FITNESS & HEALTH

3,6 Juta Anak Alami Gangguan Penglihatan, Dibutuhkan Skrining Digital Mata dan Jiwa Anak

A. Firdaus
Sabtu 11 Oktober 2025 / 07:09
Jakarta: Saat ini, diperkirakan ada 3,6 juta anak di Indonesia yang mengalami kelainan refraksi. Dari jumlah itu, tiga dari empat anak tidak mendapatkan koreksi kacamata yang mereka butuhkan.

Di Jakarta, 40 persen anak sekolah dasar pada kelas 4 hingga 6 didiagnosis mengalami gangguan refraksi dan membutuhkan kacamata. Selain itu, lebih dari 50 persen anak dengan disabilitas memiliki gangguan penglihatan yang belum terdeteksi.

Studi juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan berisiko mengalami cemas atau ansietas.

“Temuan awal hasil CERMATA, pelajar yang memiliki indikasi bermasalah pada aspek gejala emosional berisiko 1,2 kali lebih besar mengalami penglihatan terganggu. Kelompok pelajar perempuan memiliki risiko 1,3 kali lebih besar mengalami penglihatan terganggu dibandingkan pelajar laki-laki,” ujar Project Leader dan Peneliti Utama CERMATA dr. Kianti Raisa Darusman, SpM(K) dalam acara Media Briefing Inovasi Skrining Kesehatan Mata & Jiwa Anak Indonesia 

Oleh karena itu, pemeriksaan mata secara rutin dan pemberian kacamata menjadi strategi penting untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam upaya memperkuat kualitas sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045, Health Collaborative Center (HCC), Laulima Eye Health Initiative, dan Indonesian Health Development Center (IHDC) meluncurkan CERMATA.

Program ini adalah inovasi skrining kesehatan mata dan jiwa berbasis digital yang inklusif. CERMATA merupakan adaptasi lokal dari platform WHOeyes. Platform WHOeyes sendiri adalah aplikasi skrining ketajaman penglihatan dengan pengukuran yang sederhana dan non-invasif.

Adaptasi WHOeyes ini dibuat dalam bentuk website untuk skrining awal gangguan penglihatan dan kondisi kesehatan jiwa pada anak di Indonesia. Skrining mata dan jiwa secara rutin dapat menjaga kualitas hidup serta prestasi anak.

CERMATA hadir sebagai solusi ilmiah untuk menjawab tantangan akses skrining mata konvensional yang masih terbatas, terutama di lingkungan sekolah dasar dan pada anak dengan disabilitas. 

Kesehatan mata dan kesehatan jiwa anak tidak bisa dipisahkan. CERMATA hadir dalam bentuk website skrining yang inklusif berbasis digital, yang mudah diakses di rumah atau di sekolah. Diharapkan, website ini mampu menjembatani akses layanan kesehatan, terutama pada komunitas yang sulit terjangkau.

Kombinasi skrining kesehatan mata dan jiwa digital dalam satu platform memastikan bahwa anak tidak hanya diperiksa matanya, tetapi juga kondisi mentalnya.

CERMATA telah teruji secara ilmiah, karena seluruh prosesnya didasarkan pada instrumen baku yang sudah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

Program ini juga mendorong pelibatan pendamping anak sebagai sistem pendukung kesehatan utama. Dengan demikian, deteksi dini bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan, tetapi juga menjadi gerakan komunitas.

“Program ini terbukti meningkatkan perilaku pencarian perawatan kesehatan mata dan jiwa pada anak. Misalnya, anak yang teridentifikasi lebih cepat untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan. CERMATA juga merupakan perangkat praktis untuk mendukung jejaring layanan kesehatan dan sekolah,” tutup dr. Kianti Raisa Darusman, SpM(K).

Secillia Nur Hafifah
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH