FITNESS & HEALTH
Akademisi Ingatkan Pentingnya Program Pencegahan Merokok Berbasis Profil Risiko
Medcom
Senin 17 Juli 2023 / 14:10
Jakarta: Akademisi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Amaliya, drg., Ph.D, mengingatkan pentingnya pemerintah mengupayakan program pencegahan merokok berbasis profil risiko untuk mengurangi angka perokok.
Pasalnya, prevalensi merokok di Indonesia tergolong tinggi. Amaliya lalu mengutip data menurut Global Adult Tobacco Survey 2021 yang menyebut sebanyak 63,4 persen perokok berencana untuk berhenti merokok. Angka tersebut dapat menjadi peluang bagi pemerintah dalam upaya menurunkan prevalensi perokok di Indonesia.
"Angka perokok di Indonesia mencapai 65 juta jiwa. Perlu ada langkah pengurangan bahaya yang dapat menurunkan prevalensi perokok," kata Dr. Amaliya saat menjadi panelis dalam diskusi Global Forum on Nicotine 2023 (GFN23) di Warsawa, Polandia, belum lama ini.
Upaya pengurangan bahaya tembakau disebut Amaliya bisa menjadi program pelengkap pemerintah dalam menekan angka perokok. Menurut Dr. Amaliya, pemanfaatan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, dapat membantu pemerintah dalam mengurangi prevalensi perokok.
Dr. Amaliya sebelumnya melakukan penelitian bersama rekan sejawatnya di UNPAD. Kajian klinis itu bertajuk "Nikotin dan Respon Gusi pada Pengguna Vape vs Perokok saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Eksperimental)"
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan pengguna produk tembakau alternatif yang telah berhenti merokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok.
"Kami menyimpulkan bukan nikotin yang mempersempit pembuluh darah, melainkan TAR," kata Dr. Amaliya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Pasalnya, prevalensi merokok di Indonesia tergolong tinggi. Amaliya lalu mengutip data menurut Global Adult Tobacco Survey 2021 yang menyebut sebanyak 63,4 persen perokok berencana untuk berhenti merokok. Angka tersebut dapat menjadi peluang bagi pemerintah dalam upaya menurunkan prevalensi perokok di Indonesia.
"Angka perokok di Indonesia mencapai 65 juta jiwa. Perlu ada langkah pengurangan bahaya yang dapat menurunkan prevalensi perokok," kata Dr. Amaliya saat menjadi panelis dalam diskusi Global Forum on Nicotine 2023 (GFN23) di Warsawa, Polandia, belum lama ini.
Upaya pengurangan bahaya tembakau disebut Amaliya bisa menjadi program pelengkap pemerintah dalam menekan angka perokok. Menurut Dr. Amaliya, pemanfaatan produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan kantong nikotin, dapat membantu pemerintah dalam mengurangi prevalensi perokok.
Dr. Amaliya sebelumnya melakukan penelitian bersama rekan sejawatnya di UNPAD. Kajian klinis itu bertajuk "Nikotin dan Respon Gusi pada Pengguna Vape vs Perokok saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingivitas Eksperimental)"
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan pengguna produk tembakau alternatif yang telah berhenti merokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok.
"Kami menyimpulkan bukan nikotin yang mempersempit pembuluh darah, melainkan TAR," kata Dr. Amaliya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)