Ilustrasi Medcom.id.
Ilustrasi Medcom.id.

Kronologi Kredit Titan Infra hingga Proposal Restrukturisasi Tak Ditanggapi Bank Mandiri

Juven Martua Sitompul • 19 Juli 2022 14:33
Jakarta: PT Titan Infra Energy (TIE) buka suara terkait pinjaman pihaknya ke kreditur sindikasi menyusul adanya demonstrasi ke Plaza Mandiri di Jakarta. TIE mengamini perusahaan mendapatkan fasilitas pinjaman dari kreditur sindikasi.
 
Direktur Utama TIE, Darwan Siregar, menyebut salah satu kreditur sindikasi itu, yakni Bank Mandiri sebesar 60 persen. Selebihnya, CIMB Niaga 20 persen, Credit Suisse Singapore 10 persen, dan Trafigura 10 persen.
 
"Pada 28 Agustus 2018, TIE mendapatkan fasilitas loan dari sindikasi lenders sebesar USD450 Juta. Utang ini berjangka waktu 5 tahun," kata Darwan kepada wartawan, Selasa, 19 Juli 2022.

Dalam perjalanannya, kata Darwan, manajemen TIE melihat bahwa eksposur kredit terlalu tinggi maka diputuskan menjual sebagian aset yang digunakan untuk agunan guna mengurangi pinjaman. Seluruh aset yang TIE agunkan nilainya jauh lebih besar dari pinjaman yang diberikan kreditur sindikasi.
 
"Keputusan manajemen TIE untuk menjual aset agar eksposur loan tidak terlalu tinggi semata-mata bentuk kehati-hatian dan tanggung jawab kami sebagai debitur, untuk semaksimal mungkin menghindari gagal bayar," kata Darwan.
 
Dia melanjutkan keputusan penjualan aset tersebut mendapat respons yang positif dari 3 kreditur sindikasi, kecuali Bank Mandiri. "Namun, sayangnya setelah ditunggu-tunggu baru bulan Februari 2020, didapat jawaban dari Mandiri kalau permohonan tersebut ditolak," ujarnya.
 
Setelah ditolak, kata Darwan, manajemen TIE kemudian memutuskan menjual aset lainnya, dan disambut positif oleh 3 kreditur sindikasi. Tapi, jawaban dari Mandiri dinilai lambat.
 
"Baru Maret 2020 permohonan penjualan ini disetujui dengan syarat harus ada top up dana lagi. Sementara, Maret 2020 situasi pandemi covid-19 sudah merebak maka calon pembeli mengundurkan diri dan perusahaan juga tidak bisa melakukan top up dana seperti yang diminta. Maka otomatis transaksi batal," kata Darwan.
 

Baca: Titan Infra Energy Berharap Niat Baik Bank Mandiri


Sebelum akhirnya transaksi batal, kata Darwan, manajemen TIE pada Februari 2020 sebenarnya sudah mempersiapkan corporate action untuk melakukan penjualan saham perdana (IPO). Namun, sayangnya covid-19 datang maka corporate action in tidak bisa dijalankan.
 
Dia menyebut karena covid-19 harga batu bara jatuh dan ekspor pun ditutup. Sebab, sejumlah negara importir besar, seperti Tiongkok dan India sedang lock down.
 
"TIE tidak sanggup lagi membayar angsuran pokok. Tetapi angsuran bunga masih dibayarkan terus setiap bulan sampai kuartal III pada 2020. Penjualan aset yang tidak disetujui dan tidak teriadi, serta rencana IPO yang berantakan membuat kondisi perseroan pada 2020 sangat sulit," kata Darwan.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan