Kawah Wurung ada di Desa Jampit Kecamatan Sempol Bondowoso, bisa ditempuh dari pusat kota Bondowoso sekitar 2,5 jam. Jalan menuju lokasi umumnya baik, namun sebagian berbatu-batu. Dengan keindahan pemandangan perbukitan, jalan berbatu seperti itu rasanya tidak terlau mengganggu kenyamanan. Bahkan malah mengasyikan karena membuat suasana alam semakin terasa.
Kawah Wurung berarti kawah yang tidak jadi. Makanya anda tidak akan menyaksikan air atau endapan belerang berbuih-buih di kawasan ini. Perbukitan hanya diselimuti rerumputan. Saat Metrotvnews menyambangi kawasan ini akhir pekan lalu, sebagian ilalang berwarna ungu di pucuk. Warna yang eksotis di antara dominasi di bukit yang seperti berkarpet hijau itu. Bila tidak mendung, langit biru menambah keindahan Kawah Wurung.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pengunjung berjalan-jalan di Kawah Wurung. Foto: Sendy Aditya Saputra
Di kawah Wurung, tidak banyak fasilitas publik dan tempat makan. Selain tempat parkir, pos jaga dan toilet. Anda hanya bisa menemui satu tenda penjual bakso di dekat-dekat pintu masuk ke lokasi dan mungkin pedagang bakso yang menggunakan bermotor.
Yang menarik tentu adalah lokasi pusatnya. Di antara bukit yang mengelilingi anda bisa berjalan-jalan di padang savana yang luas. Kemudian menanjak dan naik-turun bukit sesuka hati.
Dijamin petualangan anda menjadi menyenangkan. Berolahraga ringan, sambil mengagumi alam perbukitan yang eksotis dalam satu aktivitas. Tempat seperti ini tidak banyak di Indonesia, sehingga pengalaman berjalan-jalan di Kawah Wurung meninggalkan kesan yang unik.
***
Bondowoso tahun ini semakin gencar mempromosikan potensi wisata alamnya. Salah satu yang terus diandalkan adalah kawah Ijen. Pemkab mengaku terus berbenah untuk menarik wisatawan ke kawasan ini.
Kawah Ijen memang punya potensi wisata yang langka. Pada malam hari, kawah ini mengeluarkan api biru, atau blue fire. Pemandangan seperti ini hanya ada dua tempat di dunia. Selain di Gunung Ijen, ada di gunung berapi di Islandia.
Turis bersantai di Kawasan kawah Ijen. Foto: Sendy Aidtya Saputra
Seorang pemandu wisata bercerita bahwa sebagian besar turis mancanegara datang dari Perancis. Mereka mengenal kawah Ijen setelah salah satu pembuat film dokumenter di negara itu datang ke Ijen dan mendokumentasikan keindahan alam serta api biru Ijen.
Hasil eksplorasi mereka pada 2008 itu kemudian ditayangkan di sebuah program televisi di Perancis. Sejak itulah turis dari Perancis selalu mengalir untuk melihat keajaiban alam di Ijen. Belakangan mulai wisatawan dari Belanda, Belgia dan Amerika mulai mengalir ke kawasan Ijen.
Untuk menuju ke Kawah Wurung, nyaris tidak ada risiko berarti. Anda pun bisa mengunjunginya kapan pun. Paling banter pengunjung hanya melapor di pos penjagaan untuk pendataan.
Namun bila ingin menyaksikan api biru di kawah Ijen, wisatawan hanya diperkenankan masuk ke kawasan bibir kawah sekitar pukul dua pagi. Di bawah jam itu, petugas tidak memperkenankan pengunjung mendekati kawah karena berbahaya. Gas beracun masih pekat di awal-awal waktu setelah matahari tenggelam. Sekitar pukul 2 pagi adalah waktu yang aman untuk menyaksikan api biru.
Bila dari kota Bondowoso, wisatawan biasanya baru beranjak pukul 23.00 menuju lokasi, namun bila wisatawan menginap di Arabica Home Stay misalnya yang ada di Desa Sempol, pengunjung baru meluncur ke lokasi pukul 01.00 dini hari.
***
Untuk mencapai kawah ijen, pelancong bisa datang dari Banyuwangi dan Bondowoso. Menurut Bupati Bondowoso, Amin Said Husni pelancong tradisional umumnya menggunakan akses dari Bondowoso ketimbang Banyuwangi. Namun, belakangan karena Banyuwangi terdapat bandara dan dekat dengan Bali, turis memang lebih banyak datang dari arah Banyuwangi. Kawah Ijen sendiri berada di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi.
“Tetapi dengan adanya bandara di Jember, sudah banyak orang datang lewat Bondowoso untuk ke Ijen,” ujar Amin di Pendopo Bondowoso akhir pekan lalu.
Keuntungan wisatawan datang ke Ijen via Bondowoso menurutnya adalah sebelum mencapai kawah Ijen, pengunjung bisa menikmati berbagai tempat yang menawarkan pesona alam. Seperti Kawah Wurung tadi. Perkebunan kopi, yang menjadi kawasan agrowisata, pemandian air panas dan air terjun di Desa Blawan.
Yang ingin mencoba berparalayang juga bisa mencobanya di Bukit Megasari yang memiliki ketinggian 1700 Mdpl, masih di Kecamatan Sempol. Jarak take off hingga landing sekitar tiga kilo meter. Dari udara, pemandangan yang bisa dinikmati adalah jejeran bukit-bukit di Gunung Raung, Gunung Ijen, Kawah Wurung, dan perkebunan kopi. Lokasi take off ada di ketinggian 1.100 Mdpl. Di pulau Jawa jarak take off dan landing setinggi 600 meter itu adalah yang tertinggi.
Kawah Wurung. Foto: Sendy Aditya Saputra
Pemkab Bondowoso berusaha memoles potensi pariwisata di kawasan Ijen ini dengan berbagai kegiatan di Festival Ijen Bondowoso tahun ini. Setelah Ijen Trail Running 21-22 Mei lalu, Festival Kopi Nusantara akan digelar, 26-27 Juli, juga sepeda alam Ijen Night Ride pada 26 Juli. Kemudian jazz d Ijen 15 Oktober dan Ijen Flyng Fest 14-16 Oktober.
“Harapannya setelah ini wisatawan tidak hanya datang ke Ijen kemudian pulang tetapi juga bisa ke Kawah Wurung, pemadian air panas dan lain-lain. Karena kalau akses ke Ijen lewat Bondowoso memang banyak destinasi wisatanya selain Ijen. Mengenai kendalanya memang saat ini infrastruktur jalan (ada yang masih berbatu). Tetapi banyak juga yang justru menikmati sensasinya,” ujar Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIT)
