FITNESS & HEALTH
Dr. Ray Wagiu Basrowi: 'Gen Z Indonesia Risiko Burnout karena Stres Kerja'
Yatin Suleha
Senin 08 September 2025 / 09:03
Jakarta: Generasi Z kini memasuki dunia kerja dalam jumlah besar. Mereka dikenal adaptif, kreatif, dan melek teknologi. Namun, di balik citra positif itu, riset global dan nasional menunjukkan bahwa Gen Z adalah kelompok paling rentan mengalami burnout dan fatigue di lingkungan kerja.
Fenomena ini dibahas dalam podcast “Why Young People Get Burnout Easily & How to Overcome It”, yang menggali faktor penyebab serta solusi menghadapi kelelahan mental di era kerja modern, bersama narasumber Pakar Kedokteran Komunitas Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, dengan host Rory Asyari.
Baca juga: Edukasi Nutrisi dan Hidrasi Melalui Jelajah Gizi
Menurut Dr Ray, burnout di kalangan Gen Z bukan sekadar masalah personal, melainkan sudah menjadi isu kesehatan publik.
“Studi terbaru yang dilakukannya bersama kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menemukan bahwa jumlah pekerja Gen Z di industri keuangan di Indonesia yang mengalami kelelahan atau fatigue akibat faktor burnout dan stres kerja sangat banyak," ujar Dr. Ray yang merupakan pendiri Health Collaborative Center (HCC) ini.
"Bahkan sekitar 6 dari 10 pekerja sektor keuangan usia muda mengeluhkan stres kerja dan burnout yang dirasakan sebagai mudah lelah atau tidak tahan tekanan."

(Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH dan host Rory Asyari. Foto: Dok. Tangkapan layar YouTube Rory Asyari/"Kenapa Anak Muda Gampang Burnout & Cara Mengatasinya – feat. dr.Ray Wagiu Basrowi")
"Padahal, realitanya mereka bukan lelah fisik karena pekerjaan tetapi karena salah satu faktornya adalah kurang work-life-balance, budaya kerja tanpa batas, dan tekanan sosial digital. Burnout di tempat kerja adalah alarm serius, bukan tanda kelemahan,” bebernya.
Sementara host dari podcast Room For Improvement ini Rory Asyari menimpali bahwa bisa jadi memang harapan dan keinginan para Gen Z ini tidak ‘ketemu’ dengan realita di tempat kerja, sehingga jadinya stres.
Dr Ray menambahkan, perusahaan perlu meninjau ulang kebijakan kerja agar lebih ramah kesehatan mental, termasuk menyediakan ruang pemulihan, manajemen beban kerja yang sehat, serta akses konseling yang memadai.
1. Penyebab burnout Gen Z: tekanan performa tinggi, jam kerja fleksibel tanpa batas, serta budaya always online.
2. Gejala burnout: kehilangan motivasi, gangguan tidur, mudah marah, hingga keluhan fisik seperti sakit kepala kronis.
3. Solusi: menetapkan batasan kerja, digital detox, praktik mindfulness, serta membangun dukungan komunitas tidak hanya di kantor tetapi juga penting untuk punya komunitas di luar pekerjaan.
Burnout bukan hanya mengurangi kualitas hidup individu, tapi juga berdampak pada produktivitas perusahaan dan keberlanjutan tenaga kerja.
Menurut Dr. Ray, jika dibiarkan, fenomena ini bisa meningkatkan angka turnover, menurunkan engagement, dan bahkan memengaruhi kesehatan fisik jangka panjang generasi muda.
Baca juga: Studi: 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom-Shaming
Podcast “Why Young People Get Burnout Easily & How to Overcome It” menjadi ruang refleksi penting bagi pekerja muda, HRD, hingga manajemen perusahaan.
Dengan memahami burnout secara lebih jernih, dunia kerja dapat menjadi ruang yang sehat, produktif, dan humanis bagi Gen Z dan generasi setelahnya.
