FITNESS & HEALTH
Canggih! Bedah MICS Kini Bisa Dilakukan di RS Surabaya
Yatin Suleha
Selasa 18 November 2025 / 12:59
Jakarta: Pasien berusia 59 tahun bernama Tin Siong Djing berhasil pulih cepat setelah menjalani bedah jantung minimal invasif atau Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) di RS Kemenkes Surabaya.
Bedah jantung minimal invasif adalah prosedur operasi jantung yang dilakukan melalui satu atau lebih sayatan kecil di dada, bukan sayatan besar seperti pada operasi jantung terbuka.
Teknik ini menggunakan alat khusus dan kamera (torakoskop) untuk memperbaiki masalah jantung, dengan keuntungan seperti rasa sakit yang lebih ringan, pemulihan lebih cepat, risiko infeksi lebih rendah, dan bekas luka lebih kecil.
Prosedur ini dilakukan tanpa membelah tulang dada, membuat proses pemulihan jauh lebih singkat dibanding operasi jantung konvensional.
Tin Siong Djing sebelumnya sudah mengantre selama setahun di rumah sakit lain dan hampir memutuskan menjalani operasi di luar negeri. Hingga suatu saat, pasien mengalami serangan jantung berulang di September 2025, dan dirawat di RS Kemenkes Surabaya.
Oleh Tim Jantung RS Kemenkes Surabaya, yang terdiri dari dokter jantung dan dokter spesialis bedah jantung, dilakukan rapat terkait tindakan yang harus dilakukan, apakah dilakukan pemasangan ring, atau operasi bedah jantung. Dari hasil diskusi, diputuskan pasien Tin untuk dilakukan operasi pintas jantung koroner.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang meninjau langsung perawatan pasien menjelaskan teknik MICS mengubah cara operasi bypass jantung yang dilakukan.
Dulu, tulang dada pasien harus dipotong hingga jantung bisa diakses. Namun kini, prosedur dapat dilakukan hanya melalui sayatan kecil di sela iga.
Prosedur yang diterapkan pada Tin Siong Djing menggunakan teknik off-pump, yaitu operasi dilakukan tanpa menghentikan jantung.

(Tin Siong Djing mengaku puas dengan pelayanan rumah sakit dan kecepatan proses penyembuhan. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
“Sekarang, dengan teknologi baru, tidak perlu membuka atau membelah dadanya. Tapi cukup bikin sayatan kecil. Alatnya dimasukin. Kemudian operasinya dilakukan,” ujarnya.
Ia menambahkan pendekatan off-pump mengurangi risiko efek samping yang biasa terjadi pada operasi dengan mesin bantu jantung-paru (on-pump).
“Off-pump itu istilahnya jantung enggak diberhentiin. Efek sampingnya jauh lebih sedikit dibanding on-pump,” tutur Menkes Budi.
Dokter bedah jantung yang menangani, dr. Nata, menjelaskan transisi menuju operasi dengan sayatan kecil sudah menjadi standar baru.
“Yang kita harapkan itu lukanya lebih kecil, penyembuhannya lebih cepat, dan yang paling penting itu kualitas hidup pasiennya pasti jauh lebih baik,” katanya.
Operasi yang dijalani Tin Siong Djing berlangsung sekitar 3,5 jam hingga penutupan kulit, dengan durasi pemasangan X-tube hanya 10 jam.
Dokter menyebutkan kondisi ini memungkinkan pasien pulang lebih cepat dibanding operasi jantung konvensional yang biasanya membutuhkan perawatan lebih lama.
Tin Siong Djing sendiri mengaku puas dengan pelayanan rumah sakit dan kecepatan proses penyembuhan. Ia mengaku layanan RS Kemenkes Surabaya dan pelayanan yang diberikan tenaga medis dan tenaga kesehatan cepat dan efisien.
Menkes Budi berpesan kepada pasien menjaga pola hidup untuk mencegah kekambuhan, sekaligus mengajak masyarakat lebih percaya pada kemampuan layanan kesehatan dalam negeri.
