Ilustrasi Medcom.id.
Ilustrasi Medcom.id.

Titan Infra Energy Berharap Niat Baik Bank Mandiri

Juven Martua Sitompul • 17 Juli 2022 19:53
Jakarta: PT Titan Infra Energy (TIE) angkat bicara mengenai persoalan pinjaman pihaknya ke kreditur sindikasi. Pernyataan ini disampaikan menyusul adanya demonstrasi Aliansi Warga Muara Enim-Lahat ke Plaza Mandiri di Jakarta baru-baru ini.
 
Direktur Utama TIE, Darwan Siregar, mengapresiasi niat baik Bank Mandiri yang mengungkap tidak akan menzalimi debitur. Sebelumnya, dalam sebuah pemberitaan VP Corporate Communication Bank Mandiri Ricky Andriano menegaskan para peserta kredit sindikasi bukanlah rentenir atau pinjol ilegal.
 
Artinya, seluruh keputusan yang telah disepakati keempat institusi keuangan tersebut sudah melalui proses penilaian yang menyeluruh. "Tidak mungkin keempat lembaga keuangan ini menzalimi debiturnya sendiri, karena hidup bank justru dari debitur," kata Darwan melalui keterangan tertulis, Minggu, 17 Juli 2022.

Dia mengatakan Bank akan berupaya keras kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya jika debitur memiliki kemampuan membayar. Sebaliknya, bila ada faktor force majeur tentunya bank akan melakukan restrukturisasi berupa rescheduling pembayaran, diskon, dan opsi keringanan lainnya.
 
TIE membantah tuduhan yang menyebut pihaknya mengalami kredit macet. Sebab, meski terlambat membayar di awal masa pandemi covid-19, TIE telah membayar angsuran sejak 2021 hingga saat ini dan akan terus melakukan pembayaran pinjaman.
 
Pada 2021, PT TIE telah membayar lebih dari USD46 juta dan USD35 juta pada 2022. Sementara jatuh tempo utang terbilang masih cukup lama, yakni akhir 2023.
 
"Tahun ini, TIE juga akan kembali mencicil pinjaman. Kami hanya minta keringanan waktu penyelesaian pelunasan selama satu tahun saja,” tutup Darwan.
 
Titan Infra Energy Berharap Niat Baik Bank Mandiri
Aksi massa terkait polemik PT Titan Infra Energy di Plaza Mandiri
 
Di sisi lain, Darwan membenarkan perusahaan mendapatkan fasilitas pinjaman dari kreditur sindikasi, yakni Bank Mandiri (60 persen). Selebihnya, CIMB Niaga (20 persen), Credit Suisse Singapore (10 persen), dan Trafigura (10 persen).
 
"Pada 28 Agustus 2018, TIE mendapatkan fasilitas loan dari sindikasi lenders sebesar USD 450 Juta. Utang ini berjangka waktu 5 tahun,” kata Darwan.
 

Baca: Titan Energy dan Bank Mandiri Harus Duduk Bersama Bahas Restrukturisasi


Dalam perjalanannya, kata Darwan, manajemen TIE melihat bahwa eksposur kredit terlalu tinggi maka diputuskan untuk menjual sebagian aset yang digunakan untuk agunan guna mengurangi pinjaman. Seluruh aset yang TIE agunkan nilainya jauh lebih besar dari pinjaman yang diberikan kreditur sindikasi.
 
"Keputusan manajemen TIE untuk menjual aset agar exposure loan tidak terlalu tinggi semata-mata bentuk kehati-hatian dan tanggung jawab kami sebagai debitur, untuk semaksimal mungkin menghindari gagal bayar,” kata Darwan.
 
Dia menyebut keputusan penjualan aset tersebut mendapat respons yang positif dari 3 kreditur sindikasi, kecuali Bank Mandiri. "Namun, sayangnya setelah ditunggu-tunggu baru pada Februari 2020, didapat jawaban dari Mandiri kalau permohonan tersebut ditolak,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan