PANDEMI covid-19 telah menghantam signifikan hampir seluruh aktivitas perekonomian dengan para pedagang dan ekosistem pasar rakyat menjadi di antara yang terkena dampaknya. Pemberian stimulus diperlukan guna memperkokoh upaya pemulihan ekonomi dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran sangat penting.
Jika ditelisik, UMKM di Tanah Air sebenarnya menggambarkan semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika. Pasalnya, para pedagang atau para pelaku UMKM ini memasarkan barang dan jasa yang sangat beragam dan berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia. Meski beragam, tapi kesemuanya berada di bawah payung besar bernama Indonesia.
Sebut saja, batik dari Cirebon, ukiran kayu dari Jepara, makanan khas berupa pempek dari Palembang, kain nusantara, hingga aksesoris yang disajikan dan merupakan ciri khas masing-masing wilayah di Indonesia. Kekayaan budaya dan adat istiadat ini pada akhirnya membuat UMKM di Tanah Air memiliki potensi tumbuh maksimal di masa mendatang.
Arnis Wigati, Owner Sabuyaroom, misalnya, membangun bisnis dengan harapan bisa ikut berkontribusi memajukan merek yang ada di Tanah Air dan nantinya bisa dikenal oleh dunia. Dirinya pun percaya karya atau produk yang dimiliki para pelaku usaha di Indonesia bisa bersaing dengan merek-merek luar negeri.
"Setiap produk itu memiliki keunikan masing-masing, jadi bisa dikolaborasikan," tuturnya, dalam sebuah webinar, beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Arnis tidak ingin sukses sendirian. Ia juga memajukan para pengrajin lokal yang merupakan mitra kerjanya, terlebih pengrajin yang dimiliki terbilang banyak dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Adapun Sabuyaroom adalah bisnis yang memadukan kain nusantara dengan modern design, seperti membuat pakaian, tas, dan semacamnya.
"Sabuyaroom menggandeng para pengrajin di seluruh negeri. Karena saya senang jalan-jalan dan bertemu dengan para pengrajin. Pengrajin saya ada di Yogyakarta, Solo, Banyuwangi, dan Bali. Mulai dari ujung Indonesia, saya ada di Padang, lalu saya sampai ke Manado dan Makassar yang paling sering," tuturnya.
Lantaran peluang bisnis masih terbuka lebar, dirinya tidak mau hanya berkutat di dunia fesyen. Ia mengaku Sabuyaroom juga memperluas pasar lain yakni aksesoris dengan memanfaatkan limbah tulang iga sapi. Upaya itu lantaran keberagaman yang dimiliki Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembeli.
"Jadi kalau ibu dan bapak habis makan iga sapi itu ada pengepulnya dan dijual ke saya. Dari tulang iga sapi itu saya jadikan aksesoris. Jadi pengembangan produk saya tidak hanya di fesyen tapi juga sampai ke aksesoris," ucapnya.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan