\ Asa Itu Pupus di Negeri Paman Ho
Pelatih Alfred Riedl bersalaman dengan para pemain usai mengalahkan Laos di laga terakhir Piala AFF 2014 (Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Pelatih Alfred Riedl bersalaman dengan para pemain usai mengalahkan Laos di laga terakhir Piala AFF 2014 (Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)

Asa Itu Pupus di Negeri Paman Ho

Bola piala aff 2014 timnas indonesia
Alfa Mandalika • 01 Desember 2014 06:57
EKSPEKTASI tinggi yang dibebankan kepada Tim Nasional Indonesia untuk menjadi juara di Piala AFF 2014 tinggal mimpi. Ya, mimpi yang diusung oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak bisa terealisasi lantaran beberapa alasan.
 
Alasan yang bisa sering terdengar ialah faktor keletihan pemain. Setelah itu, alasan waktu persiapan yang mepet juga menjadi alibi kegagalan timnas di negeri Paman Ho. medcom.id yang meliput langsung ajang dua tahunan itu merasa alasan-alasan itu masuk di akal juga. Pasalnya, kondisi para pemain saat bertanding tidak terlalu impresif, apalagi di dua laga awal.
 
Melihat kegagalan Indonesia, siapa yang harus disalahkan? Sepertinya terlalu buang-buang waktu untuk mencari biang kegagalan itu. Yang pasti, pihak-pihak yang berkaitan untuk membentuk timnas harus segera berbenah untuk mendapatkan skuat yang kuat.
  Jika mau melihat ke belakang sejenak, persiapan Indonesia boleh dibilang tidak cukup panjang. Pasalnya, saat melakukan persiapan waktunya bersamaan dengan Liga Super Indonesia. Alhasil, tim pelatih kesulitan mengumpulkan para pemain untuk berkumpul.
 
Memang belum ada rumus pasti kapan waktu ideal untuk sebuah tim jelang mengikuti kejuaraan macam AFF. Namun, jika berpikir logika sederhana, jika waktu lebih lama maka para pemain akan siap tempur.
 
Berkumpulnya para pemain inti praktis menunggu gelaran Liga Super Indonesia selesai. Laga final dihelat pada tanggal 7 November atau 15 hari sebelum laga perdana kontra tuan rumah, Vietnam pada tanggal 22 November.
 
Komposisi pemain yang dibawa Riedl banyak memanggil dari skuat duo finalis, Persib Bandung dan Persipura Jayapura. Tidak ayal, persiapan dengan pemain inti dijalani usai final liga selesai.
 
Sebelum bertanding di turnamen AFF, Indonesia menjalani dua laga uji coba kontra Timor Leste dan Suriah. Hasilnya, Indonesia mengalami satu kali kemenangan dan satu kali kalah.
 
Melihat perkembangan tim saat itu, Riedl sempat berujar bahwa kans Indonesia untuk menjadi juara tipis. Akan tetapi, eks pelatih Vietnam itu tetap berharap bisa memberikan performa terbaik.
 
Di laga awal turnamen lawan Vietnam, Indonesia mampu memberikan perlawanan yang berarti. Sempat berada pada posisi tertinggal, Indonesia akhirnya berhasil memaksa tuan rumah hanya meraih satu poin.
 
Kondisi berbeda terpampang nyata saat Indonesia berjumpa Filipina di laga kedua. Bertanding di My Dinh National Stadium, Indonesia takluk dengan skor 4-0! Banyak kalangan tidak menyangka Indonesia bakal dipermalukan "The Azkals", tapi yang terjadi di lapangan Indonesia benar-benar tertinggal dari Filipina.
 
Dengan kekalahan itu, timnas langsung merasakan imbasnya. Hujan kritikan pun tak terelakkan di Tanah Air. Sampai-sampai, Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi menyesalkan kekalahan itu. Belum lagi, kritikan yang datang dari pemerhati sepakbola dan para fan.
 
Sadar mendapatkan sorotan, timnas langsung tancap gas untuk meraih tiga poin. Hal itu terjadi saat Indonesia mampu menghempaskan Laos di laga pamungkas dengan skor mencolok 5-1. Meski menang, Indonesia harus menerima kenyataan gagal lolos ke semifinal, karena di waktu bersamaan Vietnam mampu mengalahkan Filipina.
 
Menilik kegagalan Indonesia di AFF kali ini, cukup masuk akal Riedl mengatakan faktor keletihan jadi penyebab utama. Bayangkan saja, baru selesai bermain di liga, para pemain langsung bersiap dengan waktu yang dekat dengan AFF. Targetnya juga tidak main-main yakni menjadi juara.
 
Selain Riedl, Firman Utina juga mengungkapkan hal senada. Dia menilai, waktu kompetisi yang padat membuat tingkat keletihan pemain sudah tinggi. Tapi, terlepas dari semua alasan yang ada, Indonesia harus segera berbenah. Mulai dari PSSI yang diharapkan bisa lebih arif lagi dalam menyusun jadwal kompetisi.
 
Skuat Garuda juga tidak ada salahnya memberikan porsi bertanding bagi pemain muda yang notabene memilki waktu yang panjang. Sehingga, perkembangan pemain tersebut bisa dipantau secara konsisten.
 
Well, meski gagal meraih juara di AFF, Indonesia harus tetap bersemangat. Kans untuk berubah menjadi lebih baik masih ada, asalkan mau kerja keras dan ingin perubahan dalam tim.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ACF)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif