Seorang petugas kesehatan mengambil sampel usap dari seorang wanita untuk menguji covid-19 di pusat pengujian di Srinagar, India. FOTO: TAUSEEF MUSTAFA/AFP
Seorang petugas kesehatan mengambil sampel usap dari seorang wanita untuk menguji covid-19 di pusat pengujian di Srinagar, India. FOTO: TAUSEEF MUSTAFA/AFP

Jangan Sampai seperti India

Angga Bratadharma • 27 April 2021 12:59
PANDEMI covid-19 masih mengkhawatirkan. Apalagi, data terbaru menunjukkan India mengalami lonjakan kasus aktif virus korona ke angka yang fantastis secara harian. Ironisnya, hal tersebut terjadi ketika kekebalan kelompok hampir terwujud di negeri Bollywood itu. Di antara penyebabnya ialah lalainya masyarakat setempat menjalankan protokol kesehatan.
 
India, pada Senin 26 April, mencatat rekor global untuk peningkatan kasus virus korona harian selama lima hari berturut-turut. Sementara kematian akibat covid-19 juga melonjak sepanjang masa selama 24 jam terakhir. Dengan 352.991 kasus baru, total beban kasus di India telah melampaui 17 juta.

Kematian naik dengan rekor 2.812 menjadi total 195.123 jiwa. Rumah sakit yang penuh sesak di Delhi dan di tempat lain menolak pasien setelah kehabisan pasokan oksigen medis dan tempat tidur. "Saat ini rumah sakit itu dalam situasi krisis yang ekstrem," kata Juru Bicara Rumah Sakit Sir Ganga Ram.
 
Perdana Menteri India Narendra Modi mendesak semua warga untuk divaksinasi dan berhati-hati. Sementara rumah sakit dan dokter telah mengeluarkan pemberitahuan mendesak yang mengatakan mereka tidak dapat menangani pasien yang terburu-buru.
 
Orang-orang mengatur tandu dan tabung oksigen di luar rumah sakit ketika mereka dengan putus asa meminta pihak berwenang untuk menerima pasien. "Setiap hari, situasinya sama, kami dibiarkan dengan oksigen selama dua jam. Kami hanya mendapat jaminan dari pihak berwenang," kata seorang dokter di televisi.
 
Di beberapa kota yang paling parah terkena dampak, termasuk ibu kota, mayat dibakar di fasilitas darurat yang menawarkan layanan kremasi massal yang meninggal akibat pandemi.
 
Jangan Sampai seperti India

Saluran televisi NDTV menyiarkan gambar tiga petugas kesehatan di negara bagian Bihar timur sedang menarik tubuh di sepanjang tanah dalam perjalanan ke kremasi, saat petugas yang mengangkat kehabisan tenaga.
 
Memilukan
 
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi covid-19 di India sangat memilukan lantaran peningkatan kasus terjadi selama sembilan minggu berturut-turut.
 
"Secara global, pandemi covid-19 terus meningkat. Kasus sekarang meningkat selama sembilan minggu berturut-turut, dan kematian meningkat selama enam minggu berturut-turut. Singkatnya, ada hampir banyak kasus di seluruh dunia minggu lalu seperti dalam lima bulan pertama pandemi," ujar Tedros.
 
Namun, ia sedikit lega karena ada di beberapa tempat mengalami penurunan kasus. "Sangat menyenangkan melihat sedikit penurunan kasus dan kematian di beberapa wilayah. Tetapi banyak negara masih mengalami penularan yang intens, dan situasi di India sangat memilukan," tuturnya.
 
Lonjakan dalam beberapa hari terakhir telah melihat keluarga pasien lari ke media sosial untuk meminta pasokan oksigen dan lokasi tempat tidur rumah sakit yang tersedia. Kondisi itu telah memaksa Ibu Kota New Delhi untuk memperpanjang penguncian selama seminggu.
 
 

"WHO melakukan segala yang kami bisa, menyediakan peralatan dan persediaan penting, termasuk ribuan konsentrator oksigen, rumah sakit lapangan, dan persediaan laboratorium," ucap Tedros.
 
Meski kondisi covid-19 di India memilukan, namun pandemi covid-19 berhasil membuat negara-negara di dunia bersatu padu atas nama kemanusiaan. Hal itu terlihat dari beberapa negara yang memberikan bantuan kepada negara Bollywood. Sebut saja Arab Saudi, Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jerman, hingga Uni Eropa memberikan bantuan.
 
