Menapaki Jejak Budaya Gorontalo

Rona galeriindonesiakaya
Pelangi Karismakristi • 19 Agustus 2015 17:27
medcom.id, Gorontalo: Pernahkan anda merasakan kue Kolombengi? Berwisata religi Bubohu? Menyaksiklan eloknya kain kawung? Bila belum, bahkan baru sekali ini mendengar namanya, maka sempatkan singgah ke  Gorontalo. Kota kecil di ujung utara Pulau Sulawesi yang dikenal dengan sebutan Kota Serambi Madinah.
 
Jika menilik sedikit pada sejarah, Gorontalo adalah kerajaan besar pada dahulu kala. Terdiri dari kerajaan Limboto, Suwawa dan banyak lagi lainnya yang kemudian bersatu membentuk satu kerjaan, Gorontalo.
 
Tempat yang wajib Anda kunjungi saat berada di Gorontalo yaitu Desa Bongo, Kecamatan Batuda’a Pantai, Gorontalo, yang telah berubah menjadi Desa Wisata Religius Bubohu seluas lebih kurang 400 hektar. Letaknya di pesisir Teluk Tomini, Gorontalo, hanya sekitar 20 menit dengan berkendara dari Kota Gorontalo.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Bubohu ini merupakan benteng terakhir kebudayaan Gorontalo. Di sini ada museum dan rutin diadakan pagelaran seni budaya. Bahkan, ada kaderarisasi budaya di sini. Makanya dijadikan desa wisata religi," papar pendiri Desa Wisata Bubohu Yosep Tahir Maruf, atau yang lebih dikenal dengan Yotama.
 
Sekitar 200 meter memasuki pintu gerbang Desa Wisata Religius Bubohu, sepanjang kiri-kanan jalan dipenuhi pohon mahoni setinggi 2-3 meter. Pohon mahoni itu dibungkus anyaman bambu dan jaring plastik di sekelilingnya.
 
Ketika berkunjung ke Desa Wisata Religius Bubohu, Yovie Widianto dan tim IDEnesia disambut dengan Tari Tidi Lo O Ayabu yang dibawakan lima orang perempuan. Tari ini lahir di zaman pemerintahan Raja Eyato pada 1672, ketika syiar agama Islam menguat di Kerajaan Gorontalo.
 
"Tarian ini dipertunjukkan untuk menyambut tamu. Tidi itu bahasa Gorontalo, artinya tarian. Karena menyambut tamu dan menggunakan kipas, maka dinamakan Tidi Lo O Ayabu," jelas Yotama.
 
Selanjutnya, Yovie mendapat suguhan Kue Kolombengi yang merupakan kue tradisional khas Gorontalo dan tidak terdapat di daerah lain. Kue ini diolah secara tradisional, sehingga kekhasan penganan ini dapat dinikmati dari rasanya yang benar-benar beda dari kue lain pada umumnya.
 
Kue Kolombengi dibuat dari telur, gula, dan terigu. Konon, si manis Kolombengi ini semakin lama disimpan justru semakin nikmat rasanya.
 
"kue ini selalu ada dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kolombengi disusun memanjang menjadi Walima dan diarak keliling masjid setiap Maulid, kemudian dibagikan kepada warga," papar Yotama.
 
Bagaimana, menarik bukan? Jangan lewatkan keseruan perjalanan Yovie Widianto di Gorontalo dalam program IDEnesia Metro TV pada Kamis (20/8/2015) pukul 22.30 WIB
 
Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(LHE)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif