Setelah bertemu dengan Gubernur Semarang, Tim Idenesia bertanya tentang budaya yang ada di Jawa dan program apa saja yang dititik beratkan. Dengan lugas, Ganjar mengatakan budaya yang ia bayangkan itu, originalnya itu guyub. Sedangkan dalam berpolitik itu terkenal dengan kosensus, jadi take and give yang diberikan itu saling tolong menolong, ini yang menurut Ganjar katakan budaya itu tinggi sekali. Namun belakangan ini tergerus karena orang mulai individualistik.
Akar yang sebenarnya ada dalam tradisi-tradisi lama seperti bersilaturahmi ini jika dikaitkan dengan seni itu bermacam-macam. Seperti sebuah pertunjukan wayang, dan ketoprak, yang gerakan tarinya dilakukan beramai-ramai. Artinya saat itu peradaban di tanah Jawa ini sudah sangat tinggi sekali.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Makanya saya kira ini perlu diperhatikan. Saya lihat budaya pada era itu kita lihat dengan masa kekinian sudah deviatif artinya masih dalam koridor, adakah yang dulu buruk kita perbaiki ataukah sebenarnya dulu baik sekarang kita tinggalkan. Nah nguri-uri kabudayaan itu kita sedang galakan," ungkap Ganjar.
Selain itu, ganjar juga mengatakan masyarakat sekarang ini sudah tidak ada lagi pendidikan budi pekerti. Ia sendiri ingin memasukan budi pekerti itu ke dalam sistem pendidikan dengan mencanangkan Trisaktinya Bung Karno.
"Saya ingin masukan itu dalam sistem pendidikan kita. Terus saya canangkan itu Trisaktinya Bung Karno, waktu itu kita bicarakan dan yang ketiga itu berkepribadian yang luhur dalam kebudayaan," imbuhnya.
Setelah puas berkunjung ke kantor Gubernur Semarang, Tim Idenesia menyambangi rumah salah satu desainer kebaya kebanggaan Indonesia, yaitu Anne Avantie. Kepada Tim Indenesia, desainer kebaya yang terkenal dengan mode brokat ini menceritakan pengalaman hidupnya.
Anne mengungkapkan awal mulanya ia tidak habis pikir kalau dirinya bisa membahagiakan keluarganya. Dari kecil dirinya tidak ada keahlihan menjadi sebuah disainer. Namun setelah dewasa, Anne memberanikan diri untuk belajar tentang dunia kewanitaan lewat ibunya.
"Saya tidak habis pikir bagaimana saya dapat membahagiakan keluarga, jadi tidak ada hubungannya dengan disainer, akhirnya saya belajar tentang dunia kewanitaan dari ibu saya karena ibu saya sendiri mempunyai talenta dalam berbusana, tatarias, dan merangkai bunga. Sebagai seorang anak yang saat itu tergabung dalam sebuah keluarga saya mendapatkan pendidikan di luar formal bahkan saya hanya seorang anak yang lulusan SMP," ungkap Anne.
Bermodalkan tamatan kelas 2 SMA, Anne sukses mengenalkan mode-mode kebayanya yang bergaya asimetris. Anne menyebarkan semangatnya kepada kawan-kawannya yang hanya tamatan SMA untuk bangkit.
"Saya berpikir kalau saya menghabiskan waktu untuk menelusuri penjiplak kebaya saya maka itu akan mengganggu inspirasi saya, karena karya anne avantie ini sudah milik publik. Ini merupakan bentuk rasa trimakasih saya kepada Tuhan kalau saya ini sudah diangkat Tuhan pasti Anna Avantie tidak bakal ada, dan hanya menjadi wanita biasa," tuturnya.
Setelah berbincang-bincang dengan dua motivator handal di bidangnya, Tim Idenesia beranjak ke kawasan kuliner terkenal di Semarang. Di Simpang Lima para Tim Idenesia mencoba masakan terkenal di sana, yakni nasi pecel Mbok Sador.
Penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Simak Idenesia, Kamis, 13 November 2014, pukul 22.30 WIB hanya di Metro TV.(Adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(AND)