Dalam suplemen laporan terbaru Asian Development Outlook 2016, ADB mengatakan pertumbuhan untuk 2017 tetap tidak berubah pada 5,7 persen.
"Ekonomi-ekonomi Asia melanjutkan ekspansi kuat mereka dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global," kata wakil kepala ekonom ADB Juzhong Zhuang dikutip dari Xinhua, Selasa (13/12/2016).
Dia melanjutkan reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas, memperbaiki iklim investasi, dan mendukung permintaan domestik dapat membantu menjaga momentum pertumbuhan di masa depan. Proyeksi di Asia Timur dipertahankan untuk 2016 dan 2017, menurut laporan tersebut.
"Pertumbuhan tahun ini akan mencapai 5,8 persen, dengan moderasi sedikit menjadi 5,6 persen pada 2017. Pertumbuhan di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan mencapai 6,6 persen tahun ini, didorong oleh konsumsi domestik yang kuat, pertumbuhan upah yang mantap, penciptaan pekerjaan urban dan investasi infrastruktur publik," kata laporan itu.
Perkiraan ADB untuk Tiongkok pada 2017 dipertahankan pada 6,4 persen. Ekspansi Jepang, sementara itu, akan didukung oleh ekspor yang kuat, meskipun mata uang lokal lebih kuat. ADB telah menurunkan perkiraan di Asia Selatan dari 6,9 persen menjadi 6,6 persen pada 2016. Namun demikian, bank memprediksi pertumbuhan Asia Selatan akan bangkit kembali pada 2017 dengan mencapai 7,3 persen.
"Proyeksi pertumbuhan melemah di India menjadi 7,0 persen dari sebelumnya diperkirakan 7,4 persen pada 2016, karena investasi yang lemah, pelambatan sektor pertanian di negara itu, dan kurangnya kas yang tersedia akibat keputusan pemerintah melarang uang kertas berdenominasi tinggi," kata laporan itu.
Di Asia Tenggara, pertumbuhan diperkirakan tetap tidak berubah di 4,5 persen pada 2016 dan 4,6 persen pada 2017. Malaysia dan Filipina diperkirakan akan tumbuh lebih kuat karena lonjakan konsumsi domestik serta investasi publik dan swasta, dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan yang lebih rendah di Brunei, Myanmar, dan Singapura.
Prospek dari ADB di Asia Tengah dipertahankan di 1,5 persen pada 2016 dan 2,6 persen pada 2017, karena resesi yang sedang berlangsung di Rusia dan harga komoditas global rendah untuk minyak dan gas alam terus meredam pertumbuhan sub regional tersebut. Bank memprediksi Pasifik tumbuh 2,7 persen pada 2016, dan meningkat 3,3 persen pada 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News