FAMILY
Ahli Sebut Banyak pasangan Pisah Karena 4 Hal Sepele Ini
A. Firdaus
Minggu 02 November 2025 / 08:49
Jakarta: Bulan lalu, kita dikejutkan dengan selebriti yang menggugat ceria pasangannya. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa pasangan selebriti yang mencoba mengakhiri pernikahan yang telah mereka bangun bertahun-tahun.
Banyak yang menduga-duga alasan mengapa mereka memutuskan hubungan pernikahan. Mulai dari peselingkuhan, kebiasaan buruk, atau pun kekerasan dalam rumah tangga keluar dari mulut netizen.
Namun pernikahan tidak selalu berakhir karena masalah besar seperti perselingkuhan atau keuangan. Menurut psikolog hubungan asal Amerika Serikat, Mark Travers, justru banyak perceraian berawal dari hal-hal kecil yang dibiarkan menumpuk. Jika tidak diselesaikan dengan komunikasi yang sehat, masalah sepele bisa berubah menjadi ketidakharmonisan emosional bahkan perceraian.
Travers menjelaskan, empat penyebab paling umum pasangan bertengkar berulang kali adalah nada bicara dan sikap merendahkan, campur tangan keluarga, pembagian pekerjaan rumah yang tidak adil, serta gaya komunikasi yang buruk. Hal-hal kecil ini kerap dianggap remeh, padahal bisa mengikis rasa hormat, kasih sayang, dan kepercayaan dalam hubungan.
“Masalah kecil seperti nada bicara, cara komunikasi, atau pembagian pekerjaan rumah tangga yang tidak adil, bisa perlahan mengikis rasa hormat dan kasih sayang,” ujar Travers.
Nada bicara yang tinggi, komentar sarkastik, atau ekspresi seperti memutar mata bisa dianggap sebagai bentuk penghinaan. Dalam penelitian hubungan, penghinaan adalah penyebab perceraian paling umum karena secara perlahan menurunkan rasa hormat dan membuat pasangan merasa tidak dihargai.
Berbeda dari kritik langsung, penghinaan sering muncul dalam bentuk non-verbal yang lebih halus namun menyakitkan. Sikap ini bisa menimbulkan luka emosional jangka panjang dan membuat pasangan menjauh secara batin.
Konflik keluarga sering kali mencerminkan adanya ketidakseimbangan dukungan emosional dalam hubungan. Salah satu pasangan mungkin merasa pasangannya terlalu membela keluarganya sendiri, sehingga muncul rasa tidak dihargai.
Dalam kasus yang melibatkan anak-anak, konflik ini biasanya berkembang menjadi perbedaan nilai pengasuhan, yang membuat masing-masing merasa keyakinannya diabaikan.
Masalah rumah tangga yang tampak sederhana, seperti cucian menumpuk atau sampah tidak dibuang, sering kali bukan tentang pekerjaan itu sendiri, tetapi rasa ketidakadilan dalam pembagian beban.
Penelitian menunjukkan bahwa salah satu pasangan biasanya menanggung sebagian besar tanggung jawab rumah tangga. Beban tak kasat mata ini dapat menimbulkan frustrasi dan menjadi akar pertengkaran jika tidak diakui dan dibicarakan secara terbuka.
Komunikasi yang buruk adalah penyebab konflik yang paling sulit diatasi. Saat pasangan mulai berdebat tentang cara berbicara, masalah sebenarnya sering kali tertutup oleh sikap defensif, kritik, atau penolakan.
Masalah sederhana bisa berubah menjadi perdebatan besar karena fokus berpindah dari inti persoalan menjadi pada 'cara' berbicara itu sendiri. Akibatnya, konflik tak terselesaikan dan meninggalkan luka emosional yang lebih dalam.
Meski perceraian terdengar menakutkan, ada banyak cara untuk memperkuat hubungan dan mencegah keretakan rumah tangga. Travers menekankan pentingnya membangun rasa saling percaya, komunikasi terbuka, dan kemampuan berkompromi.
Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga:
Kepercayaan adalah fondasi utama dalam hubungan. Tanpa rasa percaya, pasangan akan mudah curiga dan sulit bekerja sama. Bersikap terbuka dan jujur menjadi langkah pertama untuk memperkuat keintiman emosional.
Perbedaan pendapat adalah hal wajar. Namun, kunci untuk menghindari perceraian adalah kemauan berkompromi. Cobalah mendengarkan pasangan dan mencari solusi yang bisa diterima bersama, terutama dalam hal sensitif seperti keuangan dan pengasuhan anak.
Jangan biarkan emosi terpendam. Mengungkapkan perasaan dengan cara yang tenang membantu pasangan memahami apa yang kamu rasakan tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Komunikasi terbuka juga mengurangi kemungkinan pertengkaran yang berulang.
Selain berbicara, mendengarkan juga merupakan bagian penting dari komunikasi. Ketika pasangan merasa didengarkan, mereka akan lebih terbuka dan merasa dihargai, sehingga konflik lebih mudah diselesaikan.
Tidak ada hubungan yang sempurna. Memaafkan kesalahan pasangan membantu meringankan beban emosional dan membuka jalan bagi rekonsiliasi. Dengan kepercayaan dan keikhlasan, hubungan dapat tumbuh lebih kuat dari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Banyak yang menduga-duga alasan mengapa mereka memutuskan hubungan pernikahan. Mulai dari peselingkuhan, kebiasaan buruk, atau pun kekerasan dalam rumah tangga keluar dari mulut netizen.
