Gugum Gumbira, pencipta Tari Jaipong (Foto:Dok.Metro TV)
Gugum Gumbira, pencipta Tari Jaipong (Foto:Dok.Metro TV)

Hayu Urang Susundaan, Wilujeng Sumping Sadayana

Rona galeriindonesiakaya
Pelangi Karismakristi • 29 Juni 2016 17:54
medcom.id, Jakarta: Kabupaten Bandung memiliki beberapa potensi seni budaya yang tidak boleh dilewatkan jika Anda bertandang ke sana.
 
Bagi pecinta kopi, wajib mencicipi kopi arabika khas Kabupaten Bandung yang berkelas dunia. Untuk yang penasaran mengenai cikal bakal Tari Jaipong, bisa langsung berkunjung ke kediaman penciptanya. Bagi penggemar wastra nusantara, wajib untuk mengintip kain khas Majalaya.
 
Hawa dingin Bandung memaksa wisatawan mencari minuman hangat. Tak ada salahnya jika singgah ke Malabar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Di sana ada kopi arabika yang memiliki cita rasa tinggi, karena telah beberapa kali memenangkan festival kopi bertaraf internasional.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Kopi Arabika Malabar memang terkenal nikmat. Hal ini karena letak geografis wilayah Gunung Malabar di Pengalengan yang berada di ketinggian 1.400 M hingga 1.800 M DPL dengan suhu udara mencapai 15 hingga 21 derajat celcius, serta intensitas hujan berkisar 2.000 milimeter per tahun. Faktor tersebut yang menjadikan Bandung sangat cocok untuk produktivitas tanaman kopi dan menghasilkan kopi dengan rasa istimewa.
 
Salah satu petani kopi yang sukses di Malabar, Danuri, menjelaskan bahwa penanaman kopi di desanya tidak lepas dari binaan Pemda seperti Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Diskoperindag. Dengan dukungan dari pemerintah, maka menjadikan para petani di desa setempat memiliki semangat menanam kopi. Terlebih kopi dikategorikan sebagai tanaman konservasi dan merupakan produk yang bisa disimpan tahan lama.
 
"Menanam kopi itu membangun tanpa merusak, selaras dengan alam, berkembang, berwawasan lingkungan. Kopi juga mampu bersaing pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), jelas pasarnya, jelas harganya, dan jelas pembayarannya," papar Danuri kepada Yovie Widianto dan Renitasari Adrian dalam progam acara IDEnesia.
 
<i>Hayu Urang Susundaan, Wilujeng Sumping Sadayana</i>
 
Setelah puas mencicipi kopi arabika di desa Malabar, tidak ada salahnya untuk belajar Tari Jaipong langsung pada tokoh Sunda terkenal Gugum Gumbira. Dia adalah pencipta tarian khas Jawa Barat itu.
 
Gugum mengatakan, butuh waktu delapan tahun untuk bisa membuat tarian tersebut. Dia meluncurkan Tari Jaipong di Hong Kong saat didaulat mewakili Indonesia mengikuti festival budaya ASEAN.
 
"Tidak ada arti Jaipong secara terminologis. Dulu saya menemukan kata ini dari pertunjukan Topeng Banjut Tali Saban di Karawang. Yang jelas, Jaipong sekarang merupakan wujud dan bentuk kesenian, terutama tari dan musik," ucap Gugum, sambil mengawasi murid tarinya berlatih menari.
 
Bagi pecinta wastra nusantara, wajib menambah koleksi kain tenun Majalaya yang sampai saat ini masih mempertahankan sisi tradisional, yakni memproduksi kain dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
 
<i>Hayu Urang Susundaan, Wilujeng Sumping Sadayana</i>
 
Corak khas dari Tenun Majalaya adalah Seribu Manis dan Corak Bintang yang merupakan perpaduan tenun ikat lusi dan tenun ikat pakan.
 
"Ini motif-motif klasik yang dari awal kami mulai merintis. Kini, kita mau memproduksi seperti tenun Seribu Manis dan Corak Bintang. Kita juga nantinya akan mengembangkan motif tenun yang lain," ujar salah satu perajin tenun.
 
Mau tahu kelanjutan perjalanan Yovie Widianto dan Renitasari Adrian di Kabupaten Bandung?Jangan lewatkan IDEnesia di Metro TV pada Kamis (30/6/2016), pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ROS)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif