\ Menpora Jangan Lupa Tugasnya
Stadion Utama Gelora Bung Karno belum bersiap untuk Asian Games 2018 (Dok Istimewa)
Stadion Utama Gelora Bung Karno belum bersiap untuk Asian Games 2018 (Dok Istimewa)

Menpora Jangan Lupa Tugasnya

Bola asian games 2018
06 April 2015 16:40
Menpora Jangan Lupa Tugasnya Hari Sabtu lalu saya berkesempatan menyaksikan Kejuaraan Atletik Singapura Terbuka di Stadion Nasional Sport Hub Center di Kallang. Stadion Nasional itu baru selesai dibangun Juni 2014 dan akan dipakai sebagai tempat pertandingan utama SEA Games XXVIII yang akan berlangsung 5-16 Juni 2015.
 
Menteri Pengembangan Masyarakat, Olahraga, dan Pemuda Singapura, Lawrence Wong mengatakan, Kejuaraan Atletik Singapura Terbuka sengaja dilakukan di stadion utama untuk melihat kesiapan tempat penyelenggaraan SEA Games mendatang. Dengan atap stadion yang bisa dibuka dan ditutup, bisa dirasakan suhu udara di dalam stadion ketika atap ditutup.
 
"Kami siapkan sistem pendingin untuk membuat suhu di dalam stadion tidak terlalu panas. Udara dingin akan dikeluarkan melalui celah di bawah kursi," kata Wong menjelaskan kepada Ketua PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia, Mohamad "Bob" Hasan yang membawa 24 atletnya ikut Singapura Terbuka.
  Anak-anak sekolah yang menjadi tenaga sukarela, mendapat pelatihan bagaimana menjadi petugas lapangan yang baik. Anak-anak perempuan yang bertugas, diberitahu cara mengangkat tempat pijakan pelari begitu para pelari sudah lepas dari pijakannya. Mereka diingat untuk tidak lupa menarik kabel pengeras suara yang ada di belakang pijakan pelari agar tidak mengganggu ketika para pelari masuk ke garis finis.
 
"Ini kesempatan yang baik bagi kami sebelum menggelar SEA Games nanti. Secara keseluruhan kami siap untuk menjadi tuan rumah nanti," kata Wong.
 
Singapura membuat rencana yang apik untuk menjadi tuan rumah SEA Games XXVIII. Sejak 2010 mereka merobohkan stadion nasional yang lama dan dibangun sebuah stadion yang baru, lengkap dengan prasarana bagi masyarakat untuk berolahraga dan berekreasi.
 
Menpora Jangan Lupa Tugasnya
Sport Hub Center dibangun dengan model kerja sama pemerintah dan swasta (public private parnership). Pihak swasta diberi hak pengelolaan 25 tahun sebagai kompensasi pembiayaan yang mereka lakukan untuk membangun sebuah kompleks olahraga yang baru.
 
Berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, atletik, renang, voli pantai, ski air bisa dipertandingkan di kawasan olahraga ini. Bahkan untuk masyarakat umum disediakan tempat untuk bermain basket dan skateboard. Fasilitas umum seperti tempat makan dan mall, membuat kompleks olahraga itu menjadi tempat rekreasi baru bagi rakyat Singapura.
 
Stadion berkapasitas 55 ribu penonton itu juga bisa dipakai untuk pertunjukan musik. Artis dunia seperti Michael Buble, One Direction, dan Katty Perry bisa tampil di stadion karena dilengkapi dengan tempat duduk yang tertata rapi.
 
Singapura sempat mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah SEA Games sebelumnya. Tetapi mereka meminta mundur karena belum siap dengan stadion baru yang mereka bangun. Mereka memilih untuk memundurkan penyelenggaraan dan tahun ini pelaksanaan digelar bertepatan dengan Perayaan Emas Hari Kemerdekaan Singapura.
 
Persiapan Asian Games
 
Apabila Singapura butuh empat tahun untuk membangun berbagai prasarana bagi penyelenggaraan SEA Games, Indonesia yang akan menjadi tuan rumah Asian Games XVIII 2018 sebenarnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membangun prasarana kejuaraan. Pasalnya, di Asian Games terakhir di Incheon, Korea Selatan saja ada 54 negara Asia yang ikut serta dengan jumlah atlet sekitar 9.500 orang.
 
Menpora Jangan Lupa Tugasnya
Incheon membutuhkan waktu lebih 8 tahun agar bisa menjadi tuan rumah yang baik. Waktu 8 tahun diperlukan karena mereka harus membangun tempat pertandingan yang berkualitas internasional dan perkampungan atlet yang memungkinkan semua peserta tinggal di satu kompleks yang tidak jauh dari tempat pertandingan.
 
Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah untuk menggantikan Vietnam yang tidak sanggup karena persoalan keuangan. Indonesia sudah menetapkan Jakarta yang dibantu Palembang dan Bandung sebagai tempat penyelenggaraan.
 
Tidak salah apabila Indonesia memberanikan diri sebagai tuan rumah menggantikan Vietnam. Hanya saja organisasi penyelenggaraan harus segera ditetapkan dan perencanaan kerja harus segera dirumuskan karena waktu yang tersedia tidaklah banyak.
 
Praktis hanya tinggal 3 tahun waktu yang tersisa dari sekarang sampai pembukaan Asian Games digelar tanggal 18 Agustus 2018. Sampai sekarang pemerintah belum selesai menyusun panitia penyelenggaraan Asian Games XVIII. Pada Sidang Kabinet terakhir pekan lalu, Presiden Joko Widodo tidak puas dengan usulan panitia yang disampaikan Menpora Imam Nachrawi dan meminta untuk dirombak lagi.
 
Dengan persiapan yang kedodoran seperti ini, kita pantas khawatir dengan penyelenggaraan Asian Games nanti. Ini bukan SEA Games yang hanya diikuti 10 negara, tetapi pesta olahraga Asia yang seluruh negara Asia dan atlet-atlet terbaik di benua ini.
 
Apalagi sebagai tuan rumah, kita bukan hanya harus baik dalam penyelenggaraan, tetapi juga harus optimal dalam prestasinya. Seperti ketika Bung Karno menggelar Asian Games IV 1962, Indonesia mampu menduduki peringkat kedua peraih medali terbanyak.
 
Kita masih ingat bagaimana kesungguhan Bung Karno untuk membangun fasilitas olahraga yang ada di Senayan. Bukan hanya Stadion Utama Bung Karno yang dibangun secara megah, tetapi tempat penginapan atlet dibangun di kawasan yang sekarang menjadi Ratu Plaza dan Plasa Senayan. Pelatih dan juga atlet dikirim ke luar negeri untuk berlatih secara khusus.
 
Menpora Jangan Lupa Tugasnya
Sekarang kita belum lagi tahu di mana Pemukiman Atlet akan dibangun nanti. Tidak lagi ada kawasan di seputaran Senayan yang bisa dijadikan tempat penginapan atlet. Kalau pun para atlet akan ditempatkan di hotel-hotel, tidak terbayangkan bagaimana transportasi mereka ke tempat pertandingan di tengah lalu lintas Jakarta yang macet seperti ini.
 
Menpora Harus Fokus
 
Menpora Imam Nachrawi harus fokus memikirkan penyelenggaraan Asian Games. Apalagi ketika penyelenggaraan akan dilakukan di tiga kota yang memerlukan koordinasi yang rapi untuk transportasi bagi para atlet.
 
Koordinasi dengan para gubernur harus dilakukan secara intensif. Bahkan dengan Kepala Direktorat Lalu Lintas Jakarta, Bandung, dan Palembang rekayasa lalu lintas harus dipikirkan mulai sekarang. Bagaimana aktivitas warga di ketiga kota itu akan dikelola.
 
Saat Seoul atau Beijing menjadi tuan rumah Asian Games, mereka menerapkan sistem nomor ganjil dan genap untuk mengurangi kemacetan. Masyarakat di kedua kota itu diberitahu sejak jauh-jauh hari agar mau berkorban demi nama baik kota tempat mereka tinggal sebagai tuan rumah Asian Games.
 
Ibaratnya Menpora cukup memikirkan penyelenggaraan Asian Games saja. Semua tenaga dan pikiran harus dicurahkan kepada penyelenggaraan pesta olahraga ini.
 
Keberhasilan penyelenggaraan Asian Games akan menjadi salah satu kunci kesuksesan pemerintahan Jokowi. Bahkan untuk keberhasilan prestasi, Menpora harus berbaik-baik dengan pimpinan induk olahraga. Bersama KOI dan KONI, Menpora seharusnya meminta bantuan para ketua umum induk olahraga agar mempersiapkan atlet terbaik mulai sekarang.
 
Selanjutnya tenaga dan pikiran Menpora akan tercurah kepada pengorganisasian penyelenggaraan Asian Games. Sungguh aneh apabila Menpora sekarang sibuk untuk hal yang tidak terlalu prinsipiil. Ia misalnya ikut cawe-cawe urusan kompetisi sepak bola. Bahkan sifatnya sangat teknis yang sebenarnya bukan level menteri, tetapi cukup ketua umum induk olahraga.
 
Seperti Menteri Singapura, Lawrence Wong, ia seharusnya cukup menunjukkan diri sebagai seorang manajer. Ia tidak harus ikut turun tangan langsung menangani Kejuaraan Atletik Singapura Terbuka. Ia hadir di stadion untuk mengecek apakah semua sudah berjalan baik dan memberi koreksi terhadap hal besar yang harus diperbaiki.
 
Menpora Imamm Nachrawi tidak boleh memusuhi cabang olahraga dan pengurus olahraga. Seperti ketika diingatkan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembicaraan melalui telepon, tugas pemerintah itu mengayomi dan mendorong agar induk-induk olahraga bisa menjalankan tugas pembinaan dengan baik. Kalau ada yang kurang, tugas pemerintah memberikan empowering, bukan mentang-mentang memiliki kekuasaan lalu cenderung mau menghukum saja.
 
Olahraga itu alat untuk membangun karakter bangsa. Melalui olahraga orang diajarkan untuk disiplin, membangun kerja sama tim, pantang menyerah, dan memiliki badan yang sehat. Dengan badan yang sehat itulah, maka diharapkan bangsa itu memiliki jiwa yang sehat.
 
Bangsa Amerika menempatkan olahraga pada posisi yang strategis. Semua orang yang akan masuk perguruan tinggi tidak hanya dilihat kemampuan akademiknya saja, tetapi juga dilihat olahraga apa yang mereka lakukan.
 
Negara pun sangat memahami arti penting olahraga dalam membangun kesehatan bangsa. Apabila bangsa itu sehat maka biaya kesehatan akan jauh lebih murah. Dengan itulah maka negara akan bisa mempunyai modal yang lebih untuk membangun negara.
 
Semoga Menpora memahami apa yang menjadi tugas pokok dan fungsinya. Ia harus fokus kepada apa yang menjadi pekerjaan rumahnya. Prestasi olahraga hanya akan bisa dicapai apabila semua orang bisa menikmati olahraga, bukan ditakut-takuti untuk berolahraga seperti yang hanya dimaui oleh pemerintah.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RIZ)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif