FITNESS & HEALTH
Apakah Ring Jantung Efektif untuk Atasi Penyumbatan Jantung?
Yatin Suleha
Rabu 25 Oktober 2023 / 08:05
Jakarta: Penyakit kardiovaskuler seperti jantung, kanker, stroke, gagal ginjal tiap tahun terus meningkat dan menempati peringkat tertinggi penyebab kematian di Indonesia terutama pada usia-usia produktif.
Data Riskesdas Kemenkes menunjukkan prevalensi penyakit Kardiovaskular seperti hipertensi meningkat dari 25,8 persen (2013) menjadi 34,1 persen (2018), stroke 12,1 per mil (2013) menjadi 10,9 per mil (2018), penyakit jantung koroner tetap 1,5 persen (2013-2018), penyakit gagal ginjal kronis, dari 0,2 persen (2013) menjadi 0,38 persen (2018).
Data Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5 persen, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2 persen, DIY 2 persen, Gorontalo 2 persen.
Dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, Konsultan Intervensi dan Aritmia Jantung dari Eka Hospital BSD memaparkan Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit silent killer yang paling mematikan karena sebelumnya bisa menunjukkan gejala yang sangat minim atau bahkan tidak terlihat sama sekali.
Oleh sebab itu saat orang mengalami PJK akut yang dikenal dengan serangan jantung, sebuah tindakan darurat harus segera dilakukan secepatnya. Ia menjelaskan ada beberapa opsi dari penanganan PJK akut dalam dunia kedokteran selain pemberian obat-obatan, salah satunya yaitu pemasangan stent atau ring jantung.
.jpg)
(Dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC membeberkan bahwa metode pemasangan ring jantung ini biasanya ditujukan pada pasien PJK yang sudah mengalami penyumbatan di atas 60-70 persen tergantung lokasi dan bisa dilakukan lebih dari satu penyumbatan. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Ring jantung saat ini menjadi metode yang dianggap cukup efektif dalam mengatasi penyumbatan pada jantung. Selain sifatnya yang minimal invasif, ring jantung juga terbuat dari bahan yang tahan lama sehingga cocok menjadi pilihan yang efektif untuk dilakukan oleh pasien berisiko tinggi seperti lansia.
Namun dalam kondisi tertentu, ring jantung mungkin bukan menjadi pilihan terbaik untuk menangani penyumbatan jantung.
Pada beberapa kasus, jumlah penyumbatan mungkin sudah terlalu banyak atau ada kondisi tertentu yang menyebabkan mereka tidak dianjurkan untuk melakukan pemasangan ring jantung.
Oleh sebab itu, beberapa pasien mungkin akan lebih direkomendasikan untuk melaksanakan tindakan lain seperti CABG atau lebih dikenal sebagai bypass jantung.
Lebih lanjut dr. Ignatius menerangkan CABG adalah metode operasi konvensional dengan mengambil pembuluh darah yang ada di kaki dan menaruhnya di jantung untuk membuat jalur baru untuk darah mengalir dengan lancar.
Namun untuk mengetahui metode mana yang paling tepat untuk menangani penyumbatan jantung yang dihadapi, sebaiknya konsultasikan diri dengan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Dokter dapat melakukan beberapa tes seperti pemeriksaan fisik hingga EKG untuk mengevaluasi fungsi jantung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Data Riskesdas Kemenkes menunjukkan prevalensi penyakit Kardiovaskular seperti hipertensi meningkat dari 25,8 persen (2013) menjadi 34,1 persen (2018), stroke 12,1 per mil (2013) menjadi 10,9 per mil (2018), penyakit jantung koroner tetap 1,5 persen (2013-2018), penyakit gagal ginjal kronis, dari 0,2 persen (2013) menjadi 0,38 persen (2018).
Data Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5 persen, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2 persen, DIY 2 persen, Gorontalo 2 persen.
Dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, Konsultan Intervensi dan Aritmia Jantung dari Eka Hospital BSD memaparkan Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit silent killer yang paling mematikan karena sebelumnya bisa menunjukkan gejala yang sangat minim atau bahkan tidak terlihat sama sekali.
Oleh sebab itu saat orang mengalami PJK akut yang dikenal dengan serangan jantung, sebuah tindakan darurat harus segera dilakukan secepatnya. Ia menjelaskan ada beberapa opsi dari penanganan PJK akut dalam dunia kedokteran selain pemberian obat-obatan, salah satunya yaitu pemasangan stent atau ring jantung.
Apakah metode pemasangan ring jantung efektif?
.jpg)
(Dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC membeberkan bahwa metode pemasangan ring jantung ini biasanya ditujukan pada pasien PJK yang sudah mengalami penyumbatan di atas 60-70 persen tergantung lokasi dan bisa dilakukan lebih dari satu penyumbatan. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Ring jantung saat ini menjadi metode yang dianggap cukup efektif dalam mengatasi penyumbatan pada jantung. Selain sifatnya yang minimal invasif, ring jantung juga terbuat dari bahan yang tahan lama sehingga cocok menjadi pilihan yang efektif untuk dilakukan oleh pasien berisiko tinggi seperti lansia.
Namun dalam kondisi tertentu, ring jantung mungkin bukan menjadi pilihan terbaik untuk menangani penyumbatan jantung.
Pada beberapa kasus, jumlah penyumbatan mungkin sudah terlalu banyak atau ada kondisi tertentu yang menyebabkan mereka tidak dianjurkan untuk melakukan pemasangan ring jantung.
Oleh sebab itu, beberapa pasien mungkin akan lebih direkomendasikan untuk melaksanakan tindakan lain seperti CABG atau lebih dikenal sebagai bypass jantung.
Lebih lanjut dr. Ignatius menerangkan CABG adalah metode operasi konvensional dengan mengambil pembuluh darah yang ada di kaki dan menaruhnya di jantung untuk membuat jalur baru untuk darah mengalir dengan lancar.
Namun untuk mengetahui metode mana yang paling tepat untuk menangani penyumbatan jantung yang dihadapi, sebaiknya konsultasikan diri dengan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Dokter dapat melakukan beberapa tes seperti pemeriksaan fisik hingga EKG untuk mengevaluasi fungsi jantung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)