Namun pernikahan tidak selalu berakhir karena masalah besar seperti perselingkuhan atau keuangan. Menurut psikolog hubungan asal Amerika Serikat, Mark Travers, justru banyak perceraian berawal dari hal-hal kecil yang dibiarkan menumpuk. Jika tidak diselesaikan dengan komunikasi yang sehat, masalah sepele bisa berubah menjadi ketidakharmonisan emosional bahkan perceraian.
Travers menjelaskan, empat penyebab paling umum pasangan bertengkar berulang kali adalah nada bicara dan sikap merendahkan, campur tangan keluarga, pembagian pekerjaan rumah yang tidak adil, serta gaya komunikasi yang buruk. Hal-hal kecil ini kerap dianggap remeh, padahal bisa mengikis rasa hormat, kasih sayang, dan kepercayaan dalam hubungan.
“Masalah kecil seperti nada bicara, cara komunikasi, atau pembagian pekerjaan rumah tangga yang tidak adil, bisa perlahan mengikis rasa hormat dan kasih sayang,” ujar Travers.
1. Nada Suara dan Sikap Merendahkan
Nada bicara yang tinggi, komentar sarkastik, atau ekspresi seperti memutar mata bisa dianggap sebagai bentuk penghinaan. Dalam penelitian hubungan, penghinaan adalah penyebab perceraian paling umum karena secara perlahan menurunkan rasa hormat dan membuat pasangan merasa tidak dihargai.
Berbeda dari kritik langsung, penghinaan sering muncul dalam bentuk non-verbal yang lebih halus namun menyakitkan. Sikap ini bisa menimbulkan luka emosional jangka panjang dan membuat pasangan menjauh secara batin.
2. Campur tangan keluarga
Konflik keluarga sering kali mencerminkan adanya ketidakseimbangan dukungan emosional dalam hubungan. Salah satu pasangan mungkin merasa pasangannya terlalu membela keluarganya sendiri, sehingga muncul rasa tidak dihargai.
Dalam kasus yang melibatkan anak-anak, konflik ini biasanya berkembang menjadi perbedaan nilai pengasuhan, yang membuat masing-masing merasa keyakinannya diabaikan.
3. Pembagian pekerjaan rumah yang tidak seimbang
Masalah rumah tangga yang tampak sederhana, seperti cucian menumpuk atau sampah tidak dibuang, sering kali bukan tentang pekerjaan itu sendiri, tetapi rasa ketidakadilan dalam pembagian beban.
Penelitian menunjukkan bahwa salah satu pasangan biasanya menanggung sebagian besar tanggung jawab rumah tangga. Beban tak kasat mata ini dapat menimbulkan frustrasi dan menjadi akar pertengkaran jika tidak diakui dan dibicarakan secara terbuka.
4. Gaya komunikasi yang buruk
Komunikasi yang buruk adalah penyebab konflik yang paling sulit diatasi. Saat pasangan mulai berdebat tentang cara berbicara, masalah sebenarnya sering kali tertutup oleh sikap defensif, kritik, atau penolakan.
Masalah sederhana bisa berubah menjadi perdebatan besar karena fokus berpindah dari inti persoalan menjadi pada 'cara' berbicara itu sendiri. Akibatnya, konflik tak terselesaikan dan meninggalkan luka emosional yang lebih dalam.
Cara Mencegah Perceraian
Meski perceraian terdengar menakutkan, ada banyak cara untuk memperkuat hubungan dan mencegah keretakan rumah tangga. Travers menekankan pentingnya membangun rasa saling percaya, komunikasi terbuka, dan kemampuan berkompromi.
Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga:
1. Bangun rasa percaya
Kepercayaan adalah fondasi utama dalam hubungan. Tanpa rasa percaya, pasangan akan mudah curiga dan sulit bekerja sama. Bersikap terbuka dan jujur menjadi langkah pertama untuk memperkuat keintiman emosional.
2. Mau berkompromi
Perbedaan pendapat adalah hal wajar. Namun, kunci untuk menghindari perceraian adalah kemauan berkompromi. Cobalah mendengarkan pasangan dan mencari solusi yang bisa diterima bersama, terutama dalam hal sensitif seperti keuangan dan pengasuhan anak.
3. Ekspresikan perasaan pribadi
Jangan biarkan emosi terpendam. Mengungkapkan perasaan dengan cara yang tenang membantu pasangan memahami apa yang kamu rasakan tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Komunikasi terbuka juga mengurangi kemungkinan pertengkaran yang berulang.
4. Jadi pendengar yang baik
Selain berbicara, mendengarkan juga merupakan bagian penting dari komunikasi. Ketika pasangan merasa didengarkan, mereka akan lebih terbuka dan merasa dihargai, sehingga konflik lebih mudah diselesaikan.
5. Belajar memaafkan
Tidak ada hubungan yang sempurna. Memaafkan kesalahan pasangan membantu meringankan beban emosional dan membuka jalan bagi rekonsiliasi. Dengan kepercayaan dan keikhlasan, hubungan dapat tumbuh lebih kuat dari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)