FITNESS & HEALTH
Studi: 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom-Shaming
Aulia Putriningtias
Senin 01 Juli 2024 / 18:35
Jakarta: Sebuah studi terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) mengungkapkan bahwa 7 dari 10 ibu di Indonesia mengalami mom-shaming. Angka ini perlu menjadi perhatian masyarakat, sebab berdampak kepada beberapa hal.
Mom-shaming merupakan sebutan untuk memalukan seorang ibu dan membuatnya merasa bersalah. Kejadian ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Bentuk mom-shaming pun seperti komentar tentang pilihan menyusui, cara mendisiplinkan anak, keputusan bekerja atau tinggal di rumah, dan banyak aspek lain dari pengasuhan anak. Semua hal ini bagaimana membuat seorang ibu merasa dirinya selalu salah.
Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti Utama dan Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menunjukkan bahwa angka kejadian mom-shaming sebesar 72 persen. Pelaku utama terjadinya mom-shaming pun ternyata besar dari keluarga dan orang terdekat.
"Karena aktor pelaku mom shaming berdasarkan hasil survei ini, menurut ibu responden, justru diterima dari lingkungan initi mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal," jelas dr. Ray dalam paparan penelitian bersama awak media di Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.

(Dr. Ray berpesan agar para keluarga dan orang terdekat dari seorang ibu, khususnya suami, untuk memberikan dukungan penuh, menghindari terjadinya mom-shaming. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Menurut dr. Ray, mom-shaming adalah sesuatu yang masih belum disadari oleh masyarakat. Padahal, dampak dari terjadinya kejadian ini terhadap seorang ibu akan memengaruhi beberapa hal.
Mayoritas ibu yang mengalami mom shaming juga cenderung terpengaruh. Sehingga, secara deskripsi lebih dari 50 persen terpaksa mengganti pola asuh dan parenting untuk mengikuti kritik dari pelaku mom-shaming.
Tragisnya, hanya 23 persen ibu dari responden yang mengaku berani melawan dan menghindar dari perlakuan mom-shaming. Menurut dr. Ray, ini diakibatkan dari tidak hadirnya dukungan dari para keluarga dan orang terdekat.
Dampak mom-shaming tidak main-main. Ia mengungkapkan kejadian ini mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan mental yang mencapai 56 persen. Kemudian, kesehatan fisik juga dapat memengaruhi.
Efek daripada kesehatan fisik akibat terjadinya mom-shaming pun sampai pada tingkat stres tinggi dan berujung memiliki masalah penyakit kardiovaskular. Selain itu, dampak sosial juga dapat dirasakan, yakni merasa terisolasi secara sosial.
Dr. Ray pun berpesan agar para keluarga dan orang terdekat dari seorang ibu, khususnya suami, untuk memberikan dukungan penuh, menghindari terjadinya mom-shaming. Karena dukungan yang terdekat, akan sangat berarti untuk seorang ibu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Mom-shaming merupakan sebutan untuk memalukan seorang ibu dan membuatnya merasa bersalah. Kejadian ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Bentuk mom-shaming pun seperti komentar tentang pilihan menyusui, cara mendisiplinkan anak, keputusan bekerja atau tinggal di rumah, dan banyak aspek lain dari pengasuhan anak. Semua hal ini bagaimana membuat seorang ibu merasa dirinya selalu salah.
Penelitian yang dilakukan oleh Peneliti Utama dan Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menunjukkan bahwa angka kejadian mom-shaming sebesar 72 persen. Pelaku utama terjadinya mom-shaming pun ternyata besar dari keluarga dan orang terdekat.
"Karena aktor pelaku mom shaming berdasarkan hasil survei ini, menurut ibu responden, justru diterima dari lingkungan initi mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal," jelas dr. Ray dalam paparan penelitian bersama awak media di Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.

(Dr. Ray berpesan agar para keluarga dan orang terdekat dari seorang ibu, khususnya suami, untuk memberikan dukungan penuh, menghindari terjadinya mom-shaming. Foto: Ilustrasi/Dok. Unsplash.com)
Dampak mom-shaming terhadap seorang ibu
Menurut dr. Ray, mom-shaming adalah sesuatu yang masih belum disadari oleh masyarakat. Padahal, dampak dari terjadinya kejadian ini terhadap seorang ibu akan memengaruhi beberapa hal.
Mayoritas ibu yang mengalami mom shaming juga cenderung terpengaruh. Sehingga, secara deskripsi lebih dari 50 persen terpaksa mengganti pola asuh dan parenting untuk mengikuti kritik dari pelaku mom-shaming.
Tragisnya, hanya 23 persen ibu dari responden yang mengaku berani melawan dan menghindar dari perlakuan mom-shaming. Menurut dr. Ray, ini diakibatkan dari tidak hadirnya dukungan dari para keluarga dan orang terdekat.
Dampak mom-shaming tidak main-main. Ia mengungkapkan kejadian ini mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan mental yang mencapai 56 persen. Kemudian, kesehatan fisik juga dapat memengaruhi.
Efek daripada kesehatan fisik akibat terjadinya mom-shaming pun sampai pada tingkat stres tinggi dan berujung memiliki masalah penyakit kardiovaskular. Selain itu, dampak sosial juga dapat dirasakan, yakni merasa terisolasi secara sosial.
Dr. Ray pun berpesan agar para keluarga dan orang terdekat dari seorang ibu, khususnya suami, untuk memberikan dukungan penuh, menghindari terjadinya mom-shaming. Karena dukungan yang terdekat, akan sangat berarti untuk seorang ibu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)