(Dr Ray Wagiu Basrowi memaparkan mengapa anak muda sering ngalamin burnout. Video: Dok. Instagram resmi Dr Ray Wagiu Basrowi/@ray.w.basrowi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Fenomena ini dibahas dalam podcast “Why Young People Get Burnout Easily & How to Overcome It”, yang menggali faktor penyebab serta solusi menghadapi kelelahan mental di era kerja modern, bersama narasumber Pakar Kedokteran Komunitas Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, dengan host Rory Asyari.
Baca juga: Edukasi Nutrisi dan Hidrasi Melalui Jelajah Gizi
Menurut Dr Ray, burnout di kalangan Gen Z bukan sekadar masalah personal, melainkan sudah menjadi isu kesehatan publik.
“Studi terbaru yang dilakukannya bersama kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menemukan bahwa jumlah pekerja Gen Z di industri keuangan di Indonesia yang mengalami kelelahan atau fatigue akibat faktor burnout dan stres kerja sangat banyak," ujar Dr. Ray yang merupakan pendiri Health Collaborative Center (HCC) ini.
"Bahkan sekitar 6 dari 10 pekerja sektor keuangan usia muda mengeluhkan stres kerja dan burnout yang dirasakan sebagai mudah lelah atau tidak tahan tekanan."

(Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH dan host Rory Asyari. Foto: Dok. Tangkapan layar YouTube Rory Asyari/"Kenapa Anak Muda Gampang Burnout & Cara Mengatasinya – feat. dr.Ray Wagiu Basrowi")
"Padahal, realitanya mereka bukan lelah fisik karena pekerjaan tetapi karena salah satu faktornya adalah kurang work-life-balance, budaya kerja tanpa batas, dan tekanan sosial digital. Burnout di tempat kerja adalah alarm serius, bukan tanda kelemahan,” bebernya.
Sementara host dari podcast Room For Improvement ini Rory Asyari menimpali bahwa bisa jadi memang harapan dan keinginan para Gen Z ini tidak ‘ketemu’ dengan realita di tempat kerja, sehingga jadinya stres.
Dr Ray menambahkan, perusahaan perlu meninjau ulang kebijakan kerja agar lebih ramah kesehatan mental, termasuk menyediakan ruang pemulihan, manajemen beban kerja yang sehat, serta akses konseling yang memadai.
Beberapa pembahasan kunci yang muncul:
1. Penyebab burnout Gen Z: tekanan performa tinggi, jam kerja fleksibel tanpa batas, serta budaya always online.
2. Gejala burnout: kehilangan motivasi, gangguan tidur, mudah marah, hingga keluhan fisik seperti sakit kepala kronis.
3. Solusi: menetapkan batasan kerja, digital detox, praktik mindfulness, serta membangun dukungan komunitas tidak hanya di kantor tetapi juga penting untuk punya komunitas di luar pekerjaan.
Burnout bukan hanya mengurangi kualitas hidup individu, tapi juga berdampak pada produktivitas perusahaan dan keberlanjutan tenaga kerja.
Menurut Dr. Ray, jika dibiarkan, fenomena ini bisa meningkatkan angka turnover, menurunkan engagement, dan bahkan memengaruhi kesehatan fisik jangka panjang generasi muda.
Baca juga: Studi: 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom-Shaming
Podcast “Why Young People Get Burnout Easily & How to Overcome It” menjadi ruang refleksi penting bagi pekerja muda, HRD, hingga manajemen perusahaan.
Dengan memahami burnout secara lebih jernih, dunia kerja dapat menjadi ruang yang sehat, produktif, dan humanis bagi Gen Z dan generasi setelahnya.
(Dr Ray Wagiu Basrowi memaparkan mengapa anak muda sering ngalamin burnout. Video: Dok. Instagram resmi Dr Ray Wagiu Basrowi/@ray.w.basrowi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)