"Pemulihan ekonomi dunia masih lemah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang berjalan lambat, kecuali ekonomi AS yang terus membaik," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (15/12/2016).
baca : Kebijakan Ekonomi Global Hadapi Tiga Tantangan
Perbaikan data ekonomi AS, lanjut dia, tercermin dari menguatnya sektor tenaga kerja dan meningkatnya inflasi, mendorong kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada bulan Desember 2016. Bahkan ada kecenderungan kenaikan pada tahun 2017 yang lebih tinggi sehingga berpotensi meningkatkan cost of borrowing di pasar keuangan global.
"Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara berkembang, terutama India dan Tiongkok, diperkirakan dapat menjadi sumber pendorong pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan sejumlah harga komoditas," jelas dia.
Dirinya menambahkan, meskipun masih pada level yang rendah, kenaikan harga minyak dunia mulai terjadi dan berpotensi meningkat seiring kesepakatan OPEC untuk menurunkan produksinya. Demikian pula kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit, batubara, dan beberapa barang tambang lainnya terus berlanjut.
"Ke depan, risiko global tetap perlu diwaspadai antara lain berasal dari ketidakpastian arah kebijakan yang akan ditempuh AS, terutama terkait dengan kebijakan fiskal dan perdagangan internasional, serta proses penyeimbangan ekonomi dan penyehatan sektor keuangan di Tiongkok," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News