“Jangan lupa bilang ke teman-teman tidak usah berobat ke luar negeri, karena di sini sudah bisa melakukan tindakan yang canggih,” ujarnya kepada Tin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Bedah jantung minimal invasif adalah prosedur operasi jantung yang dilakukan melalui satu atau lebih sayatan kecil di dada, bukan sayatan besar seperti pada operasi jantung terbuka.
Teknik ini menggunakan alat khusus dan kamera (torakoskop) untuk memperbaiki masalah jantung, dengan keuntungan seperti rasa sakit yang lebih ringan, pemulihan lebih cepat, risiko infeksi lebih rendah, dan bekas luka lebih kecil.
Prosedur ini dilakukan tanpa membelah tulang dada, membuat proses pemulihan jauh lebih singkat dibanding operasi jantung konvensional.
Tin Siong Djing sebelumnya sudah mengantre selama setahun di rumah sakit lain dan hampir memutuskan menjalani operasi di luar negeri. Hingga suatu saat, pasien mengalami serangan jantung berulang di September 2025, dan dirawat di RS Kemenkes Surabaya.
Oleh Tim Jantung RS Kemenkes Surabaya, yang terdiri dari dokter jantung dan dokter spesialis bedah jantung, dilakukan rapat terkait tindakan yang harus dilakukan, apakah dilakukan pemasangan ring, atau operasi bedah jantung. Dari hasil diskusi, diputuskan pasien Tin untuk dilakukan operasi pintas jantung koroner.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang meninjau langsung perawatan pasien menjelaskan teknik MICS mengubah cara operasi bypass jantung yang dilakukan.
Dulu, tulang dada pasien harus dipotong hingga jantung bisa diakses. Namun kini, prosedur dapat dilakukan hanya melalui sayatan kecil di sela iga.
Prosedur yang diterapkan pada Tin Siong Djing menggunakan teknik off-pump, yaitu operasi dilakukan tanpa menghentikan jantung.

(Tin Siong Djing mengaku puas dengan pelayanan rumah sakit dan kecepatan proses penyembuhan. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
“Sekarang, dengan teknologi baru, tidak perlu membuka atau membelah dadanya. Tapi cukup bikin sayatan kecil. Alatnya dimasukin. Kemudian operasinya dilakukan,” ujarnya.
Ia menambahkan pendekatan off-pump mengurangi risiko efek samping yang biasa terjadi pada operasi dengan mesin bantu jantung-paru (on-pump).
“Off-pump itu istilahnya jantung enggak diberhentiin. Efek sampingnya jauh lebih sedikit dibanding on-pump,” tutur Menkes Budi.
Dokter bedah jantung yang menangani, dr. Nata, menjelaskan transisi menuju operasi dengan sayatan kecil sudah menjadi standar baru.
“Yang kita harapkan itu lukanya lebih kecil, penyembuhannya lebih cepat, dan yang paling penting itu kualitas hidup pasiennya pasti jauh lebih baik,” katanya.
Operasi yang dijalani Tin Siong Djing berlangsung sekitar 3,5 jam hingga penutupan kulit, dengan durasi pemasangan X-tube hanya 10 jam.
Dokter menyebutkan kondisi ini memungkinkan pasien pulang lebih cepat dibanding operasi jantung konvensional yang biasanya membutuhkan perawatan lebih lama.
Tin Siong Djing sendiri mengaku puas dengan pelayanan rumah sakit dan kecepatan proses penyembuhan. Ia mengaku layanan RS Kemenkes Surabaya dan pelayanan yang diberikan tenaga medis dan tenaga kesehatan cepat dan efisien.
Menkes Budi berpesan kepada pasien menjaga pola hidup untuk mencegah kekambuhan, sekaligus mengajak masyarakat lebih percaya pada kemampuan layanan kesehatan dalam negeri.
“Jangan lupa bilang ke teman-teman tidak usah berobat ke luar negeri, karena di sini sudah bisa melakukan tindakan yang canggih,” ujarnya kepada Tin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)