FITNESS & HEALTH

Heboh Group Fantasi Sedarah, Jangan Abaikan Dampak Psikologis pada Anak yang Jadi Korban

Mia Vale
Rabu 21 Mei 2025 / 18:09
Jakarta: Orang tua, terlebih seorang ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi keluarga, kini sedang tercoreng. Bagaimana tidak, dengan tersebarnya sebuah akun komunitas "Fantasi Sedarah" yang ada di Facebook telah mempertontonkan bagaimana kejamnya seorang ayah terhadap buah hati tercintanya. 

Figur ayah yang seharusnya mendidik, mengayomi, menjaga, sekaligus melindungi anak-anak, justru "merusak" darah dagingnya sendiri hanya sekadar memuaskan fantasinya yang menyimpang. 

Bahkan ada yang melebihi fantasi, oknum ayah tersebut rela melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap anaknya. Apa sebenarnya yang sedang terjadi terhadap peran manusia yang disebut sebagai orang tua atau ayah?

Ya, pelecehan seksual terhadap anak adalah masalah yang sangat serius dan harus ditangani dengan cepat dan tepat. 
Kasus yang sedang marak saat ini tidak boleh dibiarkan begitu aja, apalagi menganggapnya hal itu tabu untuk diungkap. Kita perlu memahami bahwa setiap anak berhak bertumbuh dan berkembang dengan aman dan nyaman. 

Baca juga: Soroti Komunitas 'Fantasi Sedarah', Nyata Hadirnya Penyimpangan Seksual dalam Keluarga Sendiri

Anak-anak berhak untuk mendapatkan perlindungan, termasuk perlindungan secara hukum. Dengan apa yang anak-anak dapatkan dari perlakuan ayahnya, tentunya akan membawa beban mental atau dampak psikologis tersendiri ke depannya. 

Apa saja kemungkinan yang bisa mereka alami pasca-trauma yang menyakitkan ini? 
 

1. Ragam pelecehan seksual 


Pelecehan seksual merupakan bentuk kekerasan seksual di mana seseorang menggunakan kekuasaan atau paksaan untuk memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan. 

Siapapun bisa mengalami pelecehan seksual, terlebih anak-anak, di mana terkadang mereka belum mengerti kalau itu adalah bentuk pelecehan. Pelecehan di sini, tidak melulu berhubungan intim, lho! 

Berikut contoh kekerasan atau pelecehan seksual yang biasa terjadi: 

- Seseorang yang membuat komentar yang merendahkan atau menyinggung tentang tubuh atau seksualitas seseorang yang membuat kamu merasa tidak nyaman.

- Dicium atau disentuh tanpa persetujuan atau dipaksa menyentuh atau mencium seseorang.

- Dihadapkan pada tindakan seksual yang menyakitkan tanpa izin, misal organ atau benda dimasukkan ke dalam vagina (pemerkosaan), mulut, atau anus (sodomi), tanpa persetujuan kamu.

- Difilmkan atau difoto telanjang atau dengan cara yang eksplisit secara seksual tanpa izin kamu.

- Siulan atau sapaan yang membuat kamu merasa tidak nyaman atau diobjekkan.
 

2. Dampak psikologis yang bisa terjadi



(Pengalaman pelecehan seksual dapat memengaruhi cara anak melihat diri mereka sendiri. Mereka bisa saja merasa tidak berharga atau meragukan nilai diri mereka sebagai hasil dari perilaku yang merugikan tersebut. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Sebagai korban kekerasan seksual, kamu mungkin merasa marah, putus asa, ingin membalas dendam, putus asa, dan hampa, semuanya di saat yang bersamaan. Ini adalah respons yang sangat normal terhadap peristiwa yang sangat traumatis. 

Bagi korban pada umumnya, terutama bagi mereka yang sudah remaja atau dewasa, pelecehan seksual bisa memberi dampak:

- Kehilangan kepercayaan pada orang lain secara umum 
- Mengalami kilas balik tentang pelecehan seksual 
- Merasa tertekan dan putus asa, dengan pikiran untuk bunuh diri 
- Keinginan kuat untuk menarik diri dari pergaulan 
- Merasa gelisah dan takut, terutama di sekitar orang yang mirip dengan pelaku dalam hal apa pun 
- Meremehkan pelecehan karena tidak separah yang dialami orang lain 
- Ledakan ketakutan, kecemasan, dan kepanikan 
- Dorongan untuk menggunakan alkohol, narkoba, atau berjudi secara berlebihan

Sementara itu untuk anak-anak, meski terbilang masih usia dini, kasus ini tidak boleh dibiarkan. Pasalnya, bisa berdampak buruk pada perkembangan. 

Lalu apa saja dampaknya? Yuk kita simak penjelasan dari laman resmi PaudPedia:
 

Mengganggu sosial emosional


Seorang anak akam tumbuh dan berkrmbang menjadi dewasa. Dengan dia mengalami pelecehan seksual ketika masih kecil, ditakutkan saat usianya bertambah, dirinya akan kesulitan dalam berbaur dengan lingkungan serta emosional yang tidak stabil. 

Apalagi bila pelecehan tersebut dia dapatkan dari anggota keluarganya. Lebih lanjut anak juga berisiko mengalami intimidasi atau penolakan dari teman sebaya sehingga mempengaruhi keseimbangan mental dan kebahagiaan mereka.
 

Gangguan stres pasca-trauma  


Anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual dapat mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), yang ditandai dengan gejala seperti selalu teringat/terbayang kejadian buruk saat pelecehan, mimpi buruk, atau kecemasan yang berkepanjangan ketika menghadapi situasi yang mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis tersebut. 
 

Merasa rendah dan kesepian


Pengalaman pelecehan seksual dapat memengaruhi cara anak melihat diri mereka sendiri. Mereka bisa saja merasa tidak berharga atau meragukan nilai diri mereka sebagai hasil dari perilaku yang merugikan tersebut. 

Selain itu, mereka juga bisa merasa bersalah atau malu atas apa yang terjadi, bahkan jika mereka tidak memahami sepenuhnya bahwa mereka adalah korban pelecehan. 

Tentu saja hal ini dapat mengganggu perkembangan harga diri mereka. Apalagi bila pelaku yang notabene masih sedarah masih bebas berkeliaran karena korba takut berbicara. 

Baca juga: Grup 'Fantasi Sedarah' di Facebook, Kemen PPPA: Selidiki!
 

Berisiko menjadi pelaku nantinya


Memang bisa? Tentu, karena korban mengalami perubahan yang drastis dalam pemahaman dan perilaku seksual mereka yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. 

Selain itu, risiko menjadi pelaku di masa yang akan datang juga meningkat sebagai hasil dari pengalaman traumatis tersebut. Umumnya anak-anak pria korban pelecehan seksual sesama jenis, bisa menjadi pelaku saat dia sudah dewasa. 

Bertahan dan pulih dari kekerasan seksual bisa menjadi proses yang sangat melelahkan. Terutama jika korban berjuang melawan berbagai pikiran dan emosi yang sulit dikendalikan. 

Inilah sebabnya mengapa menghubungi tenaga ahli di bidangnya akan membantu korban meras tidak terlalu terisolasi. Tenaga profesional tersebut juga akan membantu korban melewati trauma yang dialaminya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH