\ Mengolahragakan Masyarakat

Mengolahragakan Masyarakat

Bola sepak bola olah raga
14 April 2015 14:32
Mengolahragakan MasyarakatKita tentu masih ingat slogan olahraga yang diperkenalkan Presiden Soeharto. Pemerintah mencanangkan kampanye "Memasyarakatkan Olahraga dan
Mengolahragakan Masyarakat".
 
Sepintas itu seperti sebuah jargon kosong. Tetapi pesan yang ingin disampaikan sebenarnya sarat makna. Pertama, negara berharap masyarakat aktif untuk berolahraga, sebab dengan berolahraga akan didapat badan yang sehat. Dengan badan yang sehat itu diharapkan tumbuh jiwa yang sehat.
 
Negara berkepentingan agar masyarakatnya sehat karena dengan itu mereka akan menjadi manusia yang produktif. Apabila masyarakatnya sehat, maka biaya kesehatan pun akan menjadi lebih murah. Anggaran negara kemudian bisa dialihkan untuk kepentingan pembangunan yang lain.
  Kedua, olahraga merupakan bagian dari nation and character building. Dengan olahraga, masyarakat dibangunkan kecintaannya kepada tanah air. Bahkan lebih jauh, olahraga bisa dipakai sebagai alat mempersatukan bangsa.
 
Kita lihat saja bagaimana suasana saat kesebelasan nasional Indonesia sedang bertanding. Semua orang lupa akan berbagai persoalan dan perbedaan, bersama-sama menggunakan kostum Merah-Putih datang ke Gelora Bung Karno untuk memberikan dukungan.
 
Hal ini berlaku universal. Di Amerika Serikat orang yang hendak masuk universitas yang dilihat bukan hanya kemampuan akademiknya saja. Calon mahasiswa ditanya tentang olahraga yang disukai dan digelutinya. Mahasiswa yang sukses pasti yang mempunyai kemampuan olahraga yang baik.
 
Kanalisasi
 
Olahraga juga menjadi sarana kanalisasi emosi masyarakat. Pepatah Romawi kuno mengatakan, manusia tidak hanya butuh roti, tetapi mereka juga butuh komedi.
 
Apabila kita sedang berada di dalam stadion pertandingan, maka kita bisa lepas untuk melepaskan emosi kita. Sekeras apa pun kita bersuara orang tidak akan merasa terganggu, karena semua melakukan hal yang sama. Energi yang dikeluarkan secara bersamaan membuat suara di dalam stadion selalu membahana.
 
Mengolahragakan Masyarakat
Negara sangat diuntungkan dengan kanalisasi itu. Kepenatan yang dihadapi masyarakat tidak harus berujung menjadi sesuatu yang destruktif. Pelampiasan yang diekspresikan saat menyaksikan pertandingan olahraga membuat orang lebih tenang ketika kembali ke rumah masing-masing.
 
Itulah yang membuat banyak negara mendorong adanya kompetisi yang bergulir secara rutin. Bahkan di Amerika Serikat kompetisi berjalan sepanjang tahun dan berskala nasional. Ada empat cabang olahraga yang kompetisinya digelar secara nasional dan berlangsung nyaris sepanjang tahun yaitu bisbol, bola basket, American Football, dan hoki es.
 
Semua kegiatan itu sepenuhnya merupakan inisiatif anggota masyarakat sendiri. Negara nyaris tidak melakukan apa-apa. Negara hanya mengendalikan agar semua berlangsung aman dan tertib.
 
Begitu pentingnya arti kompetisi olahraga itu bagi negara, para pemenang dari keempat cabang olahraga itu pasti akan diterima Presiden AS di Gedung Putih. Negara menempatkan begitu tingginya olahraga, karena itulah yang secara tidak langsung mempersatukan seluruh bangsa dan negara.
 
Negara Harus Mendukung
 
Hal yang sama seharusnya berlaku di Indonesia. Bung Karno menjadikan olahraga sebagai alat membangun kebanggaan bangsa. Ketika memutuskan untuk menjadi penyelenggara Asian Games IV 1962, Bung Karno ingin membangun kesadaran kepada seluruh warga bangsa ini bahwa kita mempunyai kemampuan yang tidak kalah dibandingkan bangsa-bangsa lain.
 
Bung Karno bukan hanya menjadikan Indonesia yang baru merdeka, dihormati sebagai tuan rumah yang baik. Kontingen Indonesia sepanjang sejarah keikutsertaan di Asian Games menjadi kontingen peraih medali emas terbanyak kedua setelah China.
 
Kita seharusnya melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Bung Karno. Kita harus terus membangkitkan kebanggaan dan rasa percaya diri dari bangsa ini. Apalagi kita hidup di era yang terbuka seperti sekarang ini.
 
Bahkan kita harus meniru apa yang dilakukan AS dengan memperbanyak kompetisi yang berskala nasional. Sebagai negara besar dan berbentuk kepulauan, kita harus memberi kesempatan kepada seluruh anak bangsa ini untuk mengenal daerah lain dan mengenal Indonesia.
 
Satu-satunya cabang olahraga yang berskala nasional di Indonesia hanyalah sepak bola. Hanya kompetisi sepak bola yang memungkinkan anak Papua bisa bertanding di Aceh. Hanya sepak bola yang bisa membuat anak Aceh bermain di Jawa, anak Jawa bertanding di Kalimatan, dan anak Kalimantan yang berkunjung ke Sulawesi.
 
Mengolahragakan Masyarakat
Pemerintah seharusnya merawat kompetisi sepak bola karena olahraga inilah yang bisa terus mempersatukan Indonesia. Pemerintah harus mendorong agar kompetisi terus berjalan rutin agar silaturahmi di antara anak bangsa ini bisa terus terjaga.
 
Pemerintah pantas bersyukur karena inisiatif ini datang dari masyarakat sendiri. Pemerintah tidak harus mengeluarkan anggaran agar klub-klub bisa berkompetisi secara rutin. Masyarakat membiayai sendiri kebutuhan kompetisi mereka.
 
Oleh karena itu terasa janggal apabila pemerintah tidak merestui agar kompetisi yang berskala nasional ini bisa berjalan baik. Kalau pun ada perselisihan di dalam klub, tugas pemerintah untuk ikut mendamaikannya. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mempertemukan mereka yang bertikai dan menemukan jalan keluar pemecahannya.
 
Tugas dari pemerintah khususnya Kementerian Pemuda dan Olahraga menjamin semua kegiatan masyarakat bisa berjalan. Seperti yang dulu didengungkan Presiden Soeharto, tugas utama pemerintah adalah "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat".
 
Siapa yang lalu bertanggung jawab terhadap peningkatan prestasi olahraga? Induk-induk olahraga yang harus menemukan atlet berbakat di tengah masyarakat dan kemudian dipacu prestasinya. Pemerintah tidak harus melakukan pekerjaan teknis masyarakat dan cukup mendorong agar induk olahraga menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
 
Pembangunan bangsa dan negara merupakan tanggung jawab seluruh bangsa. Kerja sama tiga pilar pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha menjadi kunci keberhasilan. Sinergi ketiganya yang harus diutamakan, bukan malah ketiganya saling meniadakan.(Suryopratomo)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RIZ)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif