Jika ditelisik, UMKM di Tanah Air sebenarnya menggambarkan semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika. Pasalnya, para pedagang atau para pelaku UMKM ini memasarkan barang dan jasa yang sangat beragam dan berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia. Meski beragam, tapi kesemuanya berada di bawah payung besar bernama Indonesia.
Sebut saja, batik dari Cirebon, ukiran kayu dari Jepara, makanan khas berupa pempek dari Palembang, kain nusantara, hingga aksesoris yang disajikan dan merupakan ciri khas masing-masing wilayah di Indonesia. Kekayaan budaya dan adat istiadat ini pada akhirnya membuat UMKM di Tanah Air memiliki potensi tumbuh maksimal di masa mendatang.
Arnis Wigati, Owner Sabuyaroom, misalnya, membangun bisnis dengan harapan bisa ikut berkontribusi memajukan merek yang ada di Tanah Air dan nantinya bisa dikenal oleh dunia. Dirinya pun percaya karya atau produk yang dimiliki para pelaku usaha di Indonesia bisa bersaing dengan merek-merek luar negeri.
"Setiap produk itu memiliki keunikan masing-masing, jadi bisa dikolaborasikan," tuturnya, dalam sebuah webinar, beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Arnis tidak ingin sukses sendirian. Ia juga memajukan para pengrajin lokal yang merupakan mitra kerjanya, terlebih pengrajin yang dimiliki terbilang banyak dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Adapun Sabuyaroom adalah bisnis yang memadukan kain nusantara dengan modern design, seperti membuat pakaian, tas, dan semacamnya.
"Sabuyaroom menggandeng para pengrajin di seluruh negeri. Karena saya senang jalan-jalan dan bertemu dengan para pengrajin. Pengrajin saya ada di Yogyakarta, Solo, Banyuwangi, dan Bali. Mulai dari ujung Indonesia, saya ada di Padang, lalu saya sampai ke Manado dan Makassar yang paling sering," tuturnya.
Lantaran peluang bisnis masih terbuka lebar, dirinya tidak mau hanya berkutat di dunia fesyen. Ia mengaku Sabuyaroom juga memperluas pasar lain yakni aksesoris dengan memanfaatkan limbah tulang iga sapi. Upaya itu lantaran keberagaman yang dimiliki Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembeli.
"Jadi kalau ibu dan bapak habis makan iga sapi itu ada pengepulnya dan dijual ke saya. Dari tulang iga sapi itu saya jadikan aksesoris. Jadi pengembangan produk saya tidak hanya di fesyen tapi juga sampai ke aksesoris," ucapnya.
Berdasarkan pengalamannya itu, Arnis meyakini bahwa kualitas produk yang dimiliki Indonesia tidak kalah bersaing dengan merek-merek yang ada di luar negeri. Apalagi, Indonesia merupakan negara kaya terutama dari sisi sumber daya alam, adat istiadat, dan budaya. Guna memaksimalkannya, tak lupa Arnis juga menerapkan konsep digitalisasi dalam bisnisnya.
"Saya juga mau mengedepankan merek di Indonesia. Tidak kalah dengan merek di luar. Kain Nusantara itu tidak kalah dengan merek-merek yang sudah ada. Jadi ketika Sabuya maju saya juga mau memajukan pengrajin-pengrajin lokal," tukasnya.
Berbeda dengan Arnis, CEO Halal Plaza Hadi Kuncoro menggeluti bidang yang menawarkan jasa melalui teknologi digital. Melalui platform bisnisnya, Hadi siap membantu para pelaku usaha atau para pedagang untuk memperluas jangkauan bisnis secara digital dengan harapan laju bisnis bisa lebih maksimal.
Melalui Halal Plaza, Hadi menjembatani produk barang dan jasa dari para pelaku UMKM kepada sejumlah channel yang nantinya bisa diakses masyarakat melalui jaringan digital, baik melalui situs maupun marketplace. Berangkat dari pengalaman berbisnisnya, ia menekankan para pedagang harus mengubah pola pikir ketika berbicara soal digital dan teknologi.
Hadi pun mengajak para UMKM tidak hanya menjajakan barang dan jasanya di kios atau secara offline tapi juga secara digital. Dirinya menyayangkan masih banyak anggapan digitalisasi hanya untuk kalangan anak muda atau generasi milenial. "Padahal tidak karena teknologi itu banyak level dan tingkatannya dan saat ini sangat mudah pemakaiannya," ucap Hadi.
Menurutnya teknologi bukan lagi barang mahal karena saat ini hanya melalui smartphone pelaku usaha atau pelaku UMKM bisa memasarkan produk atau jasa kepada masyarakat secara daring. "Justru di era teknologi ini kesempatan kita untuk memperbesar dan memperlebar pasar sehingga kesempatan bisa lebih luas lagi," ucapnya.
"Jadi bukan hanya menunggu pembeli datang ke toko. Saya ingin mengajak teman-teman (pelaku usaha UMKM) jangan takut dan yuk mulai dengan membuka pola pikir bahwa teknologi itu adalah mudah," tuturnya.
Owner Al Kahfi Store Nasir Anas mengaku mengintegrasikan bisnis ke ranah digital cukup menguntungkan dan membuka peluang yang lebih besar lagi. Pernyataannya bukan isapan jempol semata karena ia sudah menerapkan konsep bisnis berbasis digital di bisnis yang ia bangun yang bergerak di produk rumah tangga dan produk menarik lainnya.
"Saya hadirkan untuk penjualan khusus di bidang alat rumah tangga. Seperti alat makan dengan contoh produk sendok, garpu makan, dan sendok teh merek Doll yang sudah terkenal dengan kualitas bahannya yang terbuat dari stainless yang tebal menjadikannya kuat, awet, dan mudah dibersihkan," kata Nasir, dikutip dari postingan blog pribadinya.
Al Kahfi Store merupakan toko online yang berdiri di pertengahan 2014 dengan toko online pertamanya berada di marketplace Indonesia. Sempat mengubah beberapa nama dari anastore hingga Hufadagency, akhirnya nama kembali menjadi Al Kahfi Store dan mulai memperkenalkan toko online di Tokopedia pada Mei 2015.
Sukses di tokopedia, di 2016, Al Kahfi Store mulai membuka toko online keduanya di Bukalapak. Tidak hanya itu, pada Juli 2016, Nasir memutuskan menambah toko di Shopee, dan aktif di Forum jual Beli (FJB) seperti OLX. Guna memacu penjualan dan memperlebar pangsa pasar, pada Agustus 2016, Al Kahfi Store resmi mengumumkan domain resmi mereka.
Berdasarkan pengalamannya, setidaknya ada tiga alasan dasar untuk pelaku UMKM mengintegrasikan bisnisnya ke dunia digital. Hal itu menjadi penting agar keberagaman pasar rakyat turut meramaikan pasar di Indonesia. Tentu harapannya guna mewujudkan cita-cita menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Tiga alasan yang dimaksudkan yakni pertama, biaya operasional lebih rendah dengan digital membuat pelaku UMKM menekan beberapa biaya operasional. Kedua, biaya pemasaran fleksibel dan murah. Pelaku UMKM dapat melakukan promosi iklan kapan saja sesuai kebutuhan, menentukan jangka waktu promosi, dan melakukan perubahan selama promosi digital berlangsung.
Ketiga, memulai bisnis lebih cepat dan minim risiko. Dengan media online, pelaku UMKM bisa memulai bisnis secara sederhana untuk melihat respons pasar dengan risiko yang lebih rendah. Selanjutnya, pelaku UMKM bisa tumbuh sesuai dengan kemampuan. "Media sosial membantu bisnis. Dengan media sosial, Anda bisa mulai memasarkan barang atau jasa Anda," ucapnya.
Lebih lanjut, Sonny P Lubis juga tidak mau kalah memperkaya ragam pasar rakyat di Indonesia. Berbeda dengan ketiga orang sebelumnya, Sonny mendirikan bisnis yang bergerak di bidang minuman secara khusus kopi dengan nama dagang Tanagodang Coffee.
Meski bisnis yang digeluti berbentuk fisik yakni berupa bangunan kedai kopi, namun tak menyurutkan semangat Sonny untuk memperluas pemasaran produk atau kedai kopinya. Bahkan, Sonny P Lubis selaku Founder Tanagodang Coffee mengaku sudah mendapatkan buah manis menjajakan bisnisnya melalui digital.
Kedai kopinya banyak diulas oleh pengunjung kedai di beberapa platform, baik media sosial maupun media berbasis kuliner. "Pertama lihat di instagram langsung suka sama exterior Tanagodang. Tanagodang artinya besar atau luas dalam bahasa batak menurut baristanya," kata Darsehsri Handayani, salah satu yang mengulas Tanagodang, dikutip dari laman pergikuliner.
Dari pengalamannya, Sonny berbagi tips kepada mereka yang hendak menjalankan bisnis dan memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk dan jasanya. Tipsnya yakni bagaimana mengikuti perkembangan pasar. Jika lebih rinci yaitu apa yang sedang hangat diperbincangkan.
"Apa yang sedang dicari masyarakat, dan apakah sudah ditinjau secara berkala. Lalu mengetahui keinginan konsumen, apakah ada yang sedang dibutuhkan dan pelajari kompetitor sebagai perbandingan. Bisnis digital itu tidak bisa tidak semuanya memang mengarah ke revolusi industri. Hampir setiap orang sudah mengenal yang namanya digital," ucapnya.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan UMKM selama ini menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. Setidaknya terdapat lebih dari 64 juta unit UMKM yang berkontribusi sebanyak 97 persen terhadap total tenaga kerja dan 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Jumlah ini, lanjut Teten, menunjukan peran UMKM yang sangat besar bagi perekonomian nasional. Oleh sebab itu jika separuh UMKM gulung tikar akibat pandemi covid-19 maka dikhawatirkan akan berdampak besar bagi perekonomian nasional.
Berdasarkan data APEC di 2018, masih kata Teten, jumlah UMKM mencapai 97 persen dari total keseluruhan usaha dan berkontribusi 50 persen terhadap tenaga kerja. Teten menambahkan meski penuh dengan tantangan, sektor UMKM masih memiliki harapan dan peluang untuk meningkatkan skala bisnisnya.

Sumber: Medcom.id
"Kita juga ada program pasar digital UMKM. Melalui program ini potensi belanja yang bisa dimanfaatkan UMKM mencapai Rp35 triliun. Lalu ada juga gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan kita aktif mendorong sektor UMKM go digital," kata Teten.
Etalase kekayaan Indonesia
Kepedulian terhadap UMKM terlebih para pedagang dan ekosistem pasar rakyat tidak ditampik perlu melibatkan banyak pihak. Apalagi, UMKM merupakan etalase kekayaan sebuah daerah serta kamus hidup yang salah satunya berkaitan dengan kuliner Indonesia sehingga memberikan karakter pada sebuah kota dan menjadi destinasi wisata yang unik.
"Bagi kami, pasar rakyat memiliki posisi strategis di masyarakat yaitu sebagai tonggak perekonomian bagi pedagang sekaligus sarana pengembangan ekonomi kerakyatan kreatif, edukatif, dan berbudaya," kata Direktur SDM & Marketing Adira Finance Swandajani Gunadi.
Hal itu yang membuat Adira Finance menggelar program CSR bertajuk 'Festival Pasar Rakyat (FPR) 2020' dari November hingga Desember 2020, sebagai bentuk dukungan terhadap keberagaman pasar rakyat di Indonesia. Festival pasar rakyat itu juga sebagai upaya mendorong ekosistem pasar rakyat untuk bangkit dan terus berkembang di masa pandemi.
"Sekaligus mempersiapkan masyarakat atau pasar rakyat menuju era digital sebagai adaptasi kebiasaan baru," kata Swandajani.
Dalam Festival Pasar Rakyat 2020, Adira Finance mengangkat tema besar #BangkitBersamaSahabat. Misinya untuk meningkatkan pemahaman para pedagang mengenai pentingnya menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan di lingkungan pasar rakyat, dan digitalisasi di pasar melalui program edukasi, pelatihan, dan pendampingan.
"Hal itu diperlukan agar usaha yang mereka jalankan dapat bertahan dan berkembang sebagai bentuk adaptasi teknologi terutama di masa pandemi seperti saat ini," ucapnya.
Adapun edukasi, pelatihan, dan pendampingan yang dilakukan salah satunya melalui webinar dan di antaranya menghadirkan Owner Sabuyaroom Arnis Wigati, CEO Halal Plaza Hadi Kuncoro, Owner Al Kahfi Store Nasir Anas, dan Founder Tanagodang Coffee Sonny P Lubis. Webinar itu merupakan serangkaian Festival Pasar Rakyat 2020.
Para peserta yang sudah mengikuti pelatihan di webinar selanjutnya diarahkan bergabung ke forum komunikasi dalam grup Whatsapp yang disediakan bagi masing-masing kota. Platform tersebut akan menjadi sarana pendampingan bagi para pedagang pasar rakyat untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan pengembangan usaha mereka usai pelatihan," tuturnya.
Protokol kesehatan
Sambil menyelam minum air, Adira Finance juga mendorong peningkatan pemahaman para pedagang mengenai pentingnya menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan di lingkungan pasar rakyat dan digitalisasi di pasar melalui program edukasi, pelatihan, dan pendampingan.
Langkah itu dilakukan dengan harapan usaha yang dijalankan dapat bertahan dan berkembang sebagai bentuk adaptasi teknologi, terutama di masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Bahkan, ajakan masyarakat agar disiplin memakai masker perlu terus dilakukan secara masif, terus menerus, bersama-sama, dan melibatkan seluruh unsur masyarakat.
"Jika masyarakat, termasuk mereka yang berdagang di pasar rakyat disiplin memakai masker dengan benar dan protokol kesehatan lainnya, kita bisa mengendalikan pandemi. Bahkan jika di masa-masa mendatang ada pandemi lagi, dan ini suatu keniscayaan, masyarakat sudah lebih siap," kata Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono.
Alex, salah seorang pedagang di Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang, membenarkan pandemi covid-19 membuat jumlah pembeli berkurang. Ia sempat mengeluhkan kondisi itu. Namun ia bersyukur, aturan dari pemerintah untuk menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan membuat pembeli kembali datang ke pasar tempat ia berdagang
"Ada pandemi ini kan mengharuskan memakai masker untuk jaga kesehatan dan juga agar tidak tertular. Di sini (di Pasar Induk Tanah Tinggi sejak pandemi covid-19 jumlah pembeli) menurun yang datang. Tapi sejak ada aturan pakai masker terus rajin mencuci tangan alhamdulillah mau (kondisi pasar) normal lagi," pungkas Alex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id