"Camilan bagian dari kultur, tradisi, budaya, dari masyarakat Indonesia. Kalau ke berbagai daerah kita, bakal dapat makanan camilan," ujar Erna di Kembang Goela, Jakarta Selatan, Selasa, 3 Desember 2019.
Erna memaparkan, setiap daerah memiliki camilan yang unik dan khas dari masing-masing daerah. Contohnya, di Bandung bisa ditemukan bakso khas Bandung. Demikian juga bakso di Malang yang memiliki cita rasa berbeda.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain itu, kata Erna, sejak jaman dahulu masyarakat Indonesia yang mayoritas bertani, sudah gemar ngemil. Camilannya berbahan tradisional, seperti singkong, ubi, dan sebagainya, yang bahkan hingga kini masih dikonsumsi banyak orang.
"Orang Indonesia memang bangun lebih pagi. Pergi ke ladang itu pagi. Jadi ada banyak hal ngemil, misalnya ada pisang goreng, serabi. Jadi ini merupakan budaya," tuturnya.

Dr. Dra. Erna Ermawati Chotim, M.Si selaku sosiolog. (Foto: Krispen/Medcom.id)
Sedangkan kini, sudah banyak variasi camilan yang dijual di pasaran. Baik itu ditambahkan bahan susu, keju, margarin, cokelat, tepung, atau bahan lainnya. Namun, kegemaran ngemil ini masih melekat.
"Model masyarakat yang dituntut untuk lebih sibuk, produktif, terkena macet, dan lain-lain. Bikin goreng pisang, serabi, sudah enggak mungkin. Kini orang butuh ngemil yang mudah dibawa-bawa," paparnya.
Selain mudah dibawa, camilan bernutrisi juga menjadi pertimbangan. Namun, kebiasaan ngemil ini ditekankan Erna bukan sebagai menggantikan fungsi makan besar. Ketika sarapan, masyarakat Indonesia tetap sarapan.
"Bukan menggantikan makan besar, karena sarapan ya tetap sarapan. Ngemil lebih pada substitute. Ini memperkuat tradisi di orang Indonesia," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)