Perangko edisi khusus Gerhana Matahari Total 2016.
Perangko edisi khusus Gerhana Matahari Total 2016.

Antara Gerhana Matahari Total 1983 dengan 2016

Rona gerhana matahari
Sobih AW Adnan • 04 Maret 2016 19:03
medcom.id, Jakarta: Indonesia pada 9 Maret 2016 menjadi tuan rumah Gerhana Matahari Total (GMT). Indonesia memang kerap menjadi jalur lintasan GMT, yang terheboh pernah terjadi pada 11 Juni 1983.
 
Beda wilayah yang dilintasi
 
Kejadian pada 1983 masih bisa dinikmati dalam rekaman laporan langsung Televisi Republik Indonesia (TVRI) di sebuah situs video berbagi. Video berdurasi 14 menit 44 detik tersebut, menyajikan GMT yang melintas di Candi Borobudur, Magelang dan Tanjung Kodok, Tuban. Tapi GMT juga melintasi Sulawesi Selatan dan Papua bagian selatan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Gerhana matahari total mempunyai interval waktu yang berbeda-beda. Indonesia yang terletak di 0 derajat sampai -90 derajat, hanya akan terjadi setiap 388 tahun untuk tempat sama. Sementara untuk daerah berbeda bisa saja terjadi setiap 18 bulan.
 
"GMT 1983 ini durasinya terpanjang pada abad 20, yakni 5 menit 13 detik. Ini kesempatan yang langka untuk yang tinggal di Jawa," kata pakar astronomi ITB, Karlina Supelli, yang menjadi nara sumber TVRI kala itu.
 
Situs resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), GMT tahun ini juga akan berlangsung lebih pendek. Diperkirakan peristiwa total pada garis wilayah itu terjadi dalam durasi tidak sampai 5 menit.
 
Jalur lintas yang berbeda. Lintasan terjadinya GMT digambarkan dalam wilayah elips dengan jalur sempit sekitar 100 hingga 150 kilometer. “Kebetulan sebagian besar terjadi sebagian wilayah Sumatera, Bangka, Kalimantan, serta Sulawesi, yang nantinya akan berakhir di Hawai,” kata Kepala Lapan, Thomas Djamaludin.
 
Antara Gerhana Matahari Total 1983 dengan 2016
 
Beda kebijakan pemerintah
 
Tidak seperti pada 1983 yang mengingatkan masyarakat tetap di dalam rumah, pemerintah kini  mempromosikan dan menyarankan agar rakyat Indonesia bisa menikmati momen langka ini.
 
"Ini untuk mengoreksi kejadian tahun 1983 di mana orang diajar salah untuk tidak bisa melihat dan harus tinggal di rumah. Itu kesalahan besar. Karena itu dianjurkan justru untuk dilihat walaupun harus pakai kacamata khusus," kata Wapres Jusuf Kalla.
 
Sebulan sebelum GMT di tahun 1983, pemerintah mengimbau masyarakat untuk menghindari kontak langsung dengan matahari. Sinar matahari saat gerhana dianggap dapat merusak kesehatan mata.
 
"Yang benar adalah cahaya yang dipancarkan matahari pada saat gerhana sama dengan cahaya yang dipancarkan sehari-hari, sehingga anggapan itu (merusak mata) tidak benar," kata Thomas Djamaludin.
 
Selain imbauan untuk tetap di dalam rumah, masyarakat saat itu masih berkutat dengan seputar mitos negatif tentang GMT. Padahal, GMT merupakan peristiwa langka yang hanya terjadi di wilayah-wilayah dan pada waktu-waktu tertentu sehingga membuka besar peluang kunjungan wisatawan.
 
"Sekarang tolong beritahukan kepada saudara dan teman-teman kita, ada atraksi Tuhan berupa fenomena GMT ini. Mumpung tempat tinggalnya dilewati. Kan hanya terjadi di Indonesia, itu yang saya guarantee dan promosikan," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(LHE)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif