FAMILY

Penyebab, Cara Mengatasi, dan Alasan Anak Kerap Membenturkan Kepala

Medcom
Rabu 22 Maret 2023 / 09:10
Jakarta: Pernahkah moms melihat bayi yang secara berulang kali membenturkan kepalanya ke kasur atau objek di sekitarnya? Atau mungkin memukul kepala dengan tangan mereka?

Ternyata, sebagian anak balita dari seluruh dunia memiliki kecenderungan untuk membenturkan kepalanya, lho. Membenturkan kepala adalah perilaku umum yang dilakukan sejumlah anak untuk menghibur diri atau merangsang diri sendiri.

Bahkan, menurut data statistik dari Journal of The Academy Psychiatry, sebanyak 20% anak balita punya kebiasaan membenturkan kepalanya ke objek keras, seperti lantai, tembok, atau kepala tempat tidur. Anak laki-laki juga diketahui lebih memiliki kecenderungan untuk melakukannya dibandingkan anak perempuan, walaupun alasannya belum diketahui. 

Biasanya, membenturkan kepala dimulai sekitar usia 6 bulan dan memuncak antara usia 18 dan 24 bulan. Kebiasaan itu bisa saja berlangsung selama beberapa bulan bulan hingga tahun, meskipun sebagian besar perilaku tersebut akan hilang pada usia 5 tahun.

Jika moms perhatikan, membenturkan kepala biasanya terjadi ketika bayi sedang tidur siang, tidur di malam hari, atau sesaat setelah bangun tidur. Ini dilakukan sebagai bentuk komunikasinya akan hal yang dirasakan saat itu. Jadi, moms harus cermat dalam menanggapinya, ya!
 

Mengapa bayi membenturkan kepalanya?


Dilansir dari situs Baby Center, ada sejumlah alasan yang menyebabkan balita membenturkan kepalanya sendiri, berikut penjelasannya


- Kenyamanan diri

Meski kedengarannya aneh, kebanyakan balita yang membenturkan kepalanya hanya untuk bersantai. Anak membenturkan kepala secara ritmis pada waktu tertentu, misalnya saat akan tidur, terbangun di tengah malam, atau bahkan ketika tidur. Pakar perkembangan meyakini bahwa gerakan ritmis, seperti bergoyang di kursi, dapat membantu balita untuk menenangkan diri.


- Meredakan sakit

Kemungkinan, balita akan membenturkan kepalanya karena sedang sakit, misalnya karena tumbuh gigi atau infeksi telinga. Membenturkan kepalanya sendiri tampaknya dapat membantu anak untuk merasa lebih baik karena akan mengalihkan mereka dari rasa tidak nyaman di mulut atau telinganya.


- Frustrasi

Perlu moms ingat, balita belum belajar untuk mengungkapkan perasaan mereka secara gamblang melalui kata-kata, sehingga mereka menggunakan tindakan fisik. Tak heran, jika anak akan membenturkan kepala ketika mengamuk karena mencoba untuk melampiaskan emosinya. Hal tersebut dilakukannya untuk menghibur diri.


- Kebutuhan akan perhatian

Bukan cuma karena ada yang tidak beres dari dalam diri balita, mereka ternyata juga butuh perhatian, lho. Anak akan mencari perhatian dengan sejumlah cara, seperti berteriak atau membenturkan kepalanya secara terus-menerus.

Moms mungkin cemas melihat si kecil melakukan sesuatu yang menyakiti diri. Hal inilah yang memungkinkan mereka akan terus membenturkan kepala untuk mendapatkan perhatian yang dia inginkan.


- Masalah perkembangan

Meski sejumlah faktor bukan menjadi penanda sesuatu yang serius, Moms tetap perlu waspada karena bisa jadi perilaku tersebut merupakan salah satu indikator gangguan perkembangan.

Membenturkan kepala dapat dikaitkan dengan autisme dan gangguan perkembangan lainnya. Namun, dalam sebagian besar kasus serupa, itu hanyalah salah satu dari sekian banyak tanda gangguan perkembangan.
 

Bagaimana cara mengatasinya?


Sebagian besar anak akan melewati fase perilaku tersebut seiring bertambah usia. Namun, moms perlu melakukan tindakan tertentu untuk mengatasi hal tersebut, berikut sejumlah tipsnya:


- Jangan berikan perhatian ketika anak membenturkan kepala

Membenturkan kepala bisa menjadi perilaku anak untuk mencari perhatian. Cobalah untuk tidak memberikan perhatian yang mereka inginkan, setiap kali mereka melakukannya. Namun, moms tidak dapat sepenuhnya mengabaikan perilaku tersebut, terlebih memarahi atau menghukum mereka.

Jika suara bayi ketika membenturkan kepala cukup mengganggu, moms dapat menjauhkan mainan atau alat yang dapat si kecil gunakan untuk menciptakan suara tersebut.


- Mulailah rutinitas waktu tidur yang menyenangkan

Apabila moms memiliki anak balita, tips ini masih berlaku sebagai bentuk perhatian positif yang dapat diberikan kepada mereka. Moms dapat memulai rutinitas waktu tidur untuk si kecil.

Sebelum itu, bantulah mereka untuk bersantai dan menghibur diri, misalnya dengan memandikan mereka dengan air hangat, pijatan lembut, menyanyikan lagu, sentuhan hangat, atau mengayunkan badan bayi hingga tertidur.


- Lindungi anak dari cedera

Tidak ada salahnya untuk menjauhkan atau mengganti benda-benda berbahaya yang berpotensi melukai anak. Moms dapat memberikan pelindung karet atau melapisi dengan bahan yang empuk pada setiap sudut meja, kursi, atau pada bagian yang biasa mereka gunakan untuk membenturkan kepalanya.

Untuk meredam kebisingan atau bekas pada dinding dan lantai karena perilaku anak, moms juga dapat memasang kastor karet pada sejumlah kaki meja dan kursi.

Perlu moms ketahui, apabila buah hati berusia kurang dari 1 tahun, jangan lapisi atau penuhi boksnya dengan bantal empuk, selimut, dan bumper boks. Hal ini dapat menimbulkan bahaya mati lemas dan meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).


- Setel musik yang menghibur anak

Balita jelas menyukai ritme yang stabil. Jadi bantulah si kecil menemukan kecintaan mereka pada aktivitasnya. Kerap kali, bayi menyukai suara metronom di malam hari sehingga moms dapat mencoba menempatkan bayi di kamar mereka pada jam tertentu.

Umumnya, balita suka menari, berbaris, bermain drum atau bertepuk tangan untuk mengikuti musik yang didengarnya. Moms dapat pastikan agar si kecil melakukan banyak latihan fisik di siang hari, untuk membantu mereka mengurangi aktivitas fisik yang melukai diri tersebut.


- Cobalah untuk tidak khawatir

Apabila moms melihat sejumlah memar di bagian tubuh anak, cobalah untuk tidak terlalu khawatir. Biasanya, membenturkan kepala merupakan perilaku 'mengatur diri sendiri'.

Artinya, si kecil tidak mungkin membenturkan kepalanya cukup keras hingga melukai dirinya sendiri secara serius. Balita juga tahu ambang rasa sakit mereka dan akan menarik diri apabila benturan itu menyakitkan.
 

Kapan waktu yang tepat untuk pergi ke dokter?


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, menjadi hal yang jarang untuk bayi yang membenturkan kepalanya karena masalah perkembangan atau emosional. Maka, moms dapat pergi ke dokter anak apabila mengalami hal berikut:

- Merasa jika bayi mengalami keterlambatan perkembangan.

- Bayi melukai dirinya sendiri saat membenturkan kepala.

- Bayi secara teratur menggoyang dan membenturkan kepalanya di siang hari ketika mereka bangun.

- Bayi tidak cukup tidur karena membenturkan kepala.

Apabila moms melihat tanda-tanda keterlambatan perkembangan lainnya, selain membenturkan kepala, misalnya kurang bisa berhubungan baik dengan orang lain, bisa jadi itu adalah tanda autisme.

Terlebih, jika anak mulai kehilangan kemampuan fisik, bahasa, atau keterampilan lain yang mereka peroleh sehingga mereka semakin menyendiri, moms dapat berkonsultasi langsung kepada dokter anak untuk mengetahui penanganan yang tepat.

Jessica Gracia Siregar

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH