Mengutip Business Insider Indonesia, Senin 19 Desember, selain pergolakan politik, ada juga ayunan cukup liar di pasar keuangan dengan poundsterling jatuh ke level terendah dalam 31 tahun terhadap dolar Amerika Serikat (USD), pasar saham AS mencapai puluhan rekor tertinggi, dan Tiongkok terus mendevaluasi renminbi.
Namun, 2017 belum bisa ditebak secara tepat oleh siapapun. Tetapi, dengan pemilihan di Prancis, Belanda, Italia, Donald Trump akan segera masuk ke Gedung Putih, dan Inggris siap memicu Pasal 50, membuat ketidakpastian kemungkinan akan berkuasa sekali lagi.
Baca: Ekonomi Global Masih Tumbuh tak Merata
Kesemuanya itu mengartikan bahwa gambaran ekonomi secara global di tahun depan masih tidak jauh berbeda dibandingkan dengan 2016. Tentu perlu ada strategi yang lebih maksimal menjelang akhir tahun ini. Untungnya, Ekonom Adam Slater di Oxford Economics telah menyusun daftar sebanyak 10 tema untuk melihat pereknomian di 2017.
Baca: Ketidakpastian Global Buat BoJ Mulai Khawatir
Pertama, renminbi akan bergerak stabil. Tiongkok terus mendevaluasi renminbi selama 2016. Dalam hal ini, Slater memprediksi kondisi itu akan berakhir pada 2017. Kondisi ini menjadi salah satu fokus utama ekonomi global dan tentu perlu diwaspadai.

Ilustrasi (Foto: Business Insider)
"Kami berharap renminbi bergerak stabil dalam hal perdagangan dan mengalami depresiasi hanya sedikit terhadap USD di tahun depan, dengan pihak berwenang Tiongkok berusaha keras atas arus modal keluar," kata Slater.
Baca: Pertumbuhan PDB Negara OECD Naik 0,6%
Kedua, pertumbuhan upah akan kembali terjadi. Negara maju telah menyaksikan pertumbuhan upah untuk para pekerja dalam beberapa tahun terakhir, tapi itu tidak akan menjadi sebuah kasus di tahun depan. Oxford berpendapat bahwa kondisi itu menghambat pertumbuhan.
.jpg)
Ilustrasi (Foto: Business Insider)
"Beberapa faktor yang menahan pertumbuhan upah seperti perubahan komposisi tenaga kerja mulai memudar dan langkah-langkah dari omzet pasar tenaga kerja seperti harga telah meningkat terutama di AS, Inggris dan Jerman (tapi kurang begitu di Jepang)," tutur Slater.
Ketiga, kinerja saham akan lebih baik untuk tahun berikutnya. Ketiga indeks saham utama AS berada di rekor tertinggi, dengan FTSE 100 di kondisi yang terbaik pada pertengahan Oktober. Saham akan melanjutkan kinerja yang lebh baik di tahun depan, Oxford mengatakan.
.jpg)
Ilustrasi (Foto: Business Insider)
"Sebagai hasil dari kenaikan tajam usai Pilpres AS maka obligasi AS untuk 10 tahun diatur guna memberikan total yang lebih sedikit secara keseluruhan di 2016. Kami berharap pola kinerja relatif untuk melanjutkan di 2017. Pengembalian total ekuitas AS akan menjadi lebih sederhana di sekitar lima persen secara tahunan," ujar Slater.
Baca: Ekonomi Global Masih Dinaungi Ketidakpastian Kebijakan Trump
Keempat, euro dan USD akan berada pada titik keseimbangan di akhir tahun depan. Kondisi itu akan didorong oleh dua katalis besar yakni politik di Eropa dan penguatan USD berikut kenaikan tingkat suku bunga acuan oleh Federal Reserve atau the Fed pada awal pekan sebelumnya.
.jpg)
Ilustrasi (Foto: Business Insider)
"Pelebaran perbedaan suku bunga antara AS dan zona euro akan mendorong tingkat euro dan dolar ke keseimbangan pada akhir 2017 untuk pertama kalinya sejak 2002," menurut catatan Oxford Economics.
Kelima, zona euro akan tetap kuat. European Central Bank (ECB) terus akan melonggarkan kebijakan moneter dalam bentuk pelonggaran kuantitatif dan penerapan suku bunga negatif akan membantu untuk meningkatkan inflasi dan pertumbuhan di zona euro.
.jpg)
Ilustrasi (Foto: Reuters)
"Kami berharap pertumbuhan zona euro bisa mengalahkan konsensus sebesar 1,5 persen di tahun depan, disertai dengan inflasi yang lebih tinggi dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi pula," kata Slater.
Keenam, pertumbuhan ekonomi Inggris akan lebih baik dari konsensus. "Kami berharap pertumbuhan ekonomi di Inggris bisa mengejutkan di 2017, usai terjadinya Brexit. Kami juga berharap poundsterling menjadi tangguh pada 2017 meskipun ada sedikit kenaikan diferensial pada tingkat suku bunga AS-Inggris," tuturnya.
.jpg)
Ilustrasi (Foto: Business Insider)
Ketujuh, negara berkembang akan tetap sulit untuk bisa diprediksi. "Pertumbuhan emerging market di 2017 agregat dan meningkat menjadi 4,1 persen dari sebelumnya 3,4 persen. Kami berharap pertumbuhan Tiongkok melambat lebih lanjut, namun pertumbuhan emerging market lainnya akan meningkat dibantu oleh Rusia dan Brasil yang keluar dari resesi," tegas Slater.
.jpg)
Ilustrasi (Foto: Business Insider)
Kedelapan, pertumbuhan perdagangan global akan tetap 'melambat'. Tidak ditampik pertumbuhan perdagangan barang di dunia diperkirakan akan meningkat di tahun depan menjadi 2,7 persen dibantu oleh permintaan impor yang lebih kuat di AS dan juga di Rusia, Brasil, dan India.
Baca: ADB Pertahankan Prospek Stabil bagi Wilayah Asia
"Tapi, perkiraan pertumbuhan tahun depan akan mengalami perbaikan menjadi sangat lemah menjadi 1,3 persen dan tetap jauh di bawah rata-rata jangka panjang di kisaran lima persen per tahun. Dalam pandangan kami, ada penurunan signifikan dalam pertumbuhan perdagangan," tuturnya.
Kesembilan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) akan sedikit mengalami peningkatan. Beberapa faktor akan terus menahan ekonomi global pada umumnya, tetapi akan mulai mengambil momentum perbaikan di 2017.
Baca: Menkeu Khawatir dengan Pelambatan Ekonomi dan Perdagangan Global
"Kami berharap pertumbuhan dunia untuk terus meningkat pada 2017 -tapi hanya sedikit, menjadi 2,6 persen dari sebelumnya sebesar 2,2 persen di 2016. Kecepatan pertumbuhan PDB ini akan tetap di bawah 2,8 persen per tahun rata-rata di 30 tahun terakhir atau lebih," kata Slater.
Kesepuluh, tingkat inflasi di AS akan membentuk sebuah wacana global. Segala sesuatu yang terjadi dalam perekonomian dunia di tahun depan akan didorong oleh apa yang terjadi di AS, dengan stimulus fiskal Presiden Trump diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan.

Donald Trump (Foto: Business Insider)
"Efek penuh kebijakan di bawah Pemerintahan Trump tidak mungkin harus dilihat dalam ekonomi riil sampai 2018. Namun demikian, kita berharap pertumbuhan untuk perusahaan AS pada 2017 dan perkembangan pasar keuangan AS," pungkas Slater.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News