Arab Saudi sedang mengirim 80 ton metrik oksigen cair ke India dalam upaya membantu mengatasi gelombang kedua covid-19. Kemudian lebih dari 300 peralatan oksigen konsentrator telah dikirim dari New York, AS, ke India pada Minggu, 25 April. Peralatan seberat 5.000 kilogram itu diangkut pesawat maskapai Air India dari Bandara Internasional John F. Kennedy.
 
Sedangkan Jerman akan mengirim pasokan oksigen dan bantuan medis ke India dalam beberapa hari ke depan untuk membantu negara tersebut menangani gelombang kedua covid-19. Saat ini India membutuhkan bantuan dari banyak negara, terutama mengenai pasokan oksigen untuk rumah sakit.
 
Masuk ke Indonesia
 
Meroketnya kasus aktif covid-19 di India tentu harus menjadi perhatian utama bagi semua negara di dunia termasuk Indonesia. Apalagi, gelombang tsunami kasus covid-19 di negara Bollywood itu juga disebabkan mutasi baru dari Inggris, B117, dan mutasi lokal B1617. Menutup pintu perbatasan internasional sangat krusial guna mencegah masuk ke Tanah Air.
 
Namun entah harus berkata apa, pemerintah mengumumkan ada ratusan warga negara India masuk ke Tanah Air. Padahal seharusnya, pintu perbatasan ditutup segera agar tidak ada Warga Negara Asing (WNA) terutama dari India yang masuk ke RI. Jika sudah masuk seperti ini, usaha sangat keras dan ketat diperlukan untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.
 
Jangan Sampai seperti India
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. FOTO: MI/IMMANUEL ANTONIUS
 
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan mutasi B117 sudah masuk ke Indonesia. Budi mengatakan ada 10 orang yang terkonfirmasi positif B117. Sebanyak enam orang terpapar dari luar negeri. "Mutasi virus baru meningkatkan kasus di India. Virus itu sudah masuk juga di Indonesia," kata Budi.
 
"Jadi empat kasus di antaranya adalah transmisi lokal," tambah dia.
 
Transmisi lokal tersebut, yakni dua kasus di Sumatra, satu kasus di Jawa Barat, dan satu kasus di Kalimantan Selatan. Pemerintah akan memberikan perhatian khusus untuk tiga provinsi tersebut. "Kita akan menjadi lebih sangat hati-hati untuk selalu mengontrol, apakah ada mutasi baru atau tidak," ujar Budi.
 
Pemerintah juga menangguhkan sementara pemberian visa kunjungan dan visa tinggal warga negara asing untuk mencegah penyebaran mutasi baru covid-19. "Pemerintah juga menolak masuknya orang asing yang memiliki riwayat perjalanan 14 hari terakhir ke India, sebelum masuk ke Indonesia," ujar Budi.
 
Sementara itu, pemerintah mengklaim telah menyiapkan sejumlah hal agar kasus covid-19 di Indonesia tak melonjak seperti yang terjadi di India. Salah satunya adalah mencegah masuknya warga negara India dan pelaku perjalanan dari India ke Indonesia mulai Sabtu, 24 April 2021. Pelayanan visa bagi warga negara India pun telah dihentikan sejak Kamis, 23 April.
 
Direktur Jenderal Imigrasi Jhoni Ginting menjelaskan bahwa kebijakan tersebut untuk menyikapi dinamika terbaru lonjakan kasus harian covid-19 di India. Menurutnya penolakan masuk berlaku bagi seluruh orang asing yang mempunyai riwayat perjalanan dari wilayah India dalam kurun waktu 14 hari sebelum masuk wilayah Indonesia.
 
 

"Selain menolak masuk orang asing, kami juga menghentikan sementara penerbitan visa bagi warga negara India," kata Jhoni.
 
Selain itu, Pemerintah Indonesia membatasi pintu masuk di beberapa Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Pintu masuk bagi WNI yang akan pulang ke Indonesia hanya melalui TPI Bandara Soekarno-Hatta, Bandar Udara Juanda, Bandara Kualanamu, Bandar Udara Sam Ratulangi, Pelabuhan Laut Batam Centre, Pelabuhan Laut Sri Bintan Pura, dan Pelabuhan Laut Dumai.
 
"Bagi WNI yang masuk tentunya tetap harus mengikuti protokol kesehatan ketat sesuai aturan dari Satgas Penanganan Covid-19," ujarnya.
 
Adapun Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Soekarno Hatta pada Minggu, 25 April 2021 dini hari memulangkan 32 warga negara India. Mereka ditolak masuk ke Indonesia saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Jumat, 23 April 2021.
 
"Mereka dipulangkan kembali ke negaranya dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada pukul 00.40 WIB, Minggu, menggunakan pesawat Emirates Airlines dengan nomor penerbangan EK359 tujuan akhir Dubai," kata Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian (TIKIM) Sam Fernando.
 
Menurutnya, langkah Imigrasi Soekarno-Hatta telah sejalan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi pada 23 April 2021.
 
Menjaga stabilitas
 
Terlepas dari upaya mencegah agar Indonesia tidak seperti India, Pemerintah Indonesia dan pihak terkait terus menggenjot roda perekonomian meski kasus covid-19 di Tanah Air juga meningkat terutama disebabkan oleh klaster pekantoran. Bank Indonesia (BI), misalnya, mempertahankan suku bunga acuan, sesuai dengan perkiraan.
 
Dalam konteks ini, BI memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar global. Namun, hal ini bukan berarti bank sentral telah mengubah arah kebijakan longgar. Prioritas BI saat ini adalah bagaimana mempercepat transmisi suku bunga acuan ke suku bunga kredit perbankan.
 
Hal ini didukung pula dengan kebijakan lain untuk mendukung pertumbuhan kredit seperti pelonggaran aturan uang muka untuk kredit mobil, kredit rumah (KPR), dan semacamnya. Selain itu dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI juga terus menyerap pasokan surat utang negara di saat arus masuk dana asing berkurang.
 
Sementara itu, perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di 2021 diturunkan menjadi 4,1-5,1 persen. Kondisi itu membuat target lebih dekat dengan perkiraan Ekonom DBS  yang memproyeksikan di angka empat persen. Sedangkan pertumbuhan inflasi bakal dipengaruhi oleh efek bulan Ramadan/Idulfitri dan pembanding yang rendah di tahun lalu.
 
 

"Tren inflasi tampaknya tidak menjadi masalah bagi pengambil kebijakan. Suku bunga acuan masih akan dipertahankan sampai akhir tahun. Untuk obligasi Pemerintah Indonesia, tim makro DBS bersikap netral memasuki Mei 2021 dan akan masuk kembali setelah tapi dengan catatan ketika imbal hasil 10 tahun mendekati tujuh persen," kata Ekonom DBS Radhika Rao.
 
Optimistis
 
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku optimistis konsumsi masyarakat akan terus meningkat pada kuartal II-2021. Keyakinan ini didasarkan pada sejumlah sinyal positif yang akan mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga.
 
Peningkatan konsumsi ini disebabkan beberapa faktor, seperti kepercayaan diri yang mulai pulih, technical rebound, peningkatan aktivitas masyarakat di masa Ramadan dan Idulfitri, serta pemulihan yang berasal dari dukungan APBN yang berupa stimulus perekonomian.
 
"Keempat faktor ini akan mendorong kuartal kedua konsumsi 2021 diperkirakan akan mengalami akselerasi yang positif dan signifikan. Ini hal yang akan kita dukung atau kita akan monitor tentu dengan catatan selama covid tetap bisa terjaga," kata dia.
 
Jangan Sampai seperti India
 
Ia menambahkan Indonesia pada kuartal kedua tahun ini diprediksi akan memasuki zona positif. Menurut dia, pembalikan yang disertai peningkatan kepercayaan dan aktivitas konsumsi, serta efek dari stimulus perekonomian yang mulai meningkat ini akan membantu pemulihan ekonomi nasional.
 
Sri Mulyani menjelaskan, konsumsi masyarakat merupakan kontributor terbesar di dalam Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai Indeks Keyakinan Konsumen pada Maret 2021 naik ke angka 93,4 dari yang sebelumnya 85,8 pada Februari 2021.
 
"Ini artinya konsumen di Indonesia memiliki keyakinan yang membaik dan nanti terlihat di dalam beberapa indikator yang mendukungnya," jelas dia.
 
Lebih lanjut, ia menyebut, peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat pada Maret diperkirakan pada area makanan, minuman, informasi, transportasi, pakaian, rumah tangga, serta kegiatan rekreasi. Namun kenaikan kasus covid-19 masih menjadi tantangan.
 
"Meskipun begitu, peningkatan kegiatan rekreasi harus tetap dijaga agar tidak mengakibatkan pelonjakan covid-19 yang dilakukan melalui berbagai hal seperti, vaksinasi yang tetap berjalan, dan peningkatan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas dan kegiatan masyarakat," pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan