang bersangkutan atau pasangan yang bersangkutan tidak mampu menahan godaan meskipun tahu risikonya itu besar.

Kedua, kebutuhan validasi tak tercukupi oleh pasangan. Ketiga, adanya pola hubungan masa lalu atau luka batin. Misalnya pernah diselingkuhi, mengalami pengasuhan yang tidak sehat, atau trauma masa kecil yang belum sembuh.
 

4. Faktor situasional dan lingkungan


Faktor situasional dan lingkungan juga bukan hal yang mengagetkan bahwa perselingkuhan bisa datang dari sini. Jovita memaparkan ada beberapa faktor di dalamnya.

Pertama, kesempatan dan kedekatan. Jadi, lingkungan kerja, media sosial, atau komunitas yang mempermudah interaksi intens dengan lawan jenis. Menurutnya, banyak pintu untuk melakukan interaksi intens ini.


Kedekatan hubungan dengan teman di kantor atau teman satu circle secara intensitas memicu hadirnya perselingkuhan. Ilustrasi Freepik

Kedua, tekanan hidup dan stres tinggi. Contohnya adalah masalah finansial, beban kerja, atau stres pengasuhan itu dapat membuat seseorang itu mencari pelarian. Caranya dengan cara bermain api atau berselingkuh.

Ketiga, ketika budaya permisif diterapkan di lingkungan. Tak sedikit bahwa dalam lingkar sosial yang menganggap selingkuh itu sebagai hal biasa atau tantangan. Bahkan, bergaul dengan teman-teman yang juga tukang selingkuh.
 

5. Faktor spiritualitas dan nilai


Jovita menambahkan faktor ini bisa terjadi karena menurunnya komitmen moral atau spiritual. Jadi, seorang pasangan bisa lupa pada nilai-nilai yang dulu dijanjikan dalam pernikahan.

Kemudian, kurangnya refleksi diri dan tanggung jawab. Jadi, mereka tidak lagi melihat pernikahan sebagai sesuatu yang perlu dijaga secara sadar setiap hari.
 

Faktor mana yang sering terjadi di lingkungan sekitar?


Menurut Psikolog Jovita, faktor situasional lingkungan dan pribadi adalah yang banyak terjadi di sekitar. Faktor psikologis atau hubungan relasional bisa tidak akan jadi sampai ke perselingkuhan yang intens, jika tak dilengkapi faktor situasional dan pribadi.

"Karena kalau kita lihat dari faktor psikologis dan emosional. Misalnya ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, misalnya tidak dihargai, tidak diperhatikan, tidak didengarkan," kata Jovita.

"Kalau memang faktor pribadinya itu bagus, ya mereka tidak akan mencari dengan cara selingkuh. Tapi, mereka akan justru mencari misalnya kaunseling, psikolog, untuk memperbaiki hubungan mereka," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH