FITNESS & HEALTH
Transplantasi Jantung: Alasan Diadakan dan Pemilihan Jantung yang Tepat
Medcom
Rabu 09 November 2022 / 13:08
Jakarta: Transplantasi organ tubuh sering kali didengar dan juga beberapa negara sudah melakukan, seperti transplantasi ginjal, kornea mata, dan juga jantung. Namun, transplantasi jantung di Indonesia pun masih belum dilakukan.
Transplantasi jantung adalah proses operasi untuk menggantikan jantung pasien dengan jantung donor. Dokter mengangkat jantung pasien dengan memotong aorta, arteri pulmonalis utama dan vena cava superior dan inferior, dan membagi atrium kiri, meninggalkan dinding belakang atrium kiri dengan bukaan vena pulmonalis di tempatnya.
Ahli bedah menghubungkan jantung donor dengan menjahit bersama vena cava penerima dan donor, aorta, arteri pulmonalis dan atrium kiri. Pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, ahli bedah dapat mentransplantasikan paru-paru dan jantung secara bersamaan.
Alasan paling umum harus dilakukannya transplantasi jantung adalah karena salah satu atau kedua ventrikel tidak berfungsi dengan baik dan terjadi gagal jantung yang parah. Jantung donor dicocokkan dengan penerima berdasarkan golongan darah dan ukuran tubuh.
“Banyak hal yang diperiksa. Tapi utamanya adalah harus cocok golongan darah dan rhesusnya,” kata dr. Dudy Arman Hanafy, Sp.BTKV (K), MARS, Selasa kemarin.
(1).jpg)
(Dr. dr. Dudy Arman Hanafy, Sp.BTKV mengatakan transplantasi jantung akan jadi momen sejarah di Indonesia. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Ukuran tubuh merujuk kepada berat badan antara penerima dan pendonor jantung. Dr. Dudy menambahkan bahwa jantung yang ditransplantasi harus memiliki maksimal perbedaan 20 persen, dihitung dari berat badannya.
Selain golongan darah dan ukuran tubuh, jenis kelamin juga memengaruhi. Namun, ini tidak begitu masalah dibandingkan kedua tadi. Baiknya, penerima donor jantung harus memiliki jenis kelamin yang sama.
“Gender juga menjadi perhatian. Perempuan ke perempuan, laki-laki ke laki-laki,” katanya. Ia menambahkan, “Boleh saja jika kepepet, tapi lebih baik sesama gendernya.”
Namun, tidak serta merta transplantasi akan berhasil. Jantung bisa menolak jika ditempatkan di tempat baru. Sebagai penerima transplantasi jantung, penerima harus minum obat untuk mencegah sistem kekebalannya menolak jantung baru.
“Ada penolakan. Jadi, pasien kita ambil jaringan jantungnya yang sudah ditanam. Kita ambil sel-selnya, mungkin ada sequencenya ya. Di awal seminggu sekali, dua minggu sekali, dan seterusnya. Dari sana kita lihat adakah penolakannya,” lanjutnya.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum diadakan dikarenakan aturan-aturan dari pemerintah. Namun, dr. Dudy menambahkan bahwa saat ini dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) sedang melakukan transformasi pengembangan transplantasi jantung di Indonesia.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Transplantasi jantung adalah proses operasi untuk menggantikan jantung pasien dengan jantung donor. Dokter mengangkat jantung pasien dengan memotong aorta, arteri pulmonalis utama dan vena cava superior dan inferior, dan membagi atrium kiri, meninggalkan dinding belakang atrium kiri dengan bukaan vena pulmonalis di tempatnya.
Ahli bedah menghubungkan jantung donor dengan menjahit bersama vena cava penerima dan donor, aorta, arteri pulmonalis dan atrium kiri. Pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, ahli bedah dapat mentransplantasikan paru-paru dan jantung secara bersamaan.
Alasan paling umum harus dilakukannya transplantasi jantung adalah karena salah satu atau kedua ventrikel tidak berfungsi dengan baik dan terjadi gagal jantung yang parah. Jantung donor dicocokkan dengan penerima berdasarkan golongan darah dan ukuran tubuh.
“Banyak hal yang diperiksa. Tapi utamanya adalah harus cocok golongan darah dan rhesusnya,” kata dr. Dudy Arman Hanafy, Sp.BTKV (K), MARS, Selasa kemarin.
(1).jpg)
(Dr. dr. Dudy Arman Hanafy, Sp.BTKV mengatakan transplantasi jantung akan jadi momen sejarah di Indonesia. Foto: Dok. Medcom.id/Aulia Putriningtias)
Ukuran tubuh merujuk kepada berat badan antara penerima dan pendonor jantung. Dr. Dudy menambahkan bahwa jantung yang ditransplantasi harus memiliki maksimal perbedaan 20 persen, dihitung dari berat badannya.
Selain golongan darah dan ukuran tubuh, jenis kelamin juga memengaruhi. Namun, ini tidak begitu masalah dibandingkan kedua tadi. Baiknya, penerima donor jantung harus memiliki jenis kelamin yang sama.
“Gender juga menjadi perhatian. Perempuan ke perempuan, laki-laki ke laki-laki,” katanya. Ia menambahkan, “Boleh saja jika kepepet, tapi lebih baik sesama gendernya.”
Namun, tidak serta merta transplantasi akan berhasil. Jantung bisa menolak jika ditempatkan di tempat baru. Sebagai penerima transplantasi jantung, penerima harus minum obat untuk mencegah sistem kekebalannya menolak jantung baru.
“Ada penolakan. Jadi, pasien kita ambil jaringan jantungnya yang sudah ditanam. Kita ambil sel-selnya, mungkin ada sequencenya ya. Di awal seminggu sekali, dua minggu sekali, dan seterusnya. Dari sana kita lihat adakah penolakannya,” lanjutnya.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum diadakan dikarenakan aturan-aturan dari pemerintah. Namun, dr. Dudy menambahkan bahwa saat ini dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) sedang melakukan transformasi pengembangan transplantasi jantung di Indonesia.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)