Dikutip dari The Healthy, nyamuk betina mengandalkan seluruh kemampuan sensorik mereka ketika memutuskan manusia yang akan digigit.
“Karbon dioksida yang dihasilkan ketika seseorang menghembuskan napas menciptakan bau yang dapat dideteksi nyamuk dari jarak hampir 100 kaki atau kurang lebih 30 meter,” kata Bart Knols, PhD, seorang ahli biologi vektor yang mempelajari nyamuk.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Setiap manusia mengeluarkan lebih dari 300 bahan kimia dari kulitnya, lebih dari 100 di antaranya dihasilkan ketika manusia mengeluarkan napas,” kata Knols.
.jpg)
(Salah satu fakta penting mengapa nyamuk tertarik pada manusia adalah karena bau badan seseorang. Foto: Pexels.com)
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell, nyamuk tertarik pada manusia dari karbon dioksida yang dihembuskan manusia, tetapi ketika nyamuk sudah semakin mendekat biasanya mereka akan menuju ke arah kulit untuk kemudian menggigit manusia.
Senyawa spesifik pada kulit yang direspons nyamuk bervariasi berdasarkan spesies. Nyamuk yang menyebabkan yellow fever dan nyamuk jenis Asian tiger biasanya merespons dengan cepat terhadap asam laktat pada kulit. Dan nyamuk yang menyebabkan malaria biasanya merespons senyawa kimia yang mengandung campuran asam lemak, menurut Knols.
Senyawa kimia yang dihasilkan oleh tubuh ini menurut Knols tergantung pada susunan genetik, status kesehatan, diet, pH kulit, dan mikroflora. Mikroflora adalah mikroorganisme yang hidup di kulit.
"Bakteri pada kulit memecah senyawa yang kita hasilkan melalui pori-pori kita, dan ini adalah bau yang menarik," kata Knols. "Jadi sebenarnya bukan kita yang menarik nyamuk, tetapi bakteri di kulit kita."
“Meskipun ini adalah fenomena yang kompleks dan sulit dipahami, setiap manusia memiliki bau yang unik berdasarkan spesies flora bakteri individu dan kepadatan bakteri,” tutup Knols.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)