Klaim tersebut dibagikan melalui media sosial. Akun Klaus Swab Pcr menyebarkan klaim tersebut pada 28 November 2021 dengan mengunggah artikel media daring disertai narasi sebagai berikut:
"KENAPA Benua AFRIKA Menjadi TARGET??
TUJUAN UTAMA dari Propaganda Varian Omicron di Benua Afrika adalah sebagai PRESSURE atau PEMAKSAAN program Paksinasi Copet-69 di Benua Afrika.
Karena MAYORITAS Penduduk di Benua Afrika MENOLAK program Paksinasi Copet-69, ataupun menggunakan Popok. Terbukti selama ini kasus Copet-69 di Benua Afrika itu SANGAT RENDAH jika dibandingkan dengan Negara di Benua lainnya yang selama ini menerapkan program Paksinasi Copet-69 dengan Massive kepada Masyarakat di Negaranya masing2.
Larangan Penerbangan dari dan ke sejumlah Negara di Benua Afrika, maupun Penolakan kedatangan Warga Negara dari Afrika yang dilakukan oleh sejumlah Negara adalah sebagai upaya untuk menjatuhkan sektor Ekonomi di Benua Afrika, agar Pemerintah di Benua Afrika akhirnya TUNDUK dan mau melakukan program Test Copet-69, kemudian WAJIB melaksanakan program Paksinasi Copet-69 kepada Warganya."
Benarkah varian baru Covid-19 Omicron hanya sebuah propaganda untuk memaksa penduduk di Afrika mau divaksinasi? Berikut cek faktanya.
![[Cek Fakta] Varian Omicron Disebar untuk Memaksa Penduduk di Afrika Agar Mau Divaksin Covid-19? Ini Faktanya](https://cdn.medcom.id/images/library/images/Screen%20Shot%202021-12-11%20at%2012_04_07.png)
Penelusuran:
Dari hasil penelusuran, klaim bahwa varian baru Covid-19 Omicron merupakan propaganda untuk memaksa penduduk di Afrika agar mau divaksinasi adalah salah. Faktanya, justru varian Omicron muncul dari wilayah dengan prokes covid-19 dan vaksinasi yang rendah.
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan varian Omicron (B.1.1.525) yang berasal dari dari Afrika Selatan lahir dari situasi wilayah negara atau kawasan yang rendah kapasitas dari kombinasi 3T, 5M, dan vaksinasi.
"Sekali lagi hukum biologi berlaku. Varian baru Omicron terjadi akibat lemahnya surveillance genomic 3T (tracing, tracing, treatment), 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas), vaksinasi plus infodemic," kata Dicky seperti dilansir Beritasatu.com, Minggu 28 November 2021.
Hal tersebut, kata Dicky, membuat suatu wilayah tinggal menunggu waktu saja lahirnya varian super. Ini adalah teoritis dan hukum biologis, seperti halnya menantang maut, bahkan bisa juga terjadi di wilayah Indonesia.
MerujukOur World in Data, angka vaksinasi di Afrika masih rendah. Per 9 Desember 2021, baru 7,9 persen penduduk di Afrika yang sudah divaksinasi tahap pertama, dan 4,3 persen divaksinasisecara penuh dari total penduduk di Afrika sekitar1,38 miliar per 2021.
Lalu, dampak pandemi Covid-19 di Afrika Sub-Sahara memang lebih rendah dibandingkan dengan Eropa, Amerika dan Asia. Namun hal itu tidak terkait dengan rendahnya tingkat vaksinasi, mengingat bagaimana vaksin dapat mengurangi tingkat keparahan dan kematian akibat Covid-19.
Dikutip dari The Conversation seperti dilansir Tempo, sebuah studi yang dipimpin analis kesehatan Janica Adam, memeriksa berbagai kemungkinan dengan peninjauan literatur untuk menjawab hal itu. Akan tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami apa saja faktor-faktor yang berkontribusi pada rendahnya dampak Covid-19 di Afrika.
Faktor pertama terkait demografi usia. Sebagian besar kematian terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun atau lebih. Di Amerika Utara dan Selatan, Eropa dan Asia, rata-rata usia penduduk berkisar antara 32 hingga 42,5 tahun.
Sedangkan struktur demografi usia penduduk Afrika sub-Sahara jauh lebih muda – usia rata-rata adalah 18 tahun.
Kesimpulan:
Klaim bahwa varian baru Covid-19 Omicron merupakan propaganda untuk memaksa penduduk di Afrika agar mau divaksinasi adalah salah. Faktanya, varian Omicron muncul dari wilayah dengan prokes dan tingkat vaksinasicovid-19 yang rendah.
Informasi ini masuk kategori hoaks jenis misleading content (konten menyesatkan). Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
Referensi:
https://www.beritasatu.com/kesehatan/859969/epidemiolog-ungkap-penyebab-munculnya-varian-omicron
https://ourworldindata.org/covid-vaccinations
https://cekfakta.tempo.co/fakta/1579/keliru-varian-omicron-disebarkan-untuk-memaksa-vaksinasi-covid-19-di-benua-afrika
*Kami sangat senang dan berterima kasih jika Anda menemukan informasi terindikasi hoaks atau memiliki sanggahan terhadap hasil pemeriksaan fakta, kemudian melaporkannya melalui surel cekfakta@medcom.id atau WA/SMS ke nomor 082113322016
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News