Sayangnya, ambisi Agus untuk mengawinkan emasnya saat turun di nomor 5.000m gagal terealisasi. Agus harus puas hanya meraih medali perak. Ia disusul oleh pelari asal Singapura Soh Rui Yong pada 5 km terakhir. Emas pun melayang ke Negeri Singa.
Pelari kelahiran Bogor itu pun harus berpuas diri hanya bisa finis di posisi kedua, meski ia tahu peluang emas di depan mata.
Sayangnya Agus enggan berkeluh kesah dan meratapi hasil tersebut. Toh perjuangannya sudah maksimal dengan persiapan yang dianggap kurang matang.
Pemerintah Jangan Melulu Perhatikan Venue Asian Games
Kini ambisi untuk meraih emas di Asian Games tetap ia asah. Sebab inilah tujuan utamanya. Namun ada yang ia sayangkan, karena selama ini pemerintah terlalu fokus untuk membangun venue penyelenggaran event terbesar di Asia tersebut, hingga akhirnya mengesampingkan tempat untuk para atlet berlatih. Padahal mereka juga punya keinginan yang sama, mengharumkan nama bangsa di kancah olahraga Asia.
"Kendala di pelatnas yang saya alami di pemusatan latihan yang jauh dari kata layak. Mudah-mudahan ada tempat latihan khusus buat saya, jadi jangan cuma ngurusin venue-venue untuk gelaran Asian Games saja. Saya harapkan juga tempat-tempat latihan atlet Indonesia untuk bertanding di Asian Games juga diperhatikan," ujar Agus saat diwawancarai Metrotvnews.com.
Baca:Empat Poin Penting jika Indonesia Ingin Sukses di Asian Games 2018
Tak hanya tempat berlatih. Ketika para atlet dari negara pesaing melakukan tryout di kiblat-kiblat olahraga masing-masing. Agus hanya bisa melakukannya di dekat di mana ia tinggal, yaitu Pangalengan, Bandung Jawa Barat. Padahal para pesaingnya dari lari jarak jauh kebanyakan melakukan pemusatan latihan di Kenya atau Amerika Serikat.
"Kami masih TC di dalam negeri, sementara negara-negara lain sudah melakukan TC di luar negeri. Mereka sudah fokus di Asian Games di mana mereka sudah menjalani latihan di kiblat-kiblat olahraga masing-masing. Seperti lari jarak jauh, mereka sudah melakukan TC di Kenya dan Amerika Serikat," terangnya.
Pelatnas Sejak 2015 demi Asian Games
Padahal jika menilik pemusatan latihan yang telah dijalani Agus bersama pelatih, ia telah berlatih sejak 2015. Pemusatan latihan jangka panjang itu ia lakukan demi bisa meraih emas di Asian Games 2018.
"Saya telah melakukan pelatnas jangka panjang di mana dari 2015 sampai terakhir di SEA Games Malaysia, kami masih menjalani pelatnas. Saya harap Surat Keputusan Prima cepat keluar sehingga atlet-atlet bisa tryout atau menjalani masa transisi sehingga bisa berlatih lagi untuk persiapan Asian Games," sambungnya
"Karena tryout kami belum ada jadwal, SK juga belum keluar. Jadi itu berbuntut pada tujuan saya dan saya juga belum tahu akan turun di nomor apa nantinya di Asian Games," tambahnya.
Pelari kelahiran 23 Agustus 1985 juga mengaku belum ada dukungan yang maksimal kepadanya dari Kemenpora. Ia menilai bantuannya masih minim, meski ia tak tahu terhambat di mana.
"Dukungan dari Kemenpora masih minim. Saya enggak tahu bantuan itu terhambat di PB atau di Satlak Prima-nya. Saya harapkan bisa diperhatikan untuk persiapan atlet-atlet di Asian Games terutama venue-venue latihannya," tegasnya.
Meski masih minim dukungan Agus tak pernah berharap ia akan mengulangi kegagalan medali emas seperti di Malaysia lalu. Sebab tak ada gunanya menyesali dan bukan waktunya saling menyalahkan. Kini Agus hanya menginginkan adanya fokus pada stakeholder yang bersangkutan untuk bisa membangun prestasi di negara ini.
"Pesan dari saya yang penting jangan pada saling menyalahkan. Masing-masing masih harus saling berbenah lah, enggak cuma pemerintah, tapi atlet juga harus berbenah," tutup pelari berusia 32 tahun tersebut.
Baca juga:Persiapan Sudah 80%, Venue Asian Games Ditargetkan Rampung Akhir 2017
Menunggu Realisasi Janji Menpora
Agus memang butuh kesabaran yang lebih, pasalnya Menpora Imam Nahrawi sendiri telah berjanji merealisasikan anggaran yang diperlukan untuk 20 cabor prioritas tersebut.
"Terobosan yang kami lakukan adalah memprioritaskan cabor unggulan. Kami melihat bawa prioritas pemerintah itu adalah Asian Games dan Olimpiade. Maka kami potret dari potensi dan peluang yang ada. Kami khususkan untuk olahraga yang bisa meraih medali," ujar Menpora Imam Nahrawi.
"Ada 20 cabang olahraga seperti dayung yang peluangnya cukup besar sekali dan sudah terbukti. Kemudian juga tentunya bulu tangkis, panahan, atletik, dan juga renang," terang Imam.
Kabarnya, Menpora telah mengajukan anggaran sebesar Rp700 miliar untuk merealisasikan terobosan itu pada 2018. Kini tinggal menunggu persetujuan dari pihak terkait untuk mewujudkannya.
Terobosan ini diharapkan bisa menjadi solusi dari permasalahan yang sempat melanda kontingen Indonesia di beberapa multi event seperti Olimpiade dan SEA Games lalu. Sekaligus menjadi jawaban bagi para atlet agar nyaman mewujudkan prestasi.
Video:?Valentino Rossi Comeback di MotoGP Aragon?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